Virus Corona
Masyarakat Tetap Mudik meski Dilarang, Pengamat: Pulang adalah Pilihan Rasional Sekaligus Emosional
Pengamat menyampaikan fernomena masyarakat yang tetap bersikukuh untuk mudik meski di tengah pandemi adalah hal yang rasional sekaligus emosional.
Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Pengamat Sosial, Devie Rahmawati menyebutkan tradisi mudik atau pulang kampung menjelang hari raya memang meruakan pilihan emosional bagi masyarakat.
Apalagi, di tengah pandemi Virus Corona seperti ini pilihan untuk tetap mudik menjadi sesuatu yang sekaligus rasional.
Hal itu disampaikan oleh Devie melalui tayangan di kanal Talk Show tvOne, Senin (27/4/2020).

• Virus Corona dan Migrain, Apakah Ada Hubungan di antara Keduanya? Ini Klaim Para Peneliti
Seperti diketahui, pemerintah melalui Permenhub Nomor 25 Tahun 2020 telah memberikan larangan untuk melakukan mudik terihitung sejak Jumat (24/4/2020).
Devie menjelaskan, secara umum setidaknya ada dua alasan kenapa seseorang tetap menjalankan mudik meskipun dilarang.
Sebab, mudik yang biasanya merupakan pangglan untuk melepas rindu kini menjadi semakin rasional karena tuntutan hidup.
Menurutnya hal tersebut wajar saja dan tidak hanya terjadi di Indonesia.
Fenomena semacam itu umum terjadi di negara yang tingkat urbanisasi masyarakatnya tinggi.
"Paling tidak secara umum ada dua (alasan), pertama karena panggilan hidup, dan yang kedua adalah panggilan melepas rindu," ujar Devie seperti dikutip TribunWow.com.
"Jadi memang dua hal ini terjadi bukan hanya di Indonesia."
"Negara-negara yang tingkat migrannya orang yang dari desa ke kota-nya banyak ketika mengalami bencana seperti ini, pandemi atau apapun itu akan mempunyai kecenderungan akan balik ke kampungnya," tambahnya.
• Gejala Tak Biasa Virus Corona yang Harus Diwaspadai, Mulai dari Diare hingga Ruam Merah
• Wanita Diperkosa saat Dikarantina di Sekolah soal Corona, Polisi Kena Hukuman sebab Dianggap Ceroboh
Dalam kondisi pandemi dan krisis seperti ini, adalah wajar bila masyarakat bersikukuh mudik karena di kampung secara sosial, ekonomi, dan psikis mereka masih terselamatkan.
Apalagi dalam konteks budaya masyrakat desa di Indonesia yang menjujung solidaritas antar tetangga.
"Kenapa, karena di sana paling tidak kalau mereka tidak mendapatkan jaminan keselamatan ekonomi di kota, di desa mereka masih bisa mendapatkan hal tersebut, keselamatan sosial," ucap Devie.
"Artinya secara psikologis mereka merasa nyaman karena dekat dengan keluarganya, tapi juga ada jaminan ekonomi."