Konflik Rusia Vs Ukraina
Pejabat 'Boneka' Rusia di Ukraina Tewas karena Bom di Mobil, Videonya Beredar di Medsos
Seorang pejabat pilihan pemerintah Rusia di wilayah Ukraina tewas mengenaskan karena ledakan bom yang dipasang di mobilnya.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Hertling mengatakan perlawanan yang dilakukan oleh Ukraina di wilayah kekuasaan musuh akan memiliki dampak yang nyata.
Baca juga: Ledek Macron, Pabrik Senjata di Rusia Tantang Prancis Kirim Lebih Banyak Artileri ke Ukraina

Pemerintah Ukraina Mulai Diprotes Rakyatnya
Rasa kesal dan frustasi mulai tumbuh di masyarakat Ukraina.
Rakyat Ukraina kini mulai memprotes pemerintah mereka karena mengirimkan warga sipil yang tak memiliki pengalaman militer untuk berperang menghadapi pasukan Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari Skynews, seiring naiknya korban jiwa dari pihak Ukraina, warga di sana mulai memprotes lantaran anggota keluarga mereka ada yang dikirim untuk berperang melawan Rusia padahal tak memiliki pengalaman perang.
Warga Kyiv/Kiev bernama Viktoriia Bilan-Raschuk (43) menjelaskan bagaimana suaminya dikirim untuk berperang di Severodonetsk padahal tak memiliki latar belakang militer.
Mirisnya, Viktoriia harus menabung uang demi bisa membeli perlengkapan militer untuk suaminya.
Viktoriia mengaku siap untuk memprotes kondisi yang ia alami.
"Pemerintah tidak melakukan banyak hal untuk mendukung mereka. Semakin lama ini berlangsung, makin banyak orang yang akan marah," kata dia.
Sebelumnya, pejabat Rusia menyebut pemerintah Ukraina bersikap munafik terkait nasib warga sipil yang terjebak di pabrik kimia Azot, Severodonetsk.
Sikap yang sama diklaim pernah ditunjukkan saat insiden pengepungan di pabrik Azovtal, Mariupol.
Sama seperti di Mariupol, Rusia menekankan pasukannya tak pernah menahan warga sipil untuk menyelamatkan diri.
Dilansir TASS, Rabu (15/6/2022), Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia,mengatakan tidak ada hambatan lain bagi warga sipil untuk meninggalkan pabrik Azot di Severodonetsk.
Ia menilai justru keputusan Kiev dan pihak nasionalislah yang melarang orang-orang tersebut untuk keluar.
Hal ini diklaim sebagai strategi untuk menjadikan para tentara dan tentara yang terjebak sebagai tameng manusia.