Terkini Nasional
Merdeka Listrik di Timur Indonesia: Kades Mattiro Ujung & Bidan Perbatasan Papua Nugini Jadi Saksi
Kisah perjuangan tanpa dan terbatas listrik yang kini sudah merdeka setelah mendapatkan bantuan dari Kementerian ESDM dan PLN.
Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
“Upaya itu terus didorong lewat pemerintah. Sehingga pada saat itu, ada pengusulan, terus diajukan hingga akhirnya satu di antara desa yang mendapatkan program tersebut ya desanya kami.”
“Mulai proses pendistribusian material hingga proses pekerjaan di lapangan ini itu keterlibatan masyarakat sangat aktif, kami di desa atau khususnya di pulau ini kan memiliki budaya gotong royong yang masih kental, bahkan jika saat itu tak diberikan upah pun masyarakat tetap semangat membantu serta memafisilitasi dengan tenaga, saat itu semua orang dewasa, anak-anak ikut membantu. Bahkan teknisi-teknisi yang memang sudah disiapkan itu kami betul-betul layani dan jamu dengan baik ,” ungkap pria yang sudah menjabat sebagai Kepala Desa Mattiro Ujung sejak 2016 silam.
Lebih lanjut, dalam menentukan lokasi pembangunan PLTS, pemerintah desa, masyarakat dan pihak Kementerian ESDM saling berkoordinasi satu sama lain.
Hingga akhirnya, lokasi pembuatan PLTS disepakati berada di tengah pulau yang bisa di akses dengan berjalan kaki oleh masyarakat Desa Mattiro Ujung.
“Jadi kebetulan kami punya pulau ini kurang lebih 3 km, punya bentuk memanjang, jadi titik PLTS ini kita sepakati untuk difokuskan tepat di tengah-tengah pulau agar tidak terganggu oleh aktivitas warga karena tidak berada di tengah-tengah pemukiman. Akses ke sana tidak menggunakan fasilitas apapun, jadi cukup jalan kaki,” ungkap pria yang asli kelahiran Pulau Kapoposang.
Lokasi itu juga memudahkan dua operator PLTS yang satu di antaranya merupakan penduduk asli Pulau Kapoposang untuk menjalankan aktivitas dan tugasnya.
“Lokasi di tengah pulau itu juga memudahkan akses para operator yang sudah dilatih dan diberikan pendidikan tentang bagaimana mengoperasikan PLTS, karena kan pengecekannya itu rutin dan berkala per 2 jam atau 3 jam
“Ada dua orang, satu orang itu sudah sejak awal sudah diperuntukkan untuk mengikuti kegiatan pelatihan karena masing-masing PLTS itu diminta satu orang. Kalau tidak salah waktu itu ada tujuh desa yang bersamaan mendapatkan PLTS,” jelasnya.
Untuk insentif kedua operator di ambil dari iuran masyarkat.
Di mana setiap bulannya, masyarakat diminta untuk membayarkan iuran sebesar Rp 30.000.
“Ada iuran tujuannya untuk memberikan insentif kepada dua orang operator ini. Kalau untuk besaran iurannya sekarang perbulannya di angka Rp 30.000. Tujuan lainnya digunakan untuk pembaruan alat-alat yang bersifat ringan seperti colokan dan lighting,” imbuhnya.
Selain itu, dalam penggunaanya, PLTS di Desa Mattiro Ujung diperuntukkan untuk aliri listrik selama 24 jam melainkan hanya digunakan pada malam hari saja.
“Jadi PLTS ini bukan 24 jam, cuma malam hari, walaupun kemampuan daripada kita punya PLTS ini 24 jam tetapi dengan kesepakatan masyarakat kami kita manfaatkan di malam hari saja supaya yang pertama asas ketahanannya, mudah-mudahan barang ini bisa tetap awet. Kalau siang itu nggak ada tanpa listrik iya tanpa listrik kalau siang. semua di malam hari.”
PLTS untuk Dunia Pendidikan, Belajar Anak Tak Lagi Gelap
Merdeka listrik benar-benar dirasakan masyarakat di Desa Mattiro Ujung tepatnya di Pulau Kapoposang.
Mulai dari sektor pendidikan, ekonomi hingga teknologi benar-benar merasakan dampaknya.