Virus Corona
Jangan Sepelekan Social Distancing, Ini Alasan Pentingnya Dilakukan di tengah Wabah Virus Corona
Virus corona jenis baru, SARS-CoV2, masih terus diteliti untuk mengetahui karakteristik virus ini dan bagaimana penularan serta penyebarannya.
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Wabah virus corona menjadi catatan kelam sejak awal tahun 2020.
Virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan itu membuat semua orang khawatir.
Virus corona jenis baru, SARS-CoV2, telah menginfeksi lebih dari 200.000 orang di 152 negara dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Ketika tren infeksi di China terus mengalami penurunan, angka terinfeksi di negara-negara lain justru mengalami lonjakan.

• Daftar 8 Negara yang Tetapkan Lockdown akibat Virus Corona, Malaysia hingga Belanda
Italia dan Iran menjadi dua negara dengan jumlah kasus terbesar di luar China serta belum menunjukkan penurunan tren infeksi hingga saat ini.
Sejumlah penelitian di berbagai negara terus dilakukan untuk menemukan berbagai cara penularan virus corona.
Dengan demikian, bisa dilakukan upaya pencegahan dan penanganan.
Cara penularan virus corona
Virus corona jenis baru, SARS-CoV2, masih terus diteliti untuk mengetahui karakteristik virus ini dan bagaimana penularan serta penyebarannya.
Namun, WHO menjadikan penularan MERS dan SARS sebagai acuan, karena penyebabnya berasal dari kelompok virus yang sama yaitu coronavirus.
Penularan virus corona bisa terjadi melalui berbagai hal berikut:
- Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin
- Kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan
- Menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya, kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata sebelum mencuci tangan
- Kontaminasi tinja (jarang terjadi).
Sebuah studi terbaru menunjukkan, potensi penularannya melalui udara.
Ketika seseorang batuk atau bersin dan mengeluarkan cairan mengandung virus, berpotensi akan menyebar ke udara dan bisa langsung masuk ke tubuh orang lain jika berada dalam posisi berdekatan.
"Virus ini ditularkan melalui tetesan, atau sedikit cairan, sebagian besar melalui bersin atau batuk," kata Kepala Unit Penyakit Emerging dan Zoonosis WHO Dr Maria Van Kerkhove, dilansir dari CNBC.
Bahkan, para peneliti menemukan virus itu bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu di udara dan menempel di permukaan benda, bergantung pada beberapa faktor, seperti panas dan kelembaban.