Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Berpotensi Tingkatkan Serangan Siber di Tengah Kekhawatiran atas Ancaman Bom Nuklir

Pihak Rusia diprediksi akan segera melakukan penyerangan siber ke sejumlah jaringan pemerintah Barat.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
Youtube
Ilustrasi Hacker. Terbaru, Rusia diprediksi akan meningkatkan serangan siber, Kamis (21/4/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Pihak Rusia diprediksi akan segera melakukan penyerangan siber ke sejumlah jaringan pemerintah Barat.

Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan kemungkinan memenangkan konflik dan mengurangi sanksi yang dijatuhkan.

Di sisi lain, kabar mengenai Presiden Rusia Vladimir Putin akan menggunakan nuklir juga makin santer digembar-gemborkan.

Vladimir Putin
Vladimir Putin (Foreign Policy Journal)

Baca juga: Perang akan Berlarut-larut, Eks Dubes Inggris Ungkap Kelanjutan Babak Baru Rusia Vs Ukraina

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-56, Jatuhnya Kota Donbas Pertama dan Ultimatum Baru di Mariupol

Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Kamis (21/4/2022), kelompok kejahatan dunia maya dikabarkan telah secara terbuka menjanjikan dukungan untuk Rusia.

AS dan empat sekutu terdekatnya telah memperingatkan bahwa hasil perkembangan intelijen menunjukkan bahwa Rusia sedang mempertimbangkan serangan dunia maya.

Upaya peretasan ini akan dilakukan terhadap negara-negara yang mendukung Ukraina.

Diduga, Rusia nekat melancarkan serangan siber karena frustrasi yang tumbuh akibat kegagalannya untuk membuat kemajuan militer.

Kremlin telah berulang kali membuat ancaman terhadap banyak negara yang telah memasok tentara Ukraina dengan senjata modern.

Anggota jaringan berbagi intelijen 'Five Eyes' (AS, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru) memperkirakan Moskow juga dapat bekerja sama dengan kelompok kejahatan dunia maya.

Serangan itu akan dilakukan terhadap pemerintah, institusi, dan bisnis.

"Perkembangan intelijen menunjukkan bahwa pemerintah Rusia sedang menjajaki opsi untuk potensi serangan siber,” kata Five Eyes dalam peringatan ancaman siber resmi pada hari Rabu.

"Beberapa kelompok kejahatan dunia maya baru-baru ini secara terbuka menjanjikan dukungan untuk pemerintah Rusia," imbuhnya.

"Beberapa kelompok juga mengancam akan melakukan operasi siber terhadap negara dan organisasi yang memberikan dukungan material ke Ukraina."

Organisasi tersebut juga memperingatkan bahwa aktor siber yang disponsori negara Rusia memiliki kemampuan untuk berkompromi dengan jaringan TI, mencuri sejumlah besar data sambil tetap tersembunyi, untuk menyebarkan malware yang merusak dan untuk mengunci jaringan dengan serangan 'distributed denial of service'.

Di sisi lain, Putin juga telah menggunakan peluncuran rudal balistik antarbenua Sarmat (ICBM) baru yang kuat pada Rabu, (20/4/2022).

Senjata militer yang mampu membawa sepuluh atau lebih hulu ledak itu dipakai untuk membuat ancaman nuklir terhadap negara-negara barat.

Sarmat telah lama dalam pengembangan dan uji terbang awalnya akan dimulai pada 2017.

Pentagon mengkonfirmasi bahwa AS telah diberi pemberitahuan tentang uji coba tersebut dan tidak khawatir.

Para pejabat Barat lebih khawatir dengan meningkatnya penekanan yang diberikan Moskow pada persenjataan nuklirnya karena kekuatan konvensionalnya telah goyah di Ukraina.

Pasalnya, tentara Ukraina terus melakukan perlawanan di kota Mariupol yang terkepung dan hancur.

Tetapi sekutu Putin di Chechnya, Ramzan Kadyrov, memperkirakan bahwa tentara penjaga pelabuhan terakhir di pabrik baja Azovstal akan jatuh pada hari ini.

Adapun uji peluncuran ICBM Sarmat disebut sebagai terobosan besar yang akan meningkatkan pertahanan Rusia.

Senjata itu diklaim memiliki karakteristik taktis dan teknis tertinggi dan mampu mengatasi semua sarana pertahanan anti-rudal modern.

"Itu tidak memiliki analog di dunia dan tidak akan lama lagi," kata Putin.

"Senjata yang benar-benar unik ini akan memperkuat potensi tempur angkatan bersenjata kita, memastikan keamanan Rusia dari ancaman eksternal dan menyediakan bahan pemikiran bagi mereka yang, dalam panasnya retorika agresif yang hiruk pikuk, mencoba mengancam negara kita."

Baca juga: Beredar Video Pesan Terakhir Komandan Ukraina saat Dikepung Rusia, Ucap Sumpah dan Mohon Hal Ini

Baca juga: Media AS Dapat Bocoran soal Kondisi Internal Pemerintah Rusia, Putin Kini Diragukan Koleganya

Rusia Serang Jaringan NATO

Google's Threat Analysis Group (Kelompok analisis ancaman milik Google) melaporkan adanya usaha peretasan ke jaringan NATO.

Peretasan tersebut diklaim dilakukan oleh kelompok berbasis Rusia.

Selain NATO, ada jaringan militer milik sejumlah negara Eropa timur yang juga mendapat ancaman peretasan.

Dilansir TribunWow.com dari Euronews, Google's Threat Analysis Group merilis laporan tersebut pada Rabu (30/3/2022).

Disebutkan bahwa peretas Rusia baru-baru ini berusaha untuk menembus jaringan NATO dan militer beberapa negara Eropa timur.

Namun, laporan itu tidak mengatakan militer mana yang menjadi sasaran peretasan.

Google menyebut aksi itu sebagai kampanye phishing kredensial yang diluncurkan oleh kelompok berbasis di Rusia bernama Coldriver, atau Callisto.

"Kampanye ini dikirim menggunakan akun Gmail yang baru dibuat ke akun non-Google, sehingga tingkat keberhasilan kampanye ini tidak diketahui," bunyi laporan itu.

Akan tetapi, hingga saat ini, NATO tidak segera bersedia untuk mengomentari laporan tersebut.

Sementara Rusia, yang sekarang berada di bawah sanksi ekonomi Barat akibat invasinya ke Ukraina, terus membantah tuduhan atas serangan siber terhadap sasaran-sasaran Barat.

Pada tahun 2019, perusahaan keamanan siber Finlandia F-Secure Labs menggambarkan Callisto sebagai aktor ancaman yang tidak dikenal.

Kelompok tersebut dikatakan tertarik pada pengumpulan intelijen terkait dengan kebijakan luar negeri dan keamanan di Eropa.

Menurut Google, kelompok itu juga menargetkan Pusat Keunggulan NATO (NATO Centre of Excellence), tanpa ada penjelasan lebih lanjut.

Dalam sebuah pernyataan, bagian NATO tersebut tidak secara langsung membahas laporan Google tetapi sempat menyinggung hal serupa.

"Kami melihat aktivitas siber berbahaya setiap hari," bunyi keterangan Pusat Keunggulan NATO (NATO Centre of Excellence).

Adapun menurut laporan Google, Calisto meluncurkan aksi phishing kredensial dalam dua minggu terakhir.

Kelompok ini menargetkan beberapa LSM dan think tank yang berbasis di AS, militer negara Balkan, dan kontraktor pertahanan yang berbasis di Ukraina.

Namun, untuk pertama kalinya, TAG mengamati aksi Callisto yang menargetkan militer beberapa negara Eropa Timur, serta Pusat Keunggulan NATO.

Tingkat keberhasilan peretasan ini tidak diketahui, karena aksi tersebut dijalankan menggunakan akun Gmail yang baru dibuat yang dikirim ke akun non-Google.

Google menambahkan bahwa tidak ada akun Gmail yang berhasil disusupi selama peretasan berlangsung.(TribunWow.com)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyNuklir
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved