Virus Corona
Sempat Bandingkan dengan India, Begini Komentar Hotman Paris saat Pemerintah Turunkan Harga Tes PCR
Hotman Paris angkat bicara lagi terkait harga tes PCR yang kini akan segera diturunkan oleh pemerintah.
Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Setelah heboh dibandingkan dengan India, pemerintah Indonesia akhirnya menurunkan harga tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
Hal itu diinstruksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Minggu (15/8/2021).
Selain itu, Jokowi juga menekankan agar hasil tes tersebut bisa diketahui paling lambat dalam waktu sehari atau 1x24 jam.
Baca juga: Kisah Kristina, Siswi SMA di Mamasa yang Batal Jadi Paskibraka Nasional karena Positif Covid-19
Menanggapi hal tersebut, pengacara Hotman Paris Hutapea kembali buka suara.
Hotman Paris tampak puas lantaran kebijakan penurunan harga tes PCR itu seolah berkat aksinya berkoar di media sosial.
Diketahui, Hotman Paris memposting terkait tingginya harga PCR di Indonesia lewat akun Instagramnya.
Pasalnya, perbandingan antara harga tes PCR di Indonesia dan India yang mencapai selisih hingga 10 kali lipat.
Setelah Hotman Paris memposting fakta tersebut, publik seolah langsung heboh dan meminta pemerintah segera menurunkannya.
Hasilnya, Presiden Jokowi langsung memberikan instruksi agar harga tes PCR yang semula mencepai Rp 900 ribu, diturunkan.
"Mantab: postingan di ig Hotman selalu di tanggapin serius oleh para penguasa," tulis Hotman Paris di akun @hotmanparisofficial sambil mengungggah tangkapan layar sebuah berita online, Minggu (15/8/2021).
Postingan tersebut langsung mendapat komentar beragam dari para netizen.
Tak sedikit di antaranya yang masih merasa penurunan harga hingga menjadi Rp450 ribu - Rp550 ribu dirasa masih sangat mahal.
"Top, tp msh kemahalan utk kalangan tertentu, baiknya harga tertingginya di 100 rb aja, atau gratis lebih baik," tulis @kemalshahab.
"Bagi saya pribadi masih mahal bang," ujar @yunita_fitriany.
"Ga bakalan lebih murah lagi bang -100rb -3 gitu?," kata @gonzalezyusuf
"Masih lebih murah India, gak smp 100rb," ucap @a_124_fah
"Masih mahal bg, sedang antigen 100 rban saja org mau test masih mikir, apalagi 500 ribu,,, mending mikir beli beras bg," kata @jondi_rk.
"cb jd 50rb dong pa," kata @handisepdika.
"Drpd pcr mending uangnya buat beli beras," komentar @eel6136.
"Ga mungkin ga mungkin, bisnis gede bisnis gede, harga PCR lebih mahal ongkos pesawat, garuda bangkrut, dunia farmasi kaya raya," ucap @tito_niharda.
Baca juga: Ayah Meninggal karena Covid, Remaja di Ponorogo Jualan Pentol dan Kerja di Bengkel, Ibu: Tidak Tega
Jokowi: Kita Butuh Kecepatan
Dilansir akun Instagram @jokowi, Minggu (15/8/2021), melalui sebuah video, Jokowi menyatakan penurunan harga PCR tersebut sebagai cara memperbanyak testing.
Pihaknya telah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi untuk dapat merealisasikan hal tersebut.
Sebelumnya, tes PCR dibanderol dengan harga Rp 800 ribu hingga jutaan rupiah.
Namun, Jokowi meminta agar tes tersebut diturunkan hingga kisaran harga Rp 450.000 - Rp 550.000.
Tak hanya itu, Jokowi juga meminta agar percepatan pengumuman hasil tes dilakukan.
Sehingga, hasil tes tersebut bisa diketahui dalam waktu paling lambat 1x24 jam.
"Salah satu cara untuk memperbanyak testing adalah dengan menurunkan harga tes PCR," kata Jokowi.
"Dan saya sudah berbicara dengan menteri kesehatan mengenai hal ini, saya minta agar biaya tes PCR berada di kisaran harga 450 ribu rupiah sampai 550 ribu rupiah."
"Selain itu juga saya minta tes PCR bisa diketahui hasilnya dalam waktu maksimal 1x24 jam."
"Kita butuh kecepatan," tandasnya.
Baca juga: Ramai Dibandingkan India, Jokowi Turunkan Harga PCR dan Segerakan Hasil Tes: Paling Lambat 1x24 Jam
Baca juga: Fakta Viral Mural Jokowi 404: Not Found, Dianggap Lecehkan Lambang Negara hingga sang Pembuat Diburu
Sementara itu, dalam kolom keterangan, Jokowi kembali menuliskan penegasan dari pernyataan tersebut.
"Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Penanganan pandemi Covid-19 ini butuh kecepatan: cepat melakukan tes (testing), menelusuri kontak erat (tracing), dan merawat pasien yang terbukti positif (treatment).
Untuk itulah, saya menginstruksikan Menteri Kesehatan agar hasil tes PCR bisa diketahui paling lambat 1x24 jam. Selain itu, harga tes PCR ini diturunkan sampai di kisaran Rp 450.000-Rp 550.000."
Diketahui, belakangan ramai diberitakan mengenai tes PCR di India yang hanya dihargai 500 Rupee atau sekitar Rp 97.079.
Jika sampel diambil di rumah maka akan ada tambahan biaya menjadi 700 Rupee atau Rp 135.912.
Sedangkan biaya antigen sebesar 300 Rupee atau Rp 58.243 saja.
Hal ini pun menjadi perhatian berbagai pihak, baik dari asosiasi buruh maupun pengacara kondang Hotman Paris Hutapea yang menuntut agar harga tes PCR di Indonesia dievaluasi dan dibuat lebih murah.
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Kata Eks Direktur WHO
Berkaca pada India, perbedaan selisih harga mencapai 10 kali lipat itu memang menyita sorotan sejumlah pihak.
Tak ayal bila kemudian sebagian menilai bahwa mahalnya harga tes PCR juga menjadi faktor penyebab rendah dan lambannya proses testing serta tracing Covid-19 di Indonesia.
Diberitakan TribunKesehatan, Eks Direktur WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama meminta adanya penelusuran mendalam mengenai tingginya biaya tes PCR.
Berdasarkan penuturan seorang temannya, Tjandra menyampaikan bahwa ada kemungkinan pemerintah India memberikan subsidi terkait biaya tes PCR.
Hal itu mungkin saja terjadi sebagai bagian penanggulangan pandemi Covid-19.
"Juga mungkin karena ada fasilitas keringanan pajak, yang saya tidak punya informasi yang pasti tentang hal itu.
"Banyak juga dibicarakan tentang lebih murahnya bahan baku untuk industri. Juga mungkin ketersediaan tenaga kerja yang besar jumlahnya," ujar Tjandra kepada Tribun, Sabtu (14/8/2021).
Semua kemungkinan tersebut memang perlu dianalisa lebih lanjut.
Namun yang pasti, selain tarif PCR, harga obat-obatan di India juga terlampau lebih murah bila dibandingkan dengan Indonesia.
"Pada waktu saya 5 tahun bertugas di WHO Asia Tenggara yang berkantor di New Delhi India maka setiap kali pulang ke Jakarta dirinya selalu membawa titipan obat-obat dari teman-teman di Indonesia untuk konsumsi sehari-hari mereka," ujarnya.
Pengalaman Tjandra sewaktu menjabat Direktur WHO Asia Tenggara dan berkantor di New Delhi, biayanya tes PCR 2.400 rupee, atau Rp 480.000.
Sementara pada saat itu tarif tes PCR di Indonesia masih sekitar lebih dari Rp 1 juta.
Pada November 2020 pemerintah kota New Delhi menetapkan harga baru yang jauh lebih rendah lagi.
Dari yang semula 2400 rupee dipangkas hanya menjadi 1.200 rupee atau Rp 240.000, atau turun separuhnya.
Tarif PCR tersebut kemudian turun lagi menjadi 800 rupee saja (Rp 160.000) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta.
Selanjutnya awal Agustus 2021 ini pemerintah kota New Delhi menurunkan lagi patokan tarifnya, menjadi 500 rupee, atau Rp 100 ribu saja.
Kalau pemeriksaannya dilakukan di rumah klien maka tarifnya adalah 700 rupee, atau Rp 140 ribu rupiah.
Sementara itu tarif pemeriksaan rapid antigen adalah 300 rupee atau Rp 60 ribu rupiah.
Pemerintah kota New Delhi juga meminta agar laboratorium swasta di kota itu dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberi tahu hasilnya ke klien dalam satu kali 24 jam, termasuk juga melaporkannnya ke portal pemerintah yang dikelola oleh Indian Council of Medical Research (ICMR).
Sehingga, data tersebut segera dikompilasi di tingkat nasional, mencegah keterlambatan pelaporan, inisiatif yang bagus.
"Tentang perbandingan harga tes PCR dengan India, sebenarnya bukan hal yang baru," kata Tjandra. (TribunWow.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wow/foto/bank/originals/1ecewakan-oleh-retail-minuman-merk-kopi-kenangan-jumat-1382021.jpg)