Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sebut Rusia Kekurangan Pilot Militer, Inggris Ungkap Pengakuan Tentara Bayaran di Ukraina

Kemenhan Inggris menjelaskan saat ini Rusia tengah kekurangan pilot militer untuk menerbangkan pesawat jet tempur mereka di Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
AFP
Pesawat jet SU-25. Terbaru, pasukan militer Rusia diduga kekurangan pilot profesional seusai ada pilot jet SU-25 milik Rusia yang tertangkap mengaku merupakan tentara bayaran. 

TRIBUNWOW.COM - Angkatan udara pasukan militer Rusia diyakini tengah kesulitan untuk membantu peperangan yang terjadi di Ukraina.

Hal ini dikarenakan angkatan udara Rusia tengah kekurangan pilot profesional yang terlatih.

Dikutip TribunWow.com dari aljazeera.com, informasi ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Inggris.

Baca juga: Sebar Iklan, Rusia Rekrut Guru hingga Politisi untuk Bangun Kembali Wilayah Ukraina yang Diduduki

Kemenhan Inggris menjelaskan soal pengakuan seorang pilot pesawat Rusia yang berhasil ditangkap hidup-hidup di Ukraina.

Meskipun menerbangkan pesawat milik militer Rusia, sang pilot ternyata tentara bayaran dari grup Wagner.

Pilot bayaran tersebut ditembak jatuh ketika menerbangkan jet SU-25 pada 17 Juni 2022.

"Sang pilot mengaku merupakan pensiunan mayor angkatan udara pasukan militer Rusia," ungkap Kemenhan Inggris.

Setelah pensiun dari pasukan militer Rusia, purnawirawan tersebut bekerja di bawah grup kontraktor militer Wagner.

Selama konflik berlangsung, pilot eks tentara Rusia tersebut beberapa kali melakukan misi penerbangan.

Baca juga: Pejabat Boneka Rusia di Ukraina Tewas karena Bom di Mobil, Videonya Beredar di Medsos

Inggris meyakini, Rusia menggunakan tentara bayaran karena telah kehilangan banyak pilot dan tidak memiliki personil yang terlatih.

Di sisi lain, seorang pria tentara Inggris yang dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan proksi Rusia, menghubungi keluarganya.

Pria bernama Aiden Aslin itu mengaku telah diberitahu bahwa eksekusi akan segera dilakukan sebagai hukuman karena keterlibatannya dalam pertempuran di Ukraina.

Dilansir TribunWow.com dari BBC, Kamis (23/6/2022), pihak keluarga pun terpukul dengan pengakuan tersebut meskipun tak mampu berbuat banyak.

Aiden Aslin, warga negara Inggris yang ditangkap oleh pasukan Rusia seusai terlibat dalam konflik di Ukraina.
Aiden Aslin, warga negara Inggris yang ditangkap oleh pasukan Rusia seusai terlibat dalam konflik di Ukraina. (rt.com)

Seperti diketahui, Aslin dan rekannya, Shaun Pinner dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Republik Rakyat Donetsk (DPR), pemerintah separatis yang didukung Rusia.

Mereka dianggap sebagai teroris dan tentara bayaran karena ikut berpartisipasi dengan Ukraina untuk memerangi Rusia di Mariupol.

Baca juga: Sempat Dipuji, Drone Buatan Turki Kini Dianggap Sudah Tak Mampu Lawan Pasukan Rusia di Ukraina

Keluarga Aslin mengatakan mereka telah menerima telepon dari pemuda tersebut, di mana dia mengatakan telah diberitahu bahwa waktu hampir habis.

"Tidak ada kata-kata yang bisa diungkapkan, itu pasti mimpi terburuk semua orang untuk memiliki anggota keluarga anda diancam dengan cara ini," ujar nenek Aslin, Pamela Hall.

"Aiden sangat marah ketika dia menelepon ibunya pagi ini. Intinya adalah Aiden mengaku DPR telah mengatakan kepadanya bahwa tidak ada orang dari Inggris yang melakukan kontak, dan bahwa dia akan dieksekusi."

"Saya harus percaya apa yang dikatakan Aiden kepada kami, bahwa jika DPR tidak mendapat tanggapan maka mereka akan mengeksekusinya. Jelas saya berharap itu tidak benar."

Tangkapan layar dari video yang menunjukkan (dari kiri ke kanan) Aiden Aslin, Shaun Pinner, dan Saaudun Brahim. Ketiganya dituduh sebagai tentara bayaran dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di wilayah separatis pro-Rusia, Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri.
Tangkapan layar dari video yang menunjukkan (dari kiri ke kanan) Aiden Aslin, Shaun Pinner, dan Saaudun Brahim. Ketiganya dituduh sebagai tentara bayaran dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di wilayah separatis pro-Rusia, Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri. (TWITTER @ChristopherJM)

Baca juga: Terancam Hukuman Mati, Warga Inggris dan Maroko Didakwa Rusia Lakukan Kegiatan Teroris di Ukraina

Aslin menuturkan kepada keluarganya bahwa pihak separatis menyebut tidak ada upaya dari pejabat Inggris untuk bernegosiasi atas namanya.

Keluarga pun hanya bisa pasrah lantaran tak bisa melakukan apa pun.

"Saya telah menangisi ini, tetapi menangis tidak membantu, saya ingin melakukan sesuatu tetapi saya tidak tahu harus berbuat apa," tutur Hall.

"Setelah panggilan Aiden pagi ini, apa yang harus saya pikirkan? Saya tidak ingin berkecil hati tetapi ini sangat sulit."

"Saya tidak bisa tidak berpikir bahwa kontak harus dilakukan antara Inggris dan Rusia."

Tetapi sumber-sumber pemerintah Inggris menunjukkan bahwa para menteri saat ini tidak mau bernegosiasi dengan Rusia secara langsung karena dapat berisiko memicu narasi palsu Rusia bahwa orang-orang itu adalah tentara bayaran.

Menyesali penangkapan Aslin, sang nenek berandai-andai jika cucunya bisa bebas.

Ia mengatakan bahwa Aslin seharusnya akan segera menikah dengan tunangannya dari Ukraina, yang telah datang ke Inggris sejak penangkapannya.

"Dia pasti sudah menikah sekarang, itu adalah sesuatu yang sangat saya cintai. Saya ingin dia menikah dan memiliki kehidupan yang dia inginkan," kata Hall.

Ia pun menyoroti kedatangan PM Inggris Boris Johnson ke Kiev untuk menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Nenek Aslin pun berharap keduanya sempat membahas mengenai nasib sang cucu dan rekannya.

"Saya tahu bahwa Boris Johnson telah ke Kyiv dan berbicara lagi dengan Presiden Zelensky dan saya berharap mereka berbicara tentang orang-orang ini."

Baca juga: Sebut Ukraina Tembak Tentara yang Menyerah, Sersan Tawanan Rusia Ungkap Kemerosotan Moral Pasukan

Menghubungi Media Massa Inggris

Dua warga negara Inggris bernama Shaun Pinner dan Aiden Aslin dijatuhi vonis hukuman mati seusai menjalani persidangan di Donetsk.

Keduanya ditangkap oleh pasukan militer Rusia seusai terlibat membantu tentara Ukraina dalam konflik di Ukraina.

Informasi terbaru, Aslin dan Pinner diketahui telah menghubungi media massa di negara asalnya mengirimkan permohonan tertulis.

Foto kiri: Aiden Aslin, warga negara Inggris yang ditangkap oleh pasukan Rusia seusai terlibat dalam konflik di Ukraina. Foto kanan: Seorang sukarelawan tentara asal Inggris bernama Shaun Pinner dipertontonkan ke publik lewat acara stasiun TV milik Rusia.
Foto kiri: Aiden Aslin, warga negara Inggris yang ditangkap oleh pasukan Rusia seusai terlibat dalam konflik di Ukraina. Foto kanan: Seorang sukarelawan tentara asal Inggris bernama Shaun Pinner dipertontonkan ke publik lewat acara stasiun TV milik Rusia. (Kolase rt.com dan TheSun.co.uk)

Baca juga: Samakan Diri dengan Tsar Rusia, Putin Bandingkan Ambisi Kuasai Ukraina dengan Perang Lawan Swedia

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Aslin dan Pinner menjelaskan bahwa mereka terancam dihukum mati jika permintaan pemerintah Rusia tidak dikabulkan.

Dengan suara bergetar, Pinner menjelaskan dirinya menghadapi ancaman hukuman 20 tahun penjara hingga mati seusai dihukum sebagai kombatan ilegal.

"Kami ketakutan," ujar Pinner.

Menanggapi kabar ini, keluarga Aslin telah menemui kedutaan Besar Ukraina di Notting Hill, London Barat.

Di sana ia menjelaskan bahwa Aslin dan Pinner merupakan bagian resmi dari pasukan militer Ukraina.

"Harus diperlakukan dengan hormat seperti tahanan perang lainnya. Mereka bukan dan tidak pernah menjadi tentara bayaran," ujar keluarga Aslin.

Keluarga Aslin kini berharap vonis Aslin dapat berubah, mereka juga memohon bantuan pemerintah Inggris dan Ukraina untuk berusaha maksimal membantu keselamatan Aslin dan Pinner.

Aslin dan Pinner kini memiliki waktu satu bulan untuk mengajukan banding atas vonis hukuman mati yang mereka terima.

Media Rusia memberitakan, vonis Aslin dan Pinner dapat berkurang menjadi 25 tahun penjara hingga hukuman penjara seumur hidup.

Sebelumnya diberitakan, pemerintah Inggris disebut tengah mendapat masalah besar gara-gara ada dua warga negaranya terlibat dalam konflik di Ukraina dan kini berakhir ditangkap oleh tentara Rusia.

Dua orang itu adalah Shaun Pinner dan Aiden Aslin.

Keduanya bahkan sempat dipertontonkan ke publik lewat sebuah acara milik stasiun televisi (TV) pemerintah Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari Skynews.com, eks diplomat Inggris, Lord Ricketts menyoroti bagaimana hal ini merupakan masalah besar bagi pemerintah Inggris.

Ricketts mengungkit bagaimana pemerintah Inggris sebenarnya telah melarang keras warganya agar tidak pergi ke Ukraina.

Ricketts juga menyampaikan bagaimana pemerintah Rusia memanfaatkan momen ini untuk menekan Ukraina lewat pemerintah Inggris.

Dalam situasi ini, menurut Ricketts pemerintah Inggris tengah mengalami dilemma bagaimana harus merespons.

Saat ditampilkan di TV Rusia, Shaun dan Aiden berharap agar mereka dapat pulang kembali ke Inggris dengan cara pertukaran tahanan dengan politisi pro Rusia Viktor Medvedchuk yang kini ditahan oleh Ukraina.(TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyInggris
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved