Breaking News:

Terkini Nasional

Respons Firli Bahuri saat Dipaksa Jawab Pertanyaan TWK KPK, Pilih Pancasila atau Alquran?

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri bereaksi saat dipaksa menjawab pertanyaan yang sama dengan saat Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).

KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D
Ketua KPK Firli Bahuri dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jumat (27/12/2019). Terbaru, Firli diminta menjawab pertanyaan yang sama seperti TWK pegawai KPK. 

TRIBUNWOW.COM - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri bereaksi saat dipaksa menjawab pertanyaan yang sama dengan saat Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) pegawai KPK.

Dilansir TribunWow.com, Firli menyebut pertanyaan tersebut sudah umum dilontarkan saat TWK.

Di hadapan Presenter Aiman Witjaksono, Firli pun membeberkan jawabannya saat diminta memilih antara Alquran atau Pancasila.

Momen itu diunggah dalam kanal YouTube AIMAN Kompas TV, Senin (14/6/2021).

"Saya tidak ingin masuk dengan tata cara mereka melakukan wawancara," ucap Firli.

"Misalkan apakah Anda bisa memilih agama atau Pancasila?"

"Sesungguhnya banyak cara untuk menyikapi pertanyaan tersebut, tergantung pada kita," lanjutnya.

Baca juga: Reaksi Firli Bahuri saat Ditanya Kedekatan KPK dengan Parpol: Bagaimana Bisa Cegah kalau Gak Ketemu?

Baca juga: Mahfud MD Sebut Korupsi Semakin Gila, Upaya Pelemahan KPK Sudah Ada sejak Dirinya Jabat Ketua MK

Firli mengaku juga pernah mendapat pertanyaan serupa.

Kala itu ia menjelaskan hubungan antara Pancasila dan Alquran.

"Saya tidak ingin mengatakan itu karena saya tidak tes," jelas Firli.

"Yang pasti pertanyaan itu pernah saya jawab dan saya lulus."

"Pancasila itu saripati yang diambil dari budaya bangsa Indonesia."

"Dan kita meyakini bahwa sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa," sambungnya.

Menurut Firli, Pancasila selaras dengan agama apa pun.

"Artinya seluruh bangsa Indonesia mengakui ada Ketuhanan yang Maha Esa, yang ada dalam agama ," kata dia.

"Agama apa pun dia pasti yakin adanya Ketuhanan yang Maha Esa."

"Artinya apa yang ada di Pancasila segaris, tegak lurus dengan agama."

Baca juga: Nilai Banyak Koruptor yang Dendam, Mahfud MD Sebut Upaya Jokowi Lawan Pelemahan KPK

Baca juga: Sempat Minta Pelantikan KPK Diundur, Ini Alasan Muadz Dfahmi Tetap Ikuti Pelantikan

Namun, jawaban Firli itu kurang memuaskan Aiman.

Ia lantas kembali diminta memilih antara Alquran dan Pancasila.

Kali ini, Firli memilih tak menjawab pertanyaan tersebut.

"Meskipun asesornya meminta untuk memilih salah satu?," sahut Aiman.

"Saya tidak tahu apakah disuruh memilih apa tidak," ujar Firli.

"Kebetulan saya tidak ditanya."

Simak videonya berikut ini mulai menit ke-7.20:

Pengakuan Pegawai KPK

March Falentino, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tidak lolos seleksi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) menceritakan pengalamannya menjalani tes tersebut.

Dilansir TribunWow.com, March mengaku ditanya soal pernah ikut demonstrasi, hingga kesediaannya mengikuti acara perayaan Natal tetangganya.

Dalam acara Mata Najwa, Rabu (2/6/2021), March menyebut siapa pun yang sudah ditarget untuk disingkirkan dari KPK, apa pun jawabannya akan dianggap salah.

Ilustrasi KPK.
Ilustrasi -  KPK menuai sorotan seusai tak meloloskan 75 pegawai dalam seleksi TWK. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Baca juga: Di Mata Najwa, Begini Reaksi Politisi PDIP Diminta Jawab Pertanyaan yang Sama dengan TWK Pegawai KPK

Baca juga: Sebut Pimpinan KPK Kriminal karena Tentang Jokowi, Bambang Widjojanto: Harusnya Jadi Tersangka Semua

Pada kesempatan itu, March mulanya membeberkan percakapan anggota Dewan Pengawas (Dewas) dengan Sekjen KPK.

"Ini salah satu anggota Dewas bertanya pada sekjen 'Kenapa bawahan saya tidak lolos?'," ujar March.

"'Karena yang bersangkutan tidak menyutujui hukuman mati'."

"Kami juga bingung, tidak menyetujui hukuman mati jadi kategori merah."

"Padahal itu kan cuma apa yang ada di pikiran," sambungnya.

March meyakini setiap pegawai KPK memiliki alasan tersendiri hingga ada yang tak setuju dengan hukuman mati.

"Dan saya yakin konklusi tidak menyetujui hukuman mati tersebut ada intronya, ngomongin A, B, C, D, E," kata March.

Ia menambahkan, ada seorang rekan di KPK yang disinggung soal lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Baca juga: Ketua KPK Firli Bahuri Sebut Tetap Lantik 1.271 Pegawai jadi ASN demi HAM dan Status Hukum

Baca juga: Sempat Minta Tunda Pelantikan, 700 Pegawai KPK Akhirnya Tetap Dilantik: Terpaksa Mengikuti

Kala itu, menurutnya, apa pun jawaban yang diungkap pegawai KPK akan selalu salah.

"Mungkin sebagai contoh ada teman yang diframe bahwa dia itu liberal," ujar March.

"Jadi 'Apakah Anda setuju LGBT?', kalau dibilang 'Saya setuju LGBT karena A, B, C, D, E'."

"Tapi kalau memang orangnya memang udah ditarget 'Wah ini orang liberal nih, merah'."

"Tapi kalau misalkan 'Oh saya tidak setuju karena A, B, C, D, E', nanti dianggap 'Wah ini orang radikal'," lanjutnya.

Karena itu, March meyakini pegawai KPK yang ditarget akan dianggap memberi jawaban yang salah.

"Apa pun yang dijawab, kami meyakini, apa pun yang kami jawab, kalau udah ditandain sebelumnya, salah aja deh pokoknya," tandasnya. (TribunWow.com)

Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved