"Bukan, masalahnya dia (Ferdy Sambo) enggak masuk akal banget dia nembak pakai pistol Yosua. Tapi enggak apa-apa, sah-sah saja. Saya enggak akan pressure dia harus ngaku, saya enggak butuh pengakuan," kata pria diduga hakim Wahyu.
Ia kemudian menegaskan bahwa majelis hakim tidak membutuhkan pengakuan terdakwa untuk menilai kebenaran kasus.
Pria diduga hakim Wahyu itu lantas mengaku sempat gemas ingin berkomentar dalam persidangan.
"Saya enggak butuh pengakuan. Kita bisa menilai sendiri. Silakan saja saya bilang mau buat kaya gitu. Kemarin tuh sebenernya mulut saya sudah gatel, tapi saya diemin aja," tandasnya.
Baca juga: Sebut Pelaku Pembunuhan Berencana Harus Tenang, Ahli Pidana: Saya Yakin Ferdy Sambo Pasti Marah
Pakar: Hakim Sudah Curiga
Ahli Hukum Pidana Universitas Brawijaya, Aan Widiarto, membeberkan dugaan terkait kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Dilansir TribunWow.com, Aan menilai perencanaan pembunuhan tersebut telah disusun sejak Brigadir J masih di Magelang, Jawa Tengah.
Hal ini dibuktikan dari ikut sertanya ajudan dan ART Ferdy Sambo yang bertugas di Magelang mengantar Putri Candrawathi (PC) ke Jakarta.
Baca juga: Yakin Motif Pelecehan Cuma Pengalihan Isu, Ayah Brigadir J: Untuk Menutupi Kasus Penting di Dalamnya
Aan sebelumnya sempat mempertanyakan penyitaan senjata api milik Brigadir J oleh terdakwa Ricky Rizal (Bripka RR) saat mereka masih di Magelang pada Kamis (7/7/2022).
Meski telah diamankan, senjata tersebut muncul lagi di TKP pembunuhan Brigadir J dan digunakan oleh Ferdy Sambo untuk menembak dinding setelah insiden terjadi sehari kemudian.
Aan kemudian menyoroti adanya kejanggalan dan indikasi perencanaan yang mungkin telah mulai dieksekusi sejak masih berada di Magelang.
Baca juga: Dikenal Harmonis, Berikut Motif Anak Kedua Bunuh Keluarga di Magelang, Akui Sudah 2 Kali Meracuni
"Hakim sudah curiga ini, dengan hakim bertanya kepada PC waktu itu bahwasanya 'Apakah Kuat disuruh ke Jakarta?'," tutur Aan dikutip kanal YouTube KOMPASTV.
"Jawabannya PC tidak disuruh, tapi kenapa Kuat yang menyetir? Tidak mungkin tidak disuruh kemudian menyetir."
Dari fakta tersebut, Aan mempertanyakan pemindahan posisi Bripka RR dan Kuat Maruf dari Magelang ke Jakarta.
Diduga, hal ini ada keterkaitan dengan skenario Ferdy Sambo yang kemudian menyeret puluhan aparat Polri untuk melakukan rekayasa.
"Berarti kan ada orang dari Magelang. Kuat kan posisinya di Magelang, Ricky Rizal oposisinya juga di Magelang menjaga anak-anak, ini dibawa ke Jakarta," terang Aan.
"Ini ada apa? Ini pertanyaan besar kenapa orang-orang yang dari sana dibawa ke Jakarta."(TribunWow.com/Via)