Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

5 Kasus Pengkhianatan di Konflik Rusia-Ukraina, dari Nenek-nenek hingga Politisi Provokasi Nuklir

Selama konflik antara Rusia dan Ukraina berlangsung, santer beredar informasi kedua belah pihak memergoki pengkhianat di kubu mereka.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TheSun.co.uk
Foto kiri: Politisi pengkhianat pemerintah Ukraina Ilya Kiva meminta agar Rusia menggunakan senjata nuklir untuk mengakhiri konflik di Ukraina. Foto kanan: Sekretaris dewan lokal di Kutuzivka Nadiya Antonova ditangkap oleh pasukan elit dan agen intelijen Ukraina atas tuduhan pengkhianatan. 

TRIBUNWOW.COM - Baik pemerintah Rusia maupun Ukraina mengaku telah memergoki pengkhianat yang ada di kubu mereka.

Kasus-kasus pengkhianatan ini mencuat sejak terjadinya konflik antara Rusia dan Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Berbagai tuduhan disangkakan kepada para pengkhianat tersebut.

Dilansir TribunWow.com, berikut ini adalah sejumlah kasus pengkhianatan dalam konflik Rusia dan Ukraina:

Baca juga: Menlu Rusia Sindir Negara-negara Barat yang Terang-terangan Ingin Lakukan Pencurian

Baca juga: Dalam 1 Hari, Pasukan Rusia Disebut Tembaki Pemukiman Penduduk di Ukraina hingga 15 Kali

1. Hasut Warga Jangan Musuhi Tentara Rusia

Pejabat pemerintahan lokal di Kota Staryi Saltiv bernama Eduard Konovalov ditangkap oleh pasukan elit dan agen intelijen Ukraina atas tuduhan pengkhianatan.

Konovalov dituduh secara sukarela memihak ke musuh ketika pasukan militer Rusia melakukan invasi.

Tuduhan pengkhianatan Konovalov disampaikan oleh Gubernur Kharkiv, Oleh Syniegubov.

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Konovalov diketahui menjabat sebagai ketua dewan lokal.

Pada saat pasukan militer Rusia datang menyerang, Konovalov dituding menyediakan rumah untuk ditempati tentara Rusia, bahkan menghasut agar warga setempat tidak memusuhi pasukan yang dikirimkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut.

Para pengkhianat ini diketahui dapat dituntut hukuman penjara seumur hidup atas kasus pengkhianatan di saat darurat militer.

Kepala Jaksa di Kharkiv, Olexandr Filchakov menjelaskan, pengkhianatan yang dilakukan oleh beberapa warga Ukraina berujung pada penyiksaan dan pembunuhan tentara Ukraina.

Filchakov menjelaskan, timnya kini tengah mengusut 900 kasus kejahatan perang, termasuk 29 kasus pembunuhan dan satu kasus pemerkosaan.

Ia bercerita, selain mengurus kejahatan perang, timnya juga menindak para pengkhianat.

Berdasarkan penjelasan Filchakov, total ada 47 kasus pengkhianatan.

Filchakov mengiyakan bahwa Kharkiv memiliki kasus pengkhiantan tertinggi dibandingkan daerah-daerah lainnya.

2. Putin Tangkap Jenderalnya Sendiri

Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan telah menahan pejabat militernya sendiri.

Bahkan, sosok yang ditahan tersebut merupakan tokoh penting dalam invasi ke Ukraina.

Menurut kabar, wakil kepala unit Rosgvardia, Jenderal Roman Gavrilov ditangkap karena tudingan berkhianat.

Sementara, spekulasi muncul dan menyebut bahwa Jenderal tersebut ditahan sebagai kambing hitam terlambatnya penaklukan Kiev.

Dilansir TribunWow.com dari Daily Star, Jumat (18/3/2022), belum lama ini Putin menyinggung soal pengkhianat negara.

Ia juga menyerukan sebutan sampah bagi para warga Rusia yang menolak perang.

Kali ini, Putin disebut-sebut telah menangkap Jenderal perangnya sendiri dari unit Rosgvardia yang merupakan ujung tombak invasi pertama ke wilayah Ukraina.

Gavrilov yang hingga kini belum diketahui kesalahannya, telah ditangkap oleh Layanan Keamanan Federal Federasi Rusia, FSB.

Satu sumber yang dikutip oleh Christo Grozev dari Bellincat mengatakan Gavrilov ditahan akibat adanya pemborosan bahan bakar.

Sementara tuduhan yang lebih serius adalah tentang kebocoran informasi militer yang menyebabkan hilangnya nyawa.

Namun diketahui bahwa pasukan Rosgvardia yang dipimpin Gasrilov menjadi unit dengan tingkat kematian tentara yang tinggi selama perang.

Adapun sampai hari ini, jumlah tentara Rusia yang meninggal di medan perang masih menjadi perdebatan.

Menurut sumber resmi Kremlin, hanya 498 prajurit Rusia yang tewas dalam invasi ke Ukraina.

Sementara, perkiraan pihak AS mencatat bahwa tentara Rusia yang meninggal mendekati angka 7.000 orang.

Di sisi lain, pihak Ukraina mengklaim telah membunuh 13.500 tentara Rusia yang menyerang di wilayah tersebut.

Menurut The Times, Putin sebelumnya telah menangkap pejabat militer lain selain Gavrilov.

Mereka adalah Sergey Beseda, kepala cabang intelijen asing FSB, yang juga telah ditangkap bersama Anatoly Bolyukh, wakilnya.

Keduanya dikenai tuduhan resmi terkait dengan pelanggaran keuangan.

Namun diperkirakan alasan sebenarnya kemungkinan besar adalah kemarahan Putin karena menerima informasi yang tidak dapat diandalkan, tidak lengkap, dan sebagian salah tentang situasi politik di Ukraina.

Pejabat Pentagon mengatakan bahwa Putin marah dan frustrasi atas kurangnya kemajuan pasukannya.

Dikhawatirkan kondisi ini menyebabkan lebih banyak kekerasan dan kehancuran dalam upaya memaksa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyerah.

3. Nenek di Ukraina Marah Berteriak

Seorang nenek-nenek warga Ukraina bernama Nadiya Antonova tiba-tiba ditangkap oleh pasukan elit dan agen intelijen Ukraina.

Nadiya yang bekerja sebagai sekretaris dewan lokal di Desa Kutuzivka, Kharkiv dianggap telah berkhianat membantu para tentara Rusia yang menginvasi Ukraina.

Meski sempat syok karena tiba-tiba ditangkap, Nadiya kemudian marah-marah dan berteriak mengeluhkan kondisi hidupnya di tengah konflik.

Sekretaris dewan lokal di Kutuzivka Nadiya Antonova ditangkap oleh pasukan elit dan agen intelijen Ukraina atas tuduhan pengkhianatan.
Sekretaris dewan lokal di Kutuzivka Nadiya Antonova ditangkap oleh pasukan elit dan agen intelijen Ukraina atas tuduhan pengkhianatan. (TheSun.co.uk)

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Nadiya dituding telah membocorkan identitas polisi, tentara, dan pasukan elit yang tergabung dalam pasukan pertahanan lokal.

Nadiya juga dituduh membocorkan identitas pemburu dan penjaga taman kepada Rusia.

Pemburu dan penjaga taman ini diketahui memiliki pengetahuan yang baik tentang wilayah pedesaan di Ukraina.

Nadiya diciduk saat sedang berlindung di basemen.

Ia lalu dibawa keluar dan digiring oleh pasukan elit Ukraina.

Sembari digiring melewati sejumlah penduduk desa, Nadiya mendadak marah dan berteriak.

"Pengkhianat! Kalian pikir kalian telah menemukan seorang pengkhianat?" ucap Nadiya.

"Tidak tahu malu. Saya selalu di sini sepanjang waktu. Bagaimana kalian pikir kami hidup di sini?" kata dia.

Nadiya juga dituding memaksa penduduk desa untuk memakai pita lengan berwarna putih sebagai bentuk dukungan terhadap pasukan militer Rusia.

Tuduhan pengkhianatan yang dilakukan oleh Nadiya dikonfirmasi Gubernur Kharkiv Oleh Syniegubov.

"Berdasarkan investigasi, Nadiya Antonova berpihak dengan musuh di Desa Kutuzivka," ujar Oleh.

"Dia membangun hubungan dengan kepala pasukan militer Rusia, dengan kode 'Ksatria'" ungkapnya.

4. Tentara Rusia Buat Divisi Baru Lawan Putin

Di tengah konflik yang berlarut-larut, beberapa tentara Rusia dikabarkan berbondong-bondong membelot dan berpindah kubu ke Ukraina.

Bahkan para tentara Rusia yang membelot membuat divisi khusus di pasukan militer Ukraina.

Dalam foto yang beredar tampak para tentara Rusia yang membelot diajari oleh tentara Ukraina cara menggunakan senjata peluncur roket anti tank modern.

Tentara Ukraina mengajari perlengkapan militer modern terhadap tentara Rusia yang membelot.
Tentara Ukraina mengajari perlengkapan militer modern terhadap tentara Rusia yang membelot. (THE FREEDOM OF RUSSIA LEGION/Thesun.co.uk)

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, para tentara Rusia itu menamakan diri mereka Pasukan Kebebasan Rusia.

Kementerian Pertahanan Ukraina sempat menyampaikan pada Rabu (30/3/2022), komandan dalam pasukan ini rutin mengunjungi para tentara Rusia yang ditahan dan dipilih siapa yang mau membelot ke kubu Ukraina.

Para tentara Rusia yang ditahan disebut sehati ingin memerangi pasukan Chechnya yang dipimpin oleh Ramzan Kadyrov.

Di sisi lain, sejumlah tentara Rusia saat ini disebut tengah ramai-ramai melakukan pemberontakan terhadap komandan mereka atas konflik di Rusia-Ukraina.

Para tentara Rusia tersebut mulai tak mematuhi instruksi atasan mereka hingga menyabotase senjata mereka sendiri.

Informasi terkait tentara Rusia yang memberontak diungkapkan oleh Government Communications Headquarters (GCHQ).

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, GCHQ adalah sebuah organisasi yang bertugas menyediakan intelijen atau informasi untuk pemerintah Inggris.

Dugaan pemberontakan ini diperkuat dengan beredarnya sebuah video tentara yang frustasi karena hanya dibekali senjata buatan tahun 1940 yang sudah tak layak pakai.

Kepala GCHQ, Sir Jeremy Fleming mengungkap ada sejumlah pesawat tempur milik Rusia dijatuhkan oleh tentara Rusia sendiri.

"Komando dan kontrol berada dalam kekacauan," ujar Fleming.

GCHQ sendiri sempat menyadap sejumlah percakapan antara tentara Rusia yang berisi tentang rencana memberontak.

"Kami telah melihat tentara Rusia kekurangan senjata dan moral, menolak untuk menjalankan pemerintah, menyabotase peralatan mereka sendiri dan secara sengaja menembak pesawat mereka sendiri," jelas Fleming.

Fleming menyampaikan, pemerintah Rusia saat ini tengah menggunakan tentara bayaran untuk meminimalisir kerugian pasukan militer Rusia.

Baca juga: Rusia Sindir Ukraina Korbankan 50 Anggota Pasukan Elit Hanya untuk Pencitraan Ingin Rebut Pulau Ular

Baca juga: Sosok Kepala Intelijen Baru Rusia, Jenderal Kelahiran Ukraina yang Dikenal Brutal Habisi Musuh Putin

5. Politisi Ukraina Provokasi soal Nuklir

Anggota parlemen Ukraina bernama Ilya Kiva (44) mengeluarkan statement kontroversial terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.

Kiva sendiri telah dikeluarkan dari parlemen Ukraina setelah dicap sebagai pengkhianat karena mendukung invasi yang dilakukan oleh pemerintah Rusia.

Selain mendukung invasi, Kiva meminta agar Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan senjata nuklir untuk melawan Ukraina.

Politisi pengkhianat pemerintah Ukraina Ilya Kiva meminta agar Rusia menggunakan senjata nuklir untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Politisi pengkhianat pemerintah Ukraina Ilya Kiva meminta agar Rusia menggunakan senjata nuklir untuk mengakhiri konflik di Ukraina. (TheSun.co.uk)

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, pernyataan ini disampaikan oleh Kiva lewat akun Telegram miliknya.

"Ingat!!! Mereka takut dan segan hanya kepada kekuatan!!!" tulis Kiva.

Kiva menyampaikan bagaimana Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan negara-negara barat takut akan senjata nuklir yang dimiliki oleh Rusia.

"Hanya ini (senjata nuklir) yang dapat mengakhiri konfrontasi yang terjadi, tidak hanya dengan otoritas Ukraina, tapi dengan seluruh negara barat yang aktif dan terlibat dalam konflik militer di Ukraina," ungkap Kiva.

"Jika seseorang berpikir ini tidak sesuai aturan, ingat: negara barat yang menulis aturan tersebut sesuai dengan kepentingan mereka dan agar semakin efektif menghancurkan mu," tulisnya.

Kiva diketahui dikeluarkan dari parlemen Ukraina pada bulan Maret lalu.

Saat ini Kiva diduga sedang bersembunyi di Rusia. (TribunWow.com/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved