Virus Corona
Jaga Konsumsi saat Isolasi Mandiri, Pakar Sebut Infeksi Covid-19 Berkaitan dengan Malnutrisi
Infeksi Covid-19 diketahui bisa menyebabkan berbagai gejala dan masalah bagi organ, baik dengan gejala ringan ataupun berat.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Infeksi Covid-19 diketahui bisa menyebabkan berbagai gejala dan masalah bagi organ, baik dengan gejala ringan ataupun berat.
Kini infeksi Covid-19 juga dikaitkan dengan penurunan berat badan dan malnutrisi.
Terdapat data di India yang menunjukkan bahwa pasien Covid-19 rentan mengalami malnutrisi.
Baca juga: Virus Covid-19 Bisa Menempel di Permukaan Benda, Pahami Cara Bersihkan Rumah setelah Isolasi Mandiri
Baca juga: Termasuk Gejala Covid-19 saat Isolasi Mandiri, Ini 9 Penyebab Terjadinya Kehilangan Indra Penciuman
Sesuai studi Pusat Informasi Bioteknologi Nasional (NCBI) di India, penurunan berat badan dan risiko malnutrisi sangat lazim pada pasien Covid-19 yang dievaluasi setelah remisi klinis.
Hampir 30 persen pasien kehilangan lebih dari lima persen berat badan awal, dan lebih dari setengahnya berisiko kekurangan gizi.
Dr Abhishek Subhash, Konsultan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Bhatia menyebutkan bahwa penurunan berat badan terlihat pada banyak pasien Covid.
Hal ini mungkin ada hubungannya dengan gejala kehilangan indra penciuma dan indra perasa.
“Tapi bisa lebih drastis dengan pasien yang pernah mengalami infeksi mucormycosis. Ini karena hilangnya penciuman dan rasa akibat Covid menyebabkan penurunan nafsu makan secara alami," jelasnya, dikutip dari Indian Exspress.
"Dengan infeksi sekunder mucormycosis, pasien ini harus menjalani operasi dan diberi obat antijamur tingkat tinggi yang menyebabkan mual, lagi-lagi mempengaruhi nafsu makan mereka, dan dalam banyak kasus menyebabkan penurunan berat badan, ”katanya.
Malnutrisi memang bisa tidak terlihat pada masa akut infeksi atau masa isolasi mandiri selama 10 hari atau lebih.
Baca juga: Obat untuk Atasi Sejumlah Gejala Ringan Covid-19 saat Isolasi Mandiri, Begini Cara Kerja Paracetamol
Lebih jauh, malnutrisi bisa terjadi meski sudah sembuh dari Covid-19.
Hal itu sejalan dengan beberapa gejala yang masih menetap atau gejala baru yang timbul setelah masa akut infeksi selesai.
Misalnya dalam sebuah studi NCBI 2020, dikatakan bahwa gejala perubahan atau distorsi pada bau dan rasa, kelelahan, bahkan kurang nafsu makan itu sendiri, dilaporkan sebagai gejala umum pada pasien Covid-19 yang dapat memengaruhi asupan makanan.
Di dalam studi tersebut juga dijelaskan bahwa isolasi mandiri dan sejumlah gejala Covid-19 dapat membatasi jumlah aktivitas fisik, yang menyebabkan hilangnya massa tanpa lemak.
Faktor-faktor ini, di atas respons inflamasi sistemik, dapat menyebabkan malnutrisi bahkan pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit.
Terlebih beberapa gejala seperti mual-muntah, dan diare yang juga bisa menambah buruk kondisi pasien.
Namun, tidak ada data yang tersedia tentang dampak Covid-19 pada status gizi.
Data yang ditinjau oleh Indian Express juga menunjukkan bahwa kondisi seperti diabetes tipe 2, kondisi hipertiroid, sindrom takikardia ortostatik postural (POTS), pneumonia sekunder pasca-Covid, dan gejala long Covid juga berpotensi menyebabkan penurunan berat badan.
Tetapi masalah yang paling mengkhawatirkan memang berada ketika masa akut infeksi atau masa isolasi mandiri.
Studi di Milan mencoba membandingkan kondisi orang yang mengalami penurunan berat badan ketika isolasi mandiri.
Hasilnya, tercatat bahwa mereka yang kehilangan berat badan berpotensi mengalami penyakit yang lebih buruk dibanding pasien yang bisa menjaga berat badannya.
Mereka tercatat memiliki peradangan sistemik yang lebih besar, dan durasi penyakit yang lebih lama.
Studi itu menjelaskan, peradangan sistemik akut sangat mempengaruhi beberapa jalur metabolisme dan hipotalamus yang berkontribusi terhadap anoreksia dan penurunan asupan makanan serta peningkatan pengeluaran energi saat istirahat dan peningkatan katabolisme otot.
Peristiwa peradangan akut dapat memicu respons peradangan saraf yang persisten pada individu yang rentan, yang dapat melanggengkan peradangan dan pengecilan darah bahkan setelah fase akut.
Setuju dengan studi tersebut, Dr Navneet Sood, Konsultan Paru, Rumah Sakit Superspesialisasi Dharamshila Narayana menambahkan bahwa penurunan berat badan mungkin tidak secara langsung karena infeksi tetapi keadaan peradangan yang berkepanjangan.
“Ini bukan hanya karena infeksi saja, tetapi dalam banyak kasus keadaan peradangan yang berkepanjangan, di mana infeksi merupakan salah satu bagian yang menyebabkan keadaan katabolik dalam tubuh yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan," jelasnya.
"Pasien perlu lebih sadar tentang kesehatan mereka bahkan setelah bebas infeksi. Komplikasi pasca-covid adalah masalah yang jauh lebih besar. Pemeriksaan kesehatan secara teratur adalah kuncinya,” kata Dr Sood. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya