Breaking News:

Perang Israel Vs Hamas

Perang Israel Vs Hamas, Warga Gaza Kini Hidup di Kondisi Penuh Ketakutan: Tak Ada Tempat yang Aman

Warga Kota Gaza hidup di tengah ketakutan karena serangan balasan Israel masih terus berlanjut. Ini ceritanya

BBC Indonesia
Israel-Palestina: Saling serang terus berlanjut, lebih dari 1000 warga Palestina dan Israel tewas. 

Di tengah situasi itu, warga sipil di Gaza tidak memiliki banyak pilihan untuk menyelamatkan diri.

Perbatasan dengan Mesir tidak ditutup sepenuhnya, namun hanya 400 orang per hari yang diizinkan keluar-masuk, dengan daftar tunggu yang sangat panjang.

Jalur untuk keluar dari Gaza bagi warga sipil pun selama ini tak pernah mudah, terutama sejak Israel memulai aksi pembalasan atas serangan Hamas.

Satu-satunya pilihan bagi masyarakat adalah menyelamatkan diri ke sekolah-sekolah yang dikelola oleh PBB.

PBB mengatakan bahwa tempat penampungan sementara mereka telah terisi 90 persen dan tidak bisa menampung lebih banyak orang lagi.

Sebagian orang memilih berlindung di ruang bawah tanah rumah mereka, namun mereka dapat terjebak apabila bangunan tersebut roboh.

Sekitar 30 keluarga telah terjebak di salah satu ruang bawah tanah pada Senin malam.

Lebih dari 770 orang tewas dan sekitar 4.100 orang terluka dalam serangan balasan Israel di Gaza.

Selain itu, lebih dari 187.000 orang mengungsi dan jumlahnya diperkirakan masih akan meningkat.

Sementara di Israel, lebih dari 900 orang telah meninggal akibat serangan Hamas.

Baca juga: Balas Serangan Hamas, Israel Disebut Gunakan Senjata Penghancur Bunker untuk Terobos Terowongan Gaza

Toko-toko Kosong

Ishaq, 27, dulu tinggal bersama ibu, ayah, saudari ipar dan kelima anaknya di lingkungan Shujaiyya.

Setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan memasuki “perang yang panjang dan sulit” setelah serangan Hamas pada hari Sabtu (07/10), Ishaq dan keluarganya berusaha mengantisipasi.

Mereka mengumpulkan barang-barang mereka yang paling berharga dan masing-masing membawa tas kecil sembari mencari perlindungan di pusat kota.

Dalam perjalanannya, keluarga beranggotakan 20 orang tersebut mencoba untuk membeli kebutuhan pokok seperti bahan makanan, namun toko-toko sudah hampir kosong karena banyak warga Gaza yang bergegas untuk membeli persediaan setelah mereka mengetahui serangan hari Sabtu.

Mereka akhirnya bersembunyi di sebuah bangunan di tengah kota, bersama dengan keluarga lainnya.

“Kami tinggal di sana selama 48 jam tanpa listrik atau air,” kata Ishaq.

Kemudian pada Senin (09/10) malam, dia menerima pesan dari tentara Israel untuk mengevakuasi gedung tersebut pada tengah malam.

Pelarian mereka hanya diterangi oleh serangan udara.

“Yang bisa kami lihat di sekitar kami hanyalah puing-puing bangunan”.

Mereka berjalan ke sebelah utara dari pusat kota menuju salah satu kawasan pemukiman yang biasanya lebih sepi, namun mereka melihat bahwa "sebagian besar bangunan sudah rata dengan tanah".

Ishaq dan keluarganya telah bersembunyi selama lebih dari 12 jam di lantai bawah tanah yang gelap di sebuah bangunan yang hancur sebagian, bersama dengan 10 keluarga lainnya.

“Kami benar-benar hidup dalam ketakutan akan apa yang akan terjadi pada kami dan kami sama-sama berdoa untuk keselamatan,” katanya.

Mereka masih tidak tahu apa yang harus dilakukan atau ke mana harus pergi selanjutnya.

'Tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya'

Seorang ibu di Kota Gaza mencoba mengira dia berada di area yang “lebih aman” pada Senin (9/10) malam.

“Orang-orang mengungsi ke rumah kami dan ada 18 orang yang tinggal bersama kami sejak siang kemarin,” Najla Shawa, yang bekerja untuk lembaga amal Oxfam.

Namun dia terbangun pada pukul 01.00 dini hari karena teriakan orang-orang yang meninggalkan daerah tersebut.

“Bayangkan betapa paniknya, punya enam orang anak, dan 20 orang dari keluarga yang berbeda-beda menaiki mobil kami mencoba untuk melarikan diri,” kata Najla.

Setelah berhasil menemukan tempat berlindung di sebuah restoran, dia kembali ke rumahnya.

Betapa terkejutnya dia saat melihat bangunan di seberang rumahnya telah “rata” dan jendela-jendela di rumahnya pecah.

“Momen-momen ini tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya,” ujarnya.

Angkatan Udara Israel mengatakan mereka telah menyerang 200 posisi kelompok milisi dalam semalam.

Jumlah orang yang tewas di Gaza pun mencapai 300 orang dalam sehari pada Senin (09/10).

Menteri Kesehatan Palestina mengatakan dua per tiga di antaranya adalah warga sipil.

Lebih dari 100 dari mereka adalah anak-anak dan perempuan.

Salah satu serangan signifikan menghantam pasar pengungsi, namun Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan sebuah rumah milik komandan Hamas.

Ketika serangan mereka menghantam rumah tersebut, banyak orang di jalan dan di sekitarnya turut terbunuh. (*)

Baca berita lainnya

Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul 'Di mana kami bisa bersembunyi ketika kematian datang dari langit?' Nasib warga Gaza

Sumber: BBC Indonesia
Tags:
HamasGazaIsraelPalestinaPerang Israel Vs Hamas
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved