TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Rusia mengangkat wacana untuk mengadakan pemungutan suara di Donbas.
Referendum ini diadakan untuk memberi pilihan bagi para penduduk yang ingin bergabung dengan Ukraina maupun Rusia.
Di sisi lain, rupanya usulan ini pernah diutarakan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky namun mendapat penolakan dari Rusia.
Baca juga: Jubir Putin Anggap AS Musuh, Sebut Negara Barat Makin Terang-terangan Terlibat di Konflik Ukraina
Baca juga: Jubir Putin Gelagapan saat Ditunjukkan Bukti Kejahatan Perang Rusia di Bucha Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari media Rusia TASS, Jumat (3/6/2022), rencana ini dibahas oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Ia mengklaim untuk mengatur potensi referendum untuk bergabung dengan Rusia di Republik Rakyat Donetsk (DPR), Republik Rakyat Lugansk (LPR), Wilayah Kherson dan Zaporozhye (wilayah yang secara keseluruhan disebut Donbas-red) membutuhkan kemauan dan keinginan orang-orang yang tinggal di sana serta 'kondisi tertentu'.
Pernyataan Peskov muncul sebagai tanggapan atas komentar pemimpin Partai Demokrat Liberal dan Ketua Komite Urusan Internasional Duma Negara, Leonid Slutsky, yang mengatakan bahwa referendum di wilayah DPR, LPR, Wilayah Kherson dan Zaporozhye kemungkinan akan diselenggarakan musim panas ini.
"Bukan Kremlin untuk membuat keputusan tentang (penyelenggaraan) referendum," kata Peskov.
"Kami telah berulang kali menyatakan bahwa sepenuhnya terserah orang-orang yang tinggal di wilayah ini untuk memutuskan masa depan mereka.
"Pertama, itu harus menjadi keinginan rakyat, kedua, kondisi yang tepat harus ditetapkan (untuk menyelenggarakan referendum)," imbuhnya.
Ditanya untuk memberi rincian syarat atau kemungkinan kondisi mengenai hal ini, Peskov menyinggung soal konflik Ukraina.
Ia menagatakan pemungutan ini bisa jadi akan segera dilakukan jika ketegangan di wilayah Donbas sudah lebih kondusif.
"Jelas bahwa pada saat keamanan tidak sepenuhnya dijamin, mengingat kami melihat serangan terus menerus oleh pasukan Ukraina dan nasionalis yang menargetkan wilayah ini, kami tidak melihat kemungkinan membicarakan ini (organisasi referendum) sekarang," ujar Peskov.
"Kita perlu memiliki kemauan dan keinginan rakyat, dan untuk mengatur serangkaian kondisi yang diperlukan," katanya.
Sebagai informasi, situasi di sepanjang garis pertempuran di Donbass meningkat pada 17 Februari.
Kemudian, dengan alasan untuk membantu penduduk Donbas, Putin akhirnya melancarkan agresi militer ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
Baca juga: Putin Bentuk Pasukan Khusus Bersenjata Nuklir, Klaim demi Cegah Agresi Barat ke Rusia
Baca juga: Bahas Konflik Ukraina Lewat Telepon, 2 Kolonel Tentara Rusia Gosipkan Putin