Konflik Rusia Vs Ukraina
5 Kasus Pengkhianatan di Konflik Rusia-Ukraina, dari Nenek-nenek hingga Politisi Provokasi Nuklir
Selama konflik antara Rusia dan Ukraina berlangsung, santer beredar informasi kedua belah pihak memergoki pengkhianat di kubu mereka.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Nadiya diciduk saat sedang berlindung di basemen.
Ia lalu dibawa keluar dan digiring oleh pasukan elit Ukraina.
Sembari digiring melewati sejumlah penduduk desa, Nadiya mendadak marah dan berteriak.
"Pengkhianat! Kalian pikir kalian telah menemukan seorang pengkhianat?" ucap Nadiya.
"Tidak tahu malu. Saya selalu di sini sepanjang waktu. Bagaimana kalian pikir kami hidup di sini?" kata dia.
Nadiya juga dituding memaksa penduduk desa untuk memakai pita lengan berwarna putih sebagai bentuk dukungan terhadap pasukan militer Rusia.
Tuduhan pengkhianatan yang dilakukan oleh Nadiya dikonfirmasi Gubernur Kharkiv Oleh Syniegubov.
"Berdasarkan investigasi, Nadiya Antonova berpihak dengan musuh di Desa Kutuzivka," ujar Oleh.
"Dia membangun hubungan dengan kepala pasukan militer Rusia, dengan kode 'Ksatria'" ungkapnya.
4. Tentara Rusia Buat Divisi Baru Lawan Putin
Di tengah konflik yang berlarut-larut, beberapa tentara Rusia dikabarkan berbondong-bondong membelot dan berpindah kubu ke Ukraina.
Bahkan para tentara Rusia yang membelot membuat divisi khusus di pasukan militer Ukraina.
Dalam foto yang beredar tampak para tentara Rusia yang membelot diajari oleh tentara Ukraina cara menggunakan senjata peluncur roket anti tank modern.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, para tentara Rusia itu menamakan diri mereka Pasukan Kebebasan Rusia.
Kementerian Pertahanan Ukraina sempat menyampaikan pada Rabu (30/3/2022), komandan dalam pasukan ini rutin mengunjungi para tentara Rusia yang ditahan dan dipilih siapa yang mau membelot ke kubu Ukraina.
Para tentara Rusia yang ditahan disebut sehati ingin memerangi pasukan Chechnya yang dipimpin oleh Ramzan Kadyrov.
Di sisi lain, sejumlah tentara Rusia saat ini disebut tengah ramai-ramai melakukan pemberontakan terhadap komandan mereka atas konflik di Rusia-Ukraina.
Para tentara Rusia tersebut mulai tak mematuhi instruksi atasan mereka hingga menyabotase senjata mereka sendiri.
Informasi terkait tentara Rusia yang memberontak diungkapkan oleh Government Communications Headquarters (GCHQ).
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, GCHQ adalah sebuah organisasi yang bertugas menyediakan intelijen atau informasi untuk pemerintah Inggris.
Dugaan pemberontakan ini diperkuat dengan beredarnya sebuah video tentara yang frustasi karena hanya dibekali senjata buatan tahun 1940 yang sudah tak layak pakai.
Kepala GCHQ, Sir Jeremy Fleming mengungkap ada sejumlah pesawat tempur milik Rusia dijatuhkan oleh tentara Rusia sendiri.
"Komando dan kontrol berada dalam kekacauan," ujar Fleming.
GCHQ sendiri sempat menyadap sejumlah percakapan antara tentara Rusia yang berisi tentang rencana memberontak.
"Kami telah melihat tentara Rusia kekurangan senjata dan moral, menolak untuk menjalankan pemerintah, menyabotase peralatan mereka sendiri dan secara sengaja menembak pesawat mereka sendiri," jelas Fleming.
Fleming menyampaikan, pemerintah Rusia saat ini tengah menggunakan tentara bayaran untuk meminimalisir kerugian pasukan militer Rusia.
Baca juga: Rusia Sindir Ukraina Korbankan 50 Anggota Pasukan Elit Hanya untuk Pencitraan Ingin Rebut Pulau Ular
Baca juga: Sosok Kepala Intelijen Baru Rusia, Jenderal Kelahiran Ukraina yang Dikenal Brutal Habisi Musuh Putin
5. Politisi Ukraina Provokasi soal Nuklir
Anggota parlemen Ukraina bernama Ilya Kiva (44) mengeluarkan statement kontroversial terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.
Kiva sendiri telah dikeluarkan dari parlemen Ukraina setelah dicap sebagai pengkhianat karena mendukung invasi yang dilakukan oleh pemerintah Rusia.
Selain mendukung invasi, Kiva meminta agar Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan senjata nuklir untuk melawan Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, pernyataan ini disampaikan oleh Kiva lewat akun Telegram miliknya.
"Ingat!!! Mereka takut dan segan hanya kepada kekuatan!!!" tulis Kiva.
Kiva menyampaikan bagaimana Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan negara-negara barat takut akan senjata nuklir yang dimiliki oleh Rusia.
"Hanya ini (senjata nuklir) yang dapat mengakhiri konfrontasi yang terjadi, tidak hanya dengan otoritas Ukraina, tapi dengan seluruh negara barat yang aktif dan terlibat dalam konflik militer di Ukraina," ungkap Kiva.
"Jika seseorang berpikir ini tidak sesuai aturan, ingat: negara barat yang menulis aturan tersebut sesuai dengan kepentingan mereka dan agar semakin efektif menghancurkan mu," tulisnya.
Kiva diketahui dikeluarkan dari parlemen Ukraina pada bulan Maret lalu.
Saat ini Kiva diduga sedang bersembunyi di Rusia. (TribunWow.com/Anung)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wow/foto/bank/originals/1engakhiri-konflik-di-ukraina-foto-kanan-sekretaris-dewan-l5.jpg)