Terkini Daerah
Setelah Viral Polemik Bangun Lift di Nusa Penida, Kini Warlok Sebut Pernah Banjir Bandang di Sana
Nusa Penida belakangan menjadi sorotan karena proyek pembangunan lift kaca di Pantai Kelingking, warlok sebut kini sering terjadi banjir bandang.
Penulis: Magang TribunWow
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Nusa Penida belakangan menjadi sorotan karena proyek pembangunan lift kaca di Pantai Kelingking.
Menanggapi hal ini, DPRD Bali menyurati Bupati Klungkung terkait hal tersebut.
Ketua Pansus TRAP DPRD Bali I Made Supartha mengungkap pihaknya sudah bersurat guna mengetahui lebih dalam soal izin pembangunan lift di Nusa Penida.
“Semua kegiatan yang ada di wilayah Nusa Penida yang beririsan dengan tebing atau jurang kan tidak boleh, izinnya bagaimana, sudah saya bersurat nanti dari surat itu dapat laporan, setelah dapat laporan baru kita panggil semuanya itu,” ujar I Made Supartha pada 29 Oktober 2025, dikutip dari ANTARA.
Adapun hasil dari koordinasi antara DPRD dengan pemkab setempat yakni proyek pembangunan lift ini dihentikan pada 31 Oktober 2025.
Dilansir oleh Tribunnews, hal ini diakibatkan perizinan yang dianggap belum lengkap.
"Alasan pertama, perizinan yang masih bolong-bolong. Kedua, kita evaluasi tentang titik kegiatan. Ketiga, ada nanti pertimbangan dokumen lain, apakah yang diberikan keterangan, benar-benar kita perdalam," kata I Made Supartha, Jumat (31/10/2025).
Kini Satpol PP Provinsi Bali sudah memasang garis polisi di lokasi proyek.
Baca juga: 3 Kebijakan Bahlil Lahadalia yang Dinilai Kontroversial: Monopoli BBM sampai Batasi Gas LPG
Warga Lokal Angkat Bicara
Satu dari warga Kabupaten Klungkung, Osila angkat bicara soal keadaan Nusa Penida kini.
Menurutnya kondisi Nusa Penida kini memprihatinkan.
Misalnya, banjir bandang mulai terjadi di sana.
"Dulu pernah banjir bandang di sana dan sangat tidak masuk logika."
"Nusa Penida, yang maaf, agak tandus, bisa banjir bandang."
"Setelah ditelusuri, ternyata alih fungsi lahan, banyak ada vila di atasnya dan tidak ada peresapan," ucap Osila pada Senin (3/11/2025), dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, Osila juga menyebut soal krisis air yang mulai terjadi akibat pengerukan di area atas.
"Tapi itu perlu dicek lagi, saya dapat info dari orang lokal di sana."
"Temeling yang dulu sering dia gunakan, sudah mulai berkurang debitnya dan bahkan sempat nyat (kering)."
"Temeling itu sumber air tawar yang ada di sebelah laut, dekat dengan laut, hampir atep (bersebelahan) dan itu unik, dulu asri banget," jelasnya.
Baca juga: Daftar Petinggi PT Gag Nikel yang Dihentikan Sementara di Raja Ampat, Ada Anak Buah Bahlil Lahadalia
Komentar Ahli
Di sisi lain, Antropolog Haris Hasibuan menyebut soal alam yang kini dijinakkan lewat logika ekonomi.
Dikutip dari Kompas.com, Haris beranggapan bahwa pembangunan lift di daerah Nusa Penida sebagai paradoks pariwisata modern.
Seolah manusia ingin menikmati alam, namun tidak ingin bersusah payah.
Alhasil, pembangunan penunjang wisata yang sebenanrnya justru merusak esensi wisata alam banyak terjadi.
Menanggapi fenomena ini, Haris beropini bahwa pembangunan wisata harusnya tetap menjaga denyut asli nilai daerah dan menghormati kearifan lokal.
Kemajuan pembangunan menurutnya tidak hanya soal modal dan citra, tetapi juga tentang menghormati alam dan manusia.
(TribunWow.com/Peserta Magang dari Universitas Airlangga/Afifah Alfina)
Sumber: TribunWow.com
| 135 Tahun Museum Radya Pustaka: Menjaga Nafas Sejarah dengan Ruang Belajar Ramah Anak |
|
|---|
| Dua Kerangka Manusia Kondisi Hangus Ditemukan, Diduga Korban Demo Agustus yang Masih Hilang |
|
|---|
| AQUA Tolak Permintaan KDM untuk Pindah Kantor Pusat ke Jawa Barat, Sebut demi Efisiensi |
|
|---|
| Komentar Ahli sampai Anggota DPR soal Fenomena Motor Brebet di Jawa Timur setelah Diisi Pertalite |
|
|---|
| Kemensos Kirim Rp3 Miliar untuk Banjir Semarang yang Telan 2 Korban MD dan 2 Lain Hilang |
|
|---|