Virus Corona
Studi Ini Jelaskan Faktor yang Sebabkan Pasien Covid-19 Bisa Terkena Diabetes saat Isolasi Mandiri
Studinya dipresentasikan pada pertemuan tahunan Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes pada Rabu (29/9/2021).
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Prof Shuibing Chen, pakar diabetes dari Weill Cornell Medicine di New York, Amerika Serikat menjelaskan faktor yang bisa menyebabkan pasien Covid-19 terkena diabetes yang telah membuat peningkatan pasien diabetes di banyak negara.
Studinya dipresentasikan pada pertemuan tahunan Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes pada Rabu (29/9/2021).
Dia melaporkan bahwa Covid-19 dapat menginfeksi sel di pankreas yang merupakan organ pembuat insulin.
Baca juga: Pilihan Menu untuk Isolasi Mandiri Covid-19, Kenali 8 Makanan Sumber Protein Nabati
Baca juga: Ada 3 Jenis, Kenali Perubahan pada Kuku yang Bisa Jadi Tanda Pernah Terinfeksi Covid-19
"Ini bisa memberikan wawasan lebih lanjut tentang mekanisme patologis Covid-19,” katanya dalam presentasinya, dikutip dari The Guardian.
Dikatakan bahwa selain keparahan infeksi dan efek jangka panjang pada penyintas Covid-19, penyakit ini juga banyak membuat dokter khawatir karena meningkatnya jumlah pasien yang menderita diabetes baik saat masa infeksi Covid-19, atau setelah pulih darinya.
Awalnya, ini diduga karena penggunaan steroid pada pasien Covid-19 yang parah, namuna ada juga sedikit kasus di mana pasien bergejala ringan menjadi diabetes setelah terinfeksi Covid-19.
Berbagai teori telah dikemukakan untuk menjelaskan peningkatan ini.
Salah satunya adalah virus menginfeksi sel pankreas melalui reseptor ACE2 yang sama yang ditemukan di permukaan sel paru-paru, dan mengganggu kemampuannya memproduksi insulin.
Insulin adalah hormon yang membantu tubuh mengatur kadar glukosa dalam darah.
Baca juga: Lakukan saat Isolasi Mandiri, Ini 6 Gerakan untuk Jaga Kesehatan Paru-paru bagi Pasien Covid-19
Respons antibodi yang berlebihan terhadap virus dapat secara tidak sengaja merusak sel pankreas, atau peradangan di tempat lain di tubuh mungkin membuat jaringan kurang responsif terhadap insulin.
Untuk menyelidikinya, Prof. Chen menyaring berbagai sel dan organoid atau kelompok sel yang tumbuh di laboratorium yang meniru fungsi organ.
Untuk mengidentifikasi mana yang dapat terinfeksi oleh Covid.
Hasilnya menunjukkan bahwa organoid paru-paru, usus besar, jantung, hati, dan pankreas semuanya dapat terinfeksi, seperti halnya sel-sel otak yang memproduksi dopamin.
Eksperimen lebih lanjut mengungkapkan bahwa sel beta penghasil insulin di dalam pankreas juga rentan, dan setelah terinfeksi, sel-sel ini menghasilkan lebih sedikit insulin, serta hormon yang biasanya diproduksi oleh sel pankreas yang berbeda.
“Kami menyebutnya transdiferensiasi,” kata Chen.
“Mereka pada dasarnya mengubah nasib seluler mereka, jadi alih-alih menjadi sel beta hardcore yang mengeluarkan banyak insulin, mereka mulai mencampur hormon yang berbeda."
Belum jelas apakah perubahan yang dipicu oleh infeksi Covid ini bertahan lama.
Hal itu juga membuat kesulitan untuk mengukur seberapa lama penyintas Covid-19 masih memiliki risiko diabetes.
“Namun, kita tahu bahwa beberapa pasien yang kadar glukosa darahnya sangat tidak stabil ketika mereka berada di unit perawatan intensif dan pulih dari Covid-19, beberapa di antaranya juga pulih [pengendalian glukosa], menunjukkan bahwa tidak semua pasien akan permanen,” kata Chen.
Sebelumnya, penelitian lain juga dilakukan secara terpisah oleh Prof Francesco Dotta di University of Siena di Italia bersama timnya.
Mereka mengkonfirmasi bahwa Covid menyerang sel pankreas dengan menargetkan protein angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) di permukaannya, dan bahwa sel beta penghasil insulin mengekspresikan tingkat yang sangat tinggi dari protein ini.
Mereka juga menunjukkan bahwa kadar ACE2 meningkat di bawah kondisi peradangan, yang penting karena orang dengan diabetes tipe 2 yang ada mungkin sudah mengalami peradangan di dalam pankreas mereka.
“Ini berarti sel beta penghasil insulin ini bisa lebih rentan terhadap infeksi virus ketika meradang,” kata Dotta.
Ini dapat menyiratkan bahwa orang dengan diabetes atau pradiabetes yang ada memiliki risiko lebih besar mengalami disfungsi pankreas jika mereka terkena Covid-19.
“Pasien diabetes pada umumnya tidak lebih rentan terhadap infeksi Covid-19 dalam hal frekuensi, tetapi begitu mereka terinfeksi mereka mengalami komplikasi yang lebih parah dan gangguan metabolisme yang parah,” kata Dotta.
"Studi ini tampaknya konsisten dalam mendukung alasan biologis untuk gagasan bahwa Covid-19 dapat meningkatkan risiko pengembangan diabetes pada orang yang memiliki kecenderungan untuk itu, atau bahkan berpotensi sepenuhnya dari awal,” kata Prof Francesco Rubino, ketua bedah metabolik di King's College London.
Dia memimpin upaya internasional untuk membangun basis data global kasus diabetes terkait Covid-19, untuk lebih memahami apakah infeksi tersebut dapat menyebabkan diabetes bentuk baru, atau memicu respons stres yang mengarah pada diabetes tipe 1 atau tipe 2.
“Apakah perubahan seperti itu cukup untuk memungkinkan virus ini menyebabkan diabetes adalah pertanyaan yang tidak dijawab oleh penelitian ini, tetapi itu memberi kita alasan lain untuk percaya bahwa ini adalah kemungkinan,” katanya.
Efek Steroid
Negara yang secara terang melaporkan naiknya kasus diabetes setelah dihantam lonjakan kasus Covid-19 adalah India.
Ada dugaan hal itu terjadi karena penggunaan steroid dalam terapi obat pasien Covid-19.
Steroid biasanya digunakan untuk mengatasi badai sitokin ketika sistem kekebalan tubuh bekerja berlebihan untuk melawan virus dan virus itu sendiri melukai sel-sel di pankreas yang membuat insulin.
Dilansir dari BBC News, India telah melaporkan lebih dari 45 ribu kasus infeksi jamur ini, yang menyerang hidung, mata, dan terkadang otak, dan biasanya menyerang 12 hingga 18 hari setelah sembuh dari Covid-19.
Studi di India melaoirkan bahwa 13 dari 127 pasien atau sekitar 10 persen memiliki diabetes baru.
Rata-rata usia mereka sekitar 36 tahun dan secara signifikan, tujuh di antaranya bahkan tidak diberikan steroid atau oksigen tambahan saat sakit Covid-19.
"Pasien-pasien ini mengalami peningkatan gula darah, ini membuat kami khawatir tentang wabah diabetes yang akan datang di tahun-tahun mendatang," kata Dr Akshay Nair, seorang ahli bedah mata dan salah satu peneliti.
Studi lain terhadap 555 pasien dari dua rumah sakit di Delhi dan Chennai (Madras) menemukan bahwa mereka yang telah didiagnosis diabetes setelah tertular Covid-19.
Mereka bahkan memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki riwayat diabetes sebelumnya.
Dr Anoop Misra, seorang ahli diabetes dan rekan penulis penelitian ini, mengatakan bukti yang muncul tentang hubungan antara Covid-19 dan diabetes masih sangat kompleks.
Dr Anoop Misra, seorang ahli diabetes dan rekan penulis penelitian ini, mengatakan bukti yang muncul tentang hubungan antara Covid-19 dan diabetes masih sangat kompleks.
Selain itu, dia juga mengatakan ada kemungkinan pasien-pasien ini kemungkinan besar telah menderita diabetes sebelumnya dan tidak pernah dites.
Tetapi memang ada kemungkinan mereka mengalami diabetes setelah mereka diberikan steroid selama pengobatan.
Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa pasien telah melihat kadar gula darah mereka kembali normal, sementara untuk yang lain, mereka terus berada di atas kisaran tersebut.
"Penilaian kami adalah bahwa pasien seperti itu mungkin cenderung terkena diabetes karena obesitas dan riwayat keluarga," kata Dr Misra. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya