Virus Corona
Ahli Peringatkan Covid-19 Bisa Sebabkan Lonjakan Kasus Demensia, Simak Penjelasannya
Terdapat sejumlah studi yang mengonfirmasi jika Covid-19 bisa menyebabkan demensia dan alzheimer.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Terdapat sejumlah studi yang mengonfirmasi jika Covid-19 bisa menyebabkan demensia dan alzheimer.
Kini, para ahli memperingatkan jika pandemi Covid-19 bisa menyebabkan kasus demensia terlebih untuk lansia.
Alzheimer's Disease International (ADI), yang mencakup lebih dari 100 asosiasi Alzheimer dan demensia, menyebut jika mungkin ada peningkatan yang cukup besar pada pasien demensia dalam jangka panjang.
Baca juga: Bukan Hanya Kelelahan, Kabut Otak Juga Bisa Terjadi selepas Isolasi Mandiri Covid-19, Ini Tandanya
Baca juga: Selain Jaga Imun saat Isolasi Mandiri Covid-19, 7 Vitamin Ini juga Bisa Kurangi Risiko Depresi
Sebelumnya para ahli telah memperingatkan jika kasus demensia akan meningkat dari 55 juta menjadi 78 juta pada tahun 2030 bahkan tanpa Covid-19.
Kini mereka memperkirakan bahwa jutaan lainnya dapat berada dalam bahaya demensia akibat efek Covid-19 pada otak.
“Banyak ahli demensia di seluruh dunia sangat terganggu dengan hubungan antara demensia dan tanda-tanda neurologis Covid-19,” kata CEO ADI, Paola Barbarino, dikutip dari CNBC.
"Organisasi Kesehatan Dunia dan pemerintah di seluruh dunia harus segera mempercepat studi tentang dampak potensial Covid-19 pada peningkatan tingkat demensia.”
Kini, dewan penasihat medis dan ilmiah ADI telah membentuk tim untuk menyelidiki hubungan tersebut dan memberikan rekomendasi tentang cara mengatasi masalah tersebut.
Dr. Alireza Atri, seorang ahli demensia terkemuka yang juga anggota kelompok kerja ilmuwan yang menyelidiki masalah ini, mengatakan bahwa dia pertama kali menyadari masalah tersebut ketika beberapa pasien berusia 50-an menunjukkan penurunan fungsi kognitif yang cepat.
“Beberapa bulan sebelum kehilangan fungsi kognitif mereka dengan cepat, semuanya tidak sehat dengan Covid, sebagian besar dengan penyakit sedang, tetapi satu telah dirawat di rumah sakit selama empat hari,” katanya.
Baca juga: Gejala Berkepanjangan setelah Isolasi Mandiri, Long Covid Diduga karena Masalah Autoantibodi
“Baik pasien maupun keluarga mereka tidak menyadari jika ada hubungan antara Covid dan penurunan mental mereka.”
Menurut Atri, gejala long Covid yang terkait dengan sistem neurologis antara lain kehilangan rasa dan penciuman, kabut otak, dan masalah memori, perhatian, dan bahasa.
Covid-19 dapat menyebabkan kerusakan dan pembekuan di kapiler kecil otak, kerusakan dan hiperaktif imunologis, peradangan, dan, yang tak kalah pentingnya, invasi virus langsung ke otak melalui jalur penciuman.
Dia bahkan menyamakan jika Covid-19 sama dengan kuda troya, jika dia disambut tanpa ada persiapan, itu akan menyebabkan masalah besar dikemudian hari.
“Dengan kata lain, jika Anda memiliki benteng dan penyerang menembus pertahanan Anda, Anda cenderung tidak dapat bertahan dari serangan saat ini dan di masa depan. Covid-19, seperti pasukan Yunani yang bersembunyi di atas kuda kayu, membuka gerbang. Itu membuat segalanya lebih sederhana," jelasnya.
Covid-19 dan Demensia
Banyak orang yang pulih dari Covid-19 baik dengan gejala ringan atau sedang mengalami masalah yang terkait dengan penurunan fungsi kognitif.
Ini bisa seperti lambat berpikir atau kehilangan ingatan.
Sebuah studi di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School mencoba melacak kasus ini dan kaitannya terhadap demensia dan alzheimer.
Seorang ahli saraf kognitif dan ahli saraf terkemuka, Dr. Hu mempelopori karakterisasi gangguan kognitif setelah Covid-19 mulai gejala ringan hingga sedang.
"Kami telah menemukan peradangan saraf adalah tema umum di banyak gangguan otak, tetapi tidak semua peradangan saraf sama," katanya.
"Kami mengembangkan peta jalan untuk mempelajari protein dan perubahan seluler yang terlibat dalam memperburuk gejala kabut otak. Selain itu, kami menggunakan teknologi pengurutan RNA terbaru untuk memahami bagaimana sel-sel inflamasi menyebabkan kehilangan memori atau disfungsi berpikir pada long Covid."
Sekitar setengah dari orang-orang yang telah terlihat dalam program ini dengan masalah long Covid memiliki masalah dengan kabut otak setelah sembuh dari Covid-19.
Dari mereka yang diskrining positif untuk masalah neurokognitif, gejalanya termasuk kehilangan memori, kabut otak, kebingungan baru, sakit kepala, mati rasa, dan beberapa gejala neurologis.
"Konsekuensi neurokognitif dari sindrom pasca-Covid memengaruhi kehidupan sehari-hari 62% pasien kami," katanya.
"Vaksin ini mungkin sedikit membantu mengatasi kabut otak."
"Tetapi apa yang saya lihat dari sudut pandang klinis adalah kehilangan ingatan jangka pendek yang jauh lebih persisten." tambahnya. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya