Breaking News:

Terkini Nasional

Merdeka Listrik di Timur Indonesia: Kades Mattiro Ujung & Bidan Perbatasan Papua Nugini Jadi Saksi

Kisah perjuangan tanpa dan terbatas listrik yang kini sudah merdeka setelah mendapatkan bantuan dari Kementerian ESDM dan PLN.

|
Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
PLN.com dan HO TribunWow.com
Potret ilustrasi PLTS di Desa Mattiro Ujung (kiri) dan bidan di distrik Mindiptana (kanan). 

“Nah, di 2017 ini, kalau tidak salah kemarin pekerjaannya itu, di bulan 8, di bulan 7 itu, sudah mulai dikerjakan tiga bulan, tiga bulan pekerjaan itu, sampai selesai, Alhamdulillah, akhir 2017 kami sudah menikmati yang namanya penerangan listrik dari pembangkit listrik tenaga surya.  Dan itu kami nikmati sampai sekarang,” ungkapnya.

Untuk menjaga PLTS, Hasanuddin dan masyarakatnya di Pulau Kapoposang sepakat untuk membuat beberapa aturan.

Pembuatan aturan itu dilakukan karena berkaca dari beberapa PLTS lainnya yang seumuran namun sudah tak bisa digunakan karena pemakaian yang salah dan pemeliharaan yang tak maksimal.

 “Jadi, pembangkit itu kami nikmati sampai sekarang karena sebelum terlalu jauh kemarin di 2017 itu,  memang kami buatkan aturan, kesepakatan bersama, dengan bersama warga, masyarakat di sana. Karena kan ini, PLTS ini kan sangat rentang sekali. Sangat rentang ketika misalnya  pemeliharaannya tidak maksimal.”

“Karena ada beberapa PLTS yang sejenisnya, yang seumuran, itu tinggal sisa pembangkitnya aja sekarang, karena kenapa? Karena masyarakatnya mungkin tidak sama-sama menjaganya, dan pemakaiannya seenaknya.Sementara kita tahu bersama bahwa  PLTS ini kan terbatas gitu. Sebenarnya, kalau diperuntukkan untuk kebutuhan penerangan itu sudah lumayan, tetapi untuk yang lain-lainnya itu masih terbatas. Masih terbatas. Kemudian, elektronik-elektronik yang punya daya tinggi itu kan belum bisa,” terangnya.

Untuk pasokannya, masyarakat diberi target listrik di angka 450 watt.

Apabila ada masyarakat yang membutuhkan lebih, bisa mengajukan kelipatan di mana per 100 wattnya tambah biaya Rp 10.000.

“Jadi ada batasan-batasannya, untuk listrik subsidi, kita kasih target semua masyarakat standar listriknya di angka 400 watt tiap malam, apabila ada masyarakat yang membutuhkan lebih dari 400 itu, itu bisa mengusulkan tapi dikenakan kelipatan per 100 wattnya Rp 10.000, misal saya enggak cukup kalau 400 watt, karena saya mau menyalakan tv, maka tadinya yang standar Rp 30.000 naik e Rp 40.000, karena kan tidak kebutuhan listrik kita sama,” beber kades yang pernah viral karena datang ke pelantikan menggunakan sepeda kebo

Untuk pengaturannya, pasokan listrik bakal dimulai jam 17.00 WIB.

Habis atau tidaknya nanti akan secara otomatis bakal kembali diperbaharui 400 watt.

“Jadi isi ulang itu sudah terprogram, misalnya listrik saya di meteran 400 watt, misal habis atau tidak habis besok diperbaharui kembali ke 400 watt. Memang di shelter ini semua sudah terprogram, satu kali pencet sudah dialiri listrik dengan daya yang bervariatif, dimulai jam 5 sore. Meski begitu, di jam 5 sore itu masih diberikan kesempatan bagi yang masih memiliki kelebihan listrik yang semalam belum digunakan, jadi dia bisa memanfaatkannya untuk mencuci, atau mesin air yang mau dinyalakan, nanti jam 18.00 WIB itu semua diperbaharui, satu kali tembak semua terisi lagi,” imbuhnya.

Untuk kapasitas, PLTS di Pulau Kapoposang, Desa Mattiro Ujung memiliki daya 50 kWp yang diperuntukkan guna mengaliri 117 rumah dalam satu pulau.

Sinergi ESDM, Pemerintah Desa dan Antusiasme Warga

Dalam proses pembuatannya, Kementerian ESDM, pemerintah desa serta warga saling bersinergi satu sama lain.

Berawal dari pemerintah desa yang mendorong pengusulan program yang terus diajukan melalui birokrasi.

Hingga akhirnya, Kementerian ESDM memilih satu di antara desa penerima manfaat PLTS yakni Desa Mattiro Ujung, Pulau Kapoposang.

Halaman 2/4
Tags:
Terkini NasionalKementerian ESDMPapuaListrik
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved