Isu Kudeta Partai Demokrat
Masinton Sebut Jokowi Cukup Ajak AHY Ngopi Bareng soal Isu Kudeta: Tak Perlulah Presiden Statement
Politikus PDIP Masinton Pasaribu menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak perlu ikut campur dalam dugaan percobaan kudeta Partai Demokrat.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Politikus PDIP Masinton Pasaribu menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak perlu ikut campur dalam dugaan percobaan kudeta Partai Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Rabu (3/2/2021).
Diketahui Partai Demokrat mengklaim ada upaya penggulingan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Baca juga: Demokrat Klaim Moeldoko Ngaku Direstui Sosok Pak Lurah, PDIP: Silakan Langsung Konfirmasi ke Jokowi
Upaya itu disebut-sebut turut didalangi pejabat tinggi dalam pemerintahan Jokowi, yakni Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Menanggapi isu tersebut, Masinton menilai hal semacam ini hanya layak dibicarakan sebagai masalah internal partai.
"Itu 'kan persoalan internal. Menurut saya enggak perlu presiden sampai membuat statement atau apa, apalagi konferensi pers segala," komentar Masinton Pasaribu.
Ia menilai sikap yang sama cukup ditunjukkan kepada ayah AHY sekaligus mantan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Masinton, isu kudeta ini cukup dibicarakan secara santai.
"Cukup ajak nanti Pak AHY, juga Pak SBY. 'Kan komunikasinya baik dengan Pak Jokowi," kata dia.
"Cukup datang, ngopi, selesai. Dijelaskan di situ," tambah Masinton.
Ia lalu menanggapi pernyataan pihak Demokrat terkait upaya makar.
Baca juga: Demokrat Ungkap Bukti Pengakuan Moeldoko soal Kudeta, Terlihat saat Pasang Badan Lindungi Jokowi
Menurut Masinton, sikap Demokrat terkesan tidak konsisten dengan mencampurkan isu kekuasaan serta oknum makar.
"Kalau saya lihat, ada yang tidak konsisten sebenarnya dalam narasi dan diksi yang dibangun teman-teman Partai Demokrat," komentar Masinton.
"Di satu sisi bicara tentang adanya intervensi kekuasaan, ingin mengambil alih paksa, melakukan kudeta terhadap kepemimpinan," terangnya.
"Kemudian bicara oknum lagi dalam penjelasan berikutnya," tambah dia,