Virus Corona
Merasa Stres, Cemas, dan Khawatir kala Terinfeksi Covid-19? Lakukan Hal Berikut saat Isolasi Mandiri
Banyak dari penyintas Covid-19 yang telah dilaporkan mengalami masalah mental atau stres dengan tingkat keparahan yang beragam
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Banyak dari penyintas Covid-19 yang telah dilaporkan mengalami masalah mental atau stres dengan tingkat keparahan yang beragam.
Bagaimanapun itu, kecemasan ketika terinfeksi Covid-19 perlu diatasi agar tidak menjadi masalah yang berkepanjangan.
Dilansir dari Help Guide, bagi banyak orang, ketidakpastian seputar pandemi adalah hal yang paling sulit untuk ditangani.
Baca juga: Sejumlah Penyintas Covid-19 Dilaporkan Alami Gangguan Stres Pascatrauma seusai Isolasi Mandiri
Baca juga: Ini Alasan Mengapa Anak di Bawah Usia 12 Tahun Belum Bisa Mendapat Vaksin Covid-19
Terlebih karena masih banyak pertanyaan yang masih belum dijawab terkait Covid-19.
Corona memang jenis virus baru yang menyebabkan dampak sangat besar dua tahun terakhir.
Masih tidak tahu persis bagaimana Covid-19 akan berpengaruh bagi kesehatan pasien untuk kedepannya, berapa lama ini akan berlangsung, atau seberapa buruk hal-hal yang mungkin terjadi.
Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya terlalu mudah untuk menjadi malapetaka dan berubah menjadi ketakutan dan kepanikan yang luar biasa.
Terlebih bagi pasien yang tengah menjalani isolasi mandiri dengan keterbatasan untuk meluapkan masalah yang dialaminya.
Namun, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengelola kecemasan dan ketakutan.
1. Tetap terinformasi, tetapi saring untuk hal-hal yang tidak dibutuhkan
Sangat penting untuk tetap mendapat informasi, sehingga dapat mengikuti tindakan pencegahan keselamatan yang disarankan.
Baca juga: Tips Isolasi Mandiri Covid-19: Selain Bisa Cegah Dehidrasi, Ini 7 Manfaat Air Kelapa bagi Kesehatan
Tetapi ada banyak informasi yang salah yang beredar, serta liputan sensasional yang hanya menambah ketakutan.
Sangat penting untuk mengetahui apa yang dibaca dan tonton.
Tetap berpegang pada sumber tepercaya seperti CDC, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan otoritas kesehatan masyarakat setempat.
Batasi seberapa sering memeriksa pembaruan.