Breaking News:

Virus Corona

Dianjurkan Tidak Konsumsi Garam Berlebih saat Isolasi Mandiri Covid-19, Ternyata Ini Dampaknya

Membatasi garam sering dianjurkan para ahli untuk pasien Covid-19 pada saat isolasi mandiri. 

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
Healthline
Ilustrasi garam dalam makanan. Mengonsumsi garam berlebih tidak dianjurkan ketika sedang isolasi mandiri. 

TRIBUNWOW.COM - Membatasi garam sering dianjurkan para ahli untuk pasien Covid-19 pada saat isolasi mandiri alias isoman.

Hal itu berkaitan dengan penurunan imunitas dan dampak berkepanjangan dari mengonsumsi garam berlebih.

Dilansir dari Healthline, dijelaskan jika garam terdiri dari sekitar 40 persen natrium dan 60 persen klorida.

Baca juga: Bisa Dialami saat Isolasi Mandiri, Kenali Dampak Infeksi Covid-19 pada Kesehatan Mulut

Baca juga: Sering Menatap Layar Gadget saat Isolasi Mandiri Covid-19? Kenali 9 Makanan untuk Kesehatan Mata

Natrium adalah mineral penting untuk fungsi otot dan saraf yang optimal.

Bersama dengan klorida, ini juga membantu tubuh untuk menjaga keseimbangan air dan mineral yang tepat.

Meski fungsinya penting, tetapi mengonsumsinya berlebihan bisa menimbulkan efek yang tidak menyenangkan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 

Efeknya dapat menyebabkan sel-sel kekebalan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Ini telah menjadi perhatian utama dalam pola makan sejak awal pandemi. 

Terlebih kebanyakan masyarakat mengonsumsi garam lebih dari yang dianjurkan yaitu 5 gram per hari. 

Berikut beberapa dampak negatif mengonsumsi garam berlebih bagi tubuh:

1. Perut Kembung

Baca juga: Bisa Digunakan saat Isolasi Mandiri Covid-19, Kenali 6 Ramuan Herbal untuk Atasi Gejala Demam

Kembung merupakan gejala dari kelebihan garam dalam jangka pendek.

Ini terjadi karena ginjal ingin mempertahankan rasio natrium tertentu di dalam tubuh.

Untuk melakukannya, mereka menahan air ekstra untuk mengimbangi natrium ekstra yang dimakan.

Peningkatan retensi air ini dapat menyebabkan pembengkakan, terutama di tangan dan kaki, dan dapat menyebabkan berat badan lebih dari biasanya.

2. Tekanan Darah Naik

Makanan kaya garam juga dapat menyebabkan volume darah yang lebih besar mengalir melalui pembuluh darah arteri.

Ini dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara.

Tetapi mungkin efektivitasnya akan berbeda di setiap orang.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang tahan garam mungkin tidak mengalami kenaikan tekanan darah setelah makan kaya garam.

Sensitivitas seseorang terhadap garam diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti genetika dan hormon.

Penuaan dan obesitas juga dapat memperkuat efek peningkatan tekanan darah dari diet tinggi garam.

Variabel-variabel ini mungkin menjelaskan mengapa diet kaya garam tidak secara otomatis mengakibatkan peningkatan tekanan darah untuk semua orang.

3. Rasa Haus yang Intens

Makan makanan asin juga bisa menyebabkan mulut atau tenggorokan kering dan menyebabkan rasa sangat haus.

Keinginan untuk minum adalah cara di mana tubuh sedang mencoba untuk memperbaiki rasio natrium-ke-air yang spesifik.

Peningkatan asupan cairan yang dihasilkan dapat menyebabkan buang air kecil lebih banyak dari biasanya.

Di sisi lain, gagal mengonsumsi cairan setelah makan garam dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan kadar natrium tubuh naik di atas tingkat yang aman.

Ini bisa mengakibatkan kondisi yang dikenal sebagai hipernatremia.

Hipernatremia dapat menyebabkan air keluar dari sel-sel tubuh dan masuk ke dalam darah, dalam upaya untuk mengencerkan kelebihan natrium.

Jika tidak diobati, perpindahan cairan ini dapat menyebabkan kebingungan, kejang, koma, dan bahkan kematian.

Gejala hipernatremia lainnya termasuk kegelisahan, kesulitan bernapas dan tidur, dan penurunan buang air kecil.

4. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Hubungan antara diet tinggi garam dan penyakit jantung masih agak kontroversial.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan garam yang tinggi menyebabkan peningkatan tekanan darah dan pengerasan pembuluh darah dan arteri.

Pada gilirannya, perubahan ini dapat menyebabkan risiko penyakit jantung dan kematian dini yang lebih tinggi.

Satu studi mencatat bahwa peserta yang mengonsumsi kurang dari 5,8 gram garam per hari memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan mereka yang mengonsumsi lebih dari 15 gram garam per hari memiliki tingkat kematian tertinggi.

Namun, penelitian lain menyebut bahwa diet tinggi garam tidak berpengaruh pada kesehatan jantung dan diet rendah garam sebenarnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kematian.

Hasil studi yang berbeda ini dapat dijelaskan oleh perbedaan dalam desain studi, metode yang digunakan untuk memperkirakan asupan natrium, dan faktor peserta, seperti berat badan, sensitivitas garam, dan masalah kesehatan lain yang mungkin dihadapi peserta. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya

Tags:
isolasi mandiriIsomanVirus CoronaCovid-19Garam
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved