Konflik Rusia Vs Ukraina
Beredar Video 'Pesan Terakhir' Komandan Ukraina saat Dikepung Rusia, Ucap Sumpah dan Mohon Hal Ini
Mayor Volyna bersikeras pasukannya di pabrik itu tidak akan meletakkan senjatanya, meskipun kalah dalam jumlah yakni sepuluh banding satu.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Beredar video 'pesan terakhir' yang diucapkan oleh Mayor Serhiy Volyna, komandan benteng terakhir pasukan Ukraina di pabrik besi dan baja Azovstal saat tempat itu sudah dikepung Rusia.
Diketahui, pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin mencoba menyerbut Azovstal, lokasi pasukan terakhir Ukraina dan tempat berlindung masyarakat sipil.
Mereka yang bertahan menggunakan terowongan bawah tanah untuk melakukan pertahanan terakhir.
Baca juga: 20 Ribu Tentara Bayaran Rusia sampai di Ukraina, Terungkap Bayaran Pejuang Suriah yang Ikut Perang
Para martir Mariupol tersebut telah bersumpah untuk berjuang sampai mati dalam pertempuran dengan Rusia.
Di tengah kepungan, Mayor Serhiy Volyna mengatakan pasukan tidak akan menyerah meskipun ada ledakan tanpa henti oleh pasukan Rusia.
Mayor Volyna bersikeras pasukannya di pabrik itu tidak akan meletakkan senjatanya, meskipun kalah dalam jumlah yakni sepuluh banding satu.
“Kami tidak akan meletakkan senjata kami,” kata Volyna, dikutip dari whasingtonpost, Kamis (21/4/2022).
Dalam sebuah video yang mengerikan, dia memperingatkan itu bisa menjadi "pesan terakhir" mereka ketika pasukan Rusia mengepung daerah itu dan melepaskan rentetan tembakan terus-menerus, dikutip dari The Sun.

"Ini adalah seruan kami kepada dunia. Ini bisa menjadi pesan terakhir kami," katanya.
"Kami mungkin menghadapi hari-hari terakhir kami."
“Musuh kami melebihi jumlah yakni 10 banding satu. Mereka memiliki keunggulan di udara, dalam artileri, dalam pasukan mereka di darat, dalam peralatan dan di tank."
"Kami hanya mempertahankan satu objek pabrik Azovstal, di mana selain personel militer ada juga warga sipil yang menjadi korban perang."
Dia juga mengeluarkan seruan bagi para pemimpin dunia untuk membantu mengevakuasi warga yang terluka dari kota Mariupol, di mana sebagian besar telah menjadi puing-puing oleh serangan udara dan artileri yang konstan.
"Kami mengimbau dan memohon kepada semua pemimpin dunia untuk membantu kami," tambahnya.
"Kami meminta mereka untuk menggunakan prosedur 'ekstraksi' dan membawa kami ke wilayah negara pihak ketiga."