Konflik Rusia Vs Ukraina
Was-was atau Waspada? Putin Perintahkan Intelijen Rusia untuk Perketat Kontrol dan Basmi Mata-mata
Presiden Rusia Vladimir Putin secara khusus meminta dinas keamanan Rusia untuk melakukan penjagaan kontrol yang lebih ketat.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan penguatan perbatasan Rusia dan memberi instruksi khusus untuk dinas keamanan.
Dilansir TribunWow.com, Putin memerintahkan lembaga khusus tersebut agar melakukan kontrol yang lebih ketat terhadap masyarakat.
Selain itu juga untuk membasmi orang yang dinilai sebagai pengkhianat, mata-mata, dan penyabotase.
Baca juga: Diduga Balasan Ukraina, Ledakan Terjadi di Perbatasan Rusia, Berikut Keterangan Pejabat Setempat
Berbicara pada Hari Layanan Keamanan, yang dirayakan secara luas di Rusia, Putin pada hari Senin (19/12/2022), menyerukan instruksi tegas tersebut.
Putin menugaskan pejabat keamanannya untuk melindungi perbatasan, meningkatkan kontrol masyarakat, dan memaksimalkan penggunaan potensi operasional, teknis, dan personelnya.
Secara khusus, Dinas Keamananan Rusia diperintah untuk mencegah risiko pengkhianatan yang datang dari luar negeri dan internal.
"Ketenangan maksimum, konsentrasi pasukan sekarang dibutuhkan dari badan-badan kontraintelijen, termasuk intelijen militer," kata Putin dikutip dari Al Jazeera, Selasa (20/12/2022).
"Penting untuk menekan tindakan dinas khusus asing, dengan cepat mengidentifikasi pengkhianat, mata-mata, dan penyabotase."

Baca juga: Hancurkan Jembatan dan Isolasi Tentara Rusia, Ukraina Gunakan Taktik Kherson untuk Rebut Melitopol
Putin juga menekankan bahwa perbatasan Rusia juga harus diperkuat.
"Pekerjaan harus diintensifkan melalui dinas perbatasan dan Dinas Keamanan Federal (FSB)," lanjut Putin.
"Dan itu (perbatasan) harus ditutupi secara andal. Setiap upaya untuk melanggarnya harus digagalkan dengan cepat dan efektif menggunakan kekuatan dan sarana apa pun yang kita miliki, termasuk unit aksi bergerak dan pasukan khusus."
Putin juga mengatakan bahwa adalah tugas dinas keamanan khusus untuk memastikan keselamatan orang yang tinggal di wilayah Ukraina yang diklaim Moskow pada bulan September.
Di sisi lain, Kyiv dan sekutu Baratnya mencap langkah itu sebagai aneksasi ilegal.
"Adalah tugas Anda untuk melakukan semua yang diperlukan untuk memastikan keamanan mereka secara maksimal, menghormati hak dan kebebasan mereka," kata Putin, seraya menjanjikan akan ada lebih banyak peralatan dan senjata modern.
Komentar Putin datang ketika serangan rudal Rusia di Ukraina telah meningkat, sementara perang telah berjalan selama 10 bulan.
Baca juga: Kecanggihan Rudal Patriot, Sistem Pertahanan Udara yang akan Dikirim AS ke Ukraina untuk Halau Rusia
Pertama Kalinya Putin Batalkan Konferensi Pers Tahunan
Presiden Rusia Vladimir Putin telah membatalkan konferensi pers akhir tahun tahunannya untuk pertama kalinya dalam 10 tahun.
Dilansir TribunWow.com, kantor kepresidenan Rusia mengumumkan hal pada hari Senin (12/12/2022), saat perang di Ukraina memasuki bulan ke-10.
Disinyalir pembatalan ini bertautan dengan konflik di Ukraina yang kini semakin memanas.
Baca juga: Markas Tentara Wagner Rusia Hancur di Luhansk, Ukraina Gencarkan Serangan Balasan di Melitopol
"Untuk konferensi pers besar, ya, itu tidak akan terjadi sebelum Tahun Baru," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dikutip The Moscow Times.
"Tapi kami berharap presiden masih menemukan kesempatan untuk berbicara dengan jurnalis, seperti yang biasa dia lakukan, termasuk selama kunjungan luar negeri,” tambah Peskov.
Peskov tidak memberikan alasan untuk mematahkan tradisi, tetapi invasi Rusia yang sedang berlangsung ke Ukraina kemungkinan besar menjadi faktor penting dalam keputusan tersebut.
Putin, yang telah berkuasa sejak tahun 2000, telah mengadakan konferensi pers dengan wartawan Rusia dan asing pada bulan Desember di sebagian besar tahun pemerintahannya.
Ia akan menjawab pertanyaan secara langsung tentang berbagai topik yang berkaitan dengan kebijakan dalam dan luar negeri Rusia.
Selama pertemuan media, sebuah acara politik besar di negara itu, Putin mendedikasikan sebagian besar tontonannya untuk menjawab pertanyaan ringan dari jurnalis lokal dan publik.
Acara ini digelar dengan tujuan agar pemerintahannya bisa membanggakan rasa hormatnya terhadap kebebasan berekspresi dan transparansi dalam pemerintahan.

Baca juga: Serangan Rusia Dibalas Ledakan 2 Pangkalan Udara, Diduga Ulah Ukraina untuk Hancurkan Nuklir
Tahun lalu, dia berbicara selama lebih dari empat jam.
Namun, tahun ini akan menandai pertama kalinya dalam satu dekade Putin tidak mengadakan konferensi pers bulan Desember, yang merupakan kesempatan langka bagi wartawan di luar Kremlin, termasuk wartawan internasional, untuk mengajukan pertanyaan langsung kepada presiden Rusia.
Tahun lalu, Kremlin memilih sekitar 500 jurnalis Rusia dan asing untuk berpartisipasi dalam konferensi pers tahunan Putin, meskipun banyak media tidak dapat mengajukan akreditasi karena pembatasan Covid-19.
Kini, beberapa media editorial independen, termasuk Novaya Gazeta yang pemimpin redaksinya baru saja dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian, mengatakan mereka tidak menerima undangan ke acara tahunan tersebut.
Adapun beberapa pertanyaan pada acara empat jam tahun lalu didedikasikan untuk situasi geopolitik di Ukraina.
"Ini bukan pilihan kami, kami tidak menginginkan ini," kata Putin Desember lalu saat menjawab pertanyaan tentang potensi konflik dengan Kyiv.
Pada 24 Februari 2022, Putin mengirim pasukan ke Ukraina, dan pada 21 September 2022, dia mengumumkan mobilisasi untuk menopang pasukan Moskow di sana.
Ratusan ribu orang melarikan diri dari Rusia untuk menghindari wajib militer, sementara protes tumbuh di antara etnis minoritas di daerah terpencil dan miskin di Siberia, tempat angkatan bersenjata Rusia telah lama merekrut secara tidak proporsional.
Hal ini telah mengucilkan Rusia di arena internasional, karena Putin mengejar suara-suara kritis lokal yang tidak setuju atas invasi atau mobilisasi itu sendiri.
Kritik di antara orang Rusia telah tumbuh ketika Moskow mengalami kemunduran militer dalam perang, termasuk hilangnya kota besar Kherson di selatan, yang telah dianeksasi secara ilegal oleh Rusia.
Ribuan orang Rusia telah terbunuh sejak invasi pada bulan Februari, masalah yang sebagian besar diabaikan di televisi pemerintah. Perekonomian negara juga terpukul keras karena sanksi global terhadap berbagai oligarki, bank, dan institusi lainnya melonjak.(TribunWow.com/Via)