Virus Corona
Masyarakat Tetap Mudik meski Dilarang, Pengamat: Pulang adalah Pilihan Rasional Sekaligus Emosional
Pengamat menyampaikan fernomena masyarakat yang tetap bersikukuh untuk mudik meski di tengah pandemi adalah hal yang rasional sekaligus emosional.
Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Kemudian untuk larangan mudik pun penegakannya juga lebih mengutamakan rasa kemanusiaan.
Menurutnya, tidak perlulah dengan cara represif yang tegas, seperti misalnya harus dipukuli ataupun sampai dipenjarakan.
"Menurut hemat saya kalau bicara sanksi, apa yang dipilih pemerintah dengan PSBB ini sebenarnya lebih tepat, karena semuanya sifatnya persuasif, dibandingkan dengan karantina yang sifatnya represif," ujar Devie Rahmawati.
"Apa kita iya siap dengan kemudian ditembak, dipukuli atau dipenjara dan sebagainya."
Devi kemudian beranggapan tidak ada yang salah dari penanganan Virus Corona di Indonesia.
Ia bahkan tidak setuju dengan anggapan bahwa masyarakat Indonesia banyak yang tidak taat atau melanggar, termasuk juga penerapan PSBB yang dirasa gagal.
• Pesan Dokter Mikhael Marampe sebelum Meninggal, Kuatkan Rekan-rekan Tenaga Medis Tangani Corona
Menurutnya, jauh lebih banyak masyarakat yang sudah taat dengan mengikuti imbauan dan aturan dari pemerintah.
Sedangkan yang melanggar hanyalah sebagian kecil, itupun bisa diatasi dengan baik.
"Jadi artinya bukan persoalan sanksi, tapi kalau kita lihat secara total sebenarnya yang taat jauh lebih banyak," kata Devi.
"Kalau kita lihat misalnya riset yang paling gampang pergerakan lewat Google semua sekarang sudah menurun, itu sudah kelihatan," jelasnya.
"Jadi artinya jangan kita melihat masih ada yang berusaha ini adalah bagian bahwa PSBB gagal, tidak, atau bahwa masyarakat kita tidak taat, tidak," tegasnya.
Lebih lanjut, Devi Rahmawati berpandangan ketika pemerintah lebih memilih tindakan yang represif maka yang terjadi jutru akan adanya gejolak sosial yang besar.
Ditakutkan masyarakat justru akan memberikan perlawanan.
"Masyarakat itu jauh lebih taat dibandingkan masyarakat negara-negara lain," ungkapnnya.
"Kalau kemudian kita memilih yang represif, saya khawatir justru ini akan menimbulkan guncangan sosial lagi di masyarakat," pungkasnya. (TribunWow.com/Rilo/Elfan)