Virus Corona
Selain Saturasi Oksigen, Frekuensi Napas Harus Diperhatikan saat Isolasi Mandiri, Ini Cara Ceknya
Pasien Covid-19 perlu mengecek frekuensi napas dan saturasi oksigen pada dirinya selama menjalani isolasi mandiri.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Pasien Covid-19 perlu mengecek frekuensi napas dan saturasi oksigen selama menjalani isolasi mandiri.
Hal itu dilakukan untuk mengetahui adanya masalah pernapasan yang terjadi ketika masa isolasi.
Infeksi Covid-19 adalah penyakit yang secara umum menyerang paru-paru dan rentan mengalami permasalahan pada pernapasan.
"Permasalahan Covid ini adalah proses pindah (oksigen) dari paru-paru ke pembulu darah, itu yang terganggu," kata Dokter Spesialis Paru-paru RS Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda, Marwan dalam acara Mata Najwa yang diunggah dalam Youtube Najwa Shihab, Kamis, (8/7/2021).
Baca juga: Risiko Isolasi Mandiri di Rumah saat Covid-19, Ini Keuntungan Isoman di Fasilitas Pemerintah
Baca juga: Efektivitas Sinovac Turun setelah 6 Bulan, Vaksinasi Dosis Ke-3 sebagai Booster Disebut Belum Perlu
Saturasi oksigen merupakan kadar oksigen di dalam darah yang hanya bisa dicek menggunakan alat bernama oximeter.
Saturasi oksigen normal berkisar dari 95 persen hingga 100 persen.
Kekurangan saturasi oksigen bisa berbahaya bagi tubuh karena itu artinya tubuh tidak bisa memompa oksigen yang dihirup ke seluruh tubuh, sedangkan organ-organ di dalam tubuh membutuhkan oksigen untuk bekerja.
"90 ke bawah itu sudah berat, sudah wajib di bawa ke rumah sakit, tapi yang harus waspada betul adalah di angka 92-93," terangnya.
Sedangkan tanda permasalahan pernapasan lain bisa dilihat dengan frekuensi napas.
kah hanya saturasi tapi juga frekuensi napas, dalam semenit itu berapa itu juga harus dihitung," ujarnya.
Mengecek frekuensi napas juga cukup mudah dan bisa dilakukan secara manual saat menjalani isolasi mandiri.
Baca juga: Kaya Vitamin D, Konsumsi Jamur hingga Sarden Bisa Bantu Penyembuhan Covid-19 saat Isolasi Mandiri
Baca juga: 3 Cara Mudah Obati Gejala Anosmia saat Terinfeksi Covid-19, Bisa dengan Membilas Hidung
Berikut Cara Menghitung Frekuensi Napas:
1. Bernapaslah dengan biasa menggunakan hidung.
2. Pegang dada dengan tangan dan perhatikan naik-turun dada.
3. Hitung naik-turun dada dalam waktu satu menit.
4. Frekuensi napas yang normal adalah 12-20 kali dalam satu menit.
5. Orang dengan permasalahan pernapasan akan memiliki frekuensi lebih banyak.
6. Orang dewasa dengan frekuensi napas 30 kali permenit atau lebih sudah bisa dikatakan pasien Covid-19 gejala berat dan harus mendapat layanan kesehatan.
Secara garis besar, berikut ini daftar frekuensi napas normal pada bayi baru lahir hingga lansia:
1. Bayi (0-1 tahun): 30-60 napas per menit
2. Balita (1-3 tahun): 24-40 napas per menit
3. Anak-anak (3-6 tahun): 22-34 napas per menit
4. Anak usia sekolah (6-12 tahun): 18-30 napas per menit
5. Remaja (12-18 tahun): 12-16 napas per menit
6. Dewasa (19-59 tahun): 12-20 napas per menit
7. Lansia (usia 60 tahun ke atas): 28 napas per menit
Baca juga: Ibu Hamil Segera Divaksin Covid-19, Menkes Budi Sadikin Ungkap Kategori yang Dikecualikan
Baca juga: Cegah Kejenuhan Anak saat Isolasi Mandiri karena Covid-19, Ini Tips yang Bisa Dilakukan Orang Tua
Dokter Marwan juga menjelaskan tentang teknik proning yang bisa dilakukan secara mandiri yang minimal bisa membantu bernapas.
"Teknik proning ini membantu seseorang untuk lebih mendapatkan oksigen lebih banyak," ujarnya.
"Kenapa diposisikan proning seperti orang sujud, itu karena organ paru-paru kita paling dominan di belakang-belakang, kalau kita berbaring telentang itu pengembangan rongga dada yang di belakang itu tertahan oleh tempat tidur."
"Untuk orang dengan sesak yang berat mungkin posisi seperti ini juga agak sulit, buat bergerak aja sulit, maka bisa digunakan dengan teknik yang kedua dengan meninggikan bantal tembat baringnya itu sekitar 30 sampai 45 derajat."
Namun dia menekankan bahwa teknik proning ini adalah salah satu cara untuk membantu meningkatkan kadar oksigen.
Pasien Covid-19 dengan gangguan pernapasan tetap lebih membutuhkan bantuan tambahan oksigen.
Berikut Cara Melakukan Proning:
1. Siapkan 3-5 bantal lalu tidur dengkurap dengan satu bantal di bawah leher, satu atau dua bantal di dada sampai paha atas, dua bantal di bawah tulang kering.
2. Kemudian, ubah posisi tidur menghadap ke kanan atau ke kiri.
3. Tidur dengan posisi setengah duduk, bagian punggung sampai tengkuk diganjal bantal.
Catatan: Pastikan Anda mengubah posisi berbaring tiap 30 menit dari posisi tengkurap ke berbaring sisi kanan-sisi kiri-lalu duduk sebelum kembali ke posisi pertama (tengkurap).
Jika merasa tidak nyaman silahkan hentikan teknik tersebut dan segera berkonsultasi dengan dokter.
Teknik proning juga tidak direkomendasikan untuk ibu yang tengah hamil. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya