TRIBUNWOW.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merespons aksi perundungan yang dilakukan seorang guru SMA terhadap muridnya di Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah.
Dilansir TribunWow.com, Ganjar tegas menindak oknum guru tersebut dan tak akan segan melakukan pemecatan.
Menurutnya, fungsi guru seharusnya memberikan bimbingan dan bukannya mendikte apalagi merundung siswa.
Baca juga: Berita Ganjar Pranowo - Tegas Minta Relawan Tak Adu Domba Jokowi dengan PDIP: Tahan Diri
Dilaporkan sebelumnya, seorang guru matematika di Sumberlawang diduga merundung muridnya di kelas.
Sang guru disebut memarahi habis-habisan siswi 14 tahun tersebut hanya gara-gara tak memakai jilbab.
Selama dua jam penuh, sang guru sampai mengucapkan kata-kata tidak pantas hingga membuat muridnya menangis gemetaran.
Ditemui di gedung Gradikha Bhakti Praja, Semarang, Jawa Tengah, Senin (14/1/2022), Ganjar mengaku telah mengambil tindakan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng.
Sang guru diklaim telah menandatangai surat pernyataan, sehingga Ganjar tak akan segan mencopot guru terkait jika kejadian serupa kembali terulang.
"Kalau perlu nanti jika kita menemukan temuan lain, seluruh guru saya minta tanda tangan. Kalimat terakhir harus siap, kalau saya melakukan itu, dicopot. Saya tegas," kata Ganjar dikutip Kompas.com.
Ganjar menekankan bahwa perundungan tidak boleh dilakukan dengan alasan apa pun, apalagi oleh seorang guru.
Pasalnya, guru seharusnya menjadi pihak yang mengayomi dan mendampingi siswa untuk berkembang.
Bukannya memiliki agenda tersembunyi dan justru menjadi inisiator untuk mengucilkan siswa.
"Biarkanlah mereka bisa berkembang, mestinya guru memberikan konseling kepada mereka dengan baik bukan kemudian membully atas alasan apapun," tegas Ganjar.
"Jadi saya tegas. Jadi hari ini dipanggil DPRD nanti bisa kita lihat apa motifnya. Dan saya sudah mengingatkan berkali-kali, apabila anda melanggar, anda berhadapan dengan saya."
Baca juga: Heboh Aturan Jilbab di Sekolah Negeri, Komnas HAM Mengaku Khawatir: Hak Tidak Boleh Dipaksa
Sebelumnya, dikabarkan telah terjadi perundungan yang dilakukan oleh oknum guru matematika kepada muridnya sendiri.
Alasannya, sang guru tidak senang melihat muridnya tak mengenakan atribut agama.
Orangtua korban, AP (47), telah melaporkan guru tersebut ke Satreskrim Polres Sragen.
"Guru matematika itu, memarahi dia (murid) sudah cenderung ke arah bullying (perundungan). Pada dasarnya, pendidik itu edukasinya kan harusnya tataran objektif, tapi ini sudah memasukkan subjektivitas guru itu sendiri," terang AP dikutip dari Kompas.com, Kamis (10/11/2022).
"Waktu pelajaran matematika selama dua jam penuh (anaknya) dimarahi sampai ketakutan, nangis, sampai dredeg (gemetar ketakutan), kata-katanya (guru) itu berlebihan."
Menurut AP ia selama ini sudah memberikan edukasi pada putrinya mengenai penggunaan jilbab.
Namun ia tak ingin memaksakan pilihan sang anak dan mengghargai keputusan putrinya.
Rupanya, kasus perundungan tersebut bukanlah yang pertama kali, meskipun menjadi yang paling parah.
"Kasus bullying ini sudah terjadi sejak masuk awal sekolah, tapi saya tidak ada ruang untuk menjelaskan yang diderita anak saya," terang AP.
Sehari setelah kejadian, AP mengatakan sang anak kembali mendapat perlakuan serupa sehingga kemudian memilih izin pulang.
"Sehabis kejadian guru (matematika) itu, (korban) ke ruang BP (Bimbingan Penyuluhan) izin pulang karena ketakutan," tutur AP.
"Saat itu, ada guru lagi tanya 'sebenarnya agamamu apa? Dijawab Islam. 'Kok belum berjilbab? Oh, berarti belum dapat hidayah'."
"Sejak kapan guru SMA Negeri mengurusi ini (agama dan hidayah)? Itu kan urusan Allah. Setahu saya, hidayah itu otoritas Allah. Kami tidak minta berlebih-lebihan, didik anak saya sesuai UU yang berlaku saja," tandasnya.
Baca juga: Berita Ganjar Pranowo: Sentak Koordinator, Begini Cara Gubernur Jateng Redakan Demo di Demak
Murka Dapat Laporan Pungli SD Bermodus Infaq
Di sisi lain, sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo terkejut mendapat laporan langsung dari sejumlah murid dari SD Negeri di Wonosobo, Jawa Tengah.
Dilansir TribunWow.com, para siswa itu mengeluhkan adanya pungutan uang dari sekolah yang seharusnya gratis.
Tak tanggung-tanggung, Ganjar langsung merespons dan menegur oknum guru serta pejabat sekolah di hadapan murid-muridnya.
Baca juga: Berita Ganjar Pranowo: Mahasiswi Unair Ingin Jadi Mantunya, Gubernur Jateng Beri Syarat Berikut
Momen tersebut dibagikan Ganjar melalui tayangan singkat di akun Instagram @ganjar_pranowo, Jumat (2/9/2022).
Ketika itu, Ganjar ramai dikerubuti anak-anak kecil yang langsung diajaknya berbincang-bincang.
"Kalian sekolahnya di mana?," tanya Ganjar.
"Itu di sana," tunjuk mereka.
"Sekolahnya bayar enggak di situ?," tanya Ganjar lagi.
Sontak para murid itu kompak menjawab bahwa mereka masih harus mengeluarkan biaya.
"Bayar," ucap para murid beramai-ramai.
"SD kok bayar i hlo," seru Ganjar dengan nada tinggi.
Baca juga: Berita Ganjar Pranowo: Dipertanyakan Nyalinya untuk Tinggalkan PDIP seusai Ramai Diusung Partai Lain
Seorang pria berbaju dinas yang diduga kepala sekolah SD tersebut memberikan penjelasan.
Menurutnya, sekolah tidak memungut biaya SPP, melainkan hanya mengumpulkan sedekah sukarela dari para murid.
"Tidak bayar, tapi infaq," terang pria tersebut.
"Yo ora, infaq yo ra mbayar," sanggah Ganjar.
"Dicek Pak sekolahe Pak."
"Memang enggak bayar," dalih pria itu.
Tak menggubris alasan pria tersebut, Ganjar menegaskan bahwa sekolah seharusnya 100 persen gratis.
Ia tak mengizinkan adanya pungutan lain berkedok infaq ataupun sumbangan.
"Infaq opo. Enggak bayar tuh titik, jangan dikasih nama yang lain," tegur Ganjar.
"Enggak bayar SPP, bayar infaq yo ora. Gratis itu harus tis."
"Itu kalau tidak jadi pungli."
Mendapat teguran langsung, sang kepala sekolah hanya tersenyum sembari mengangguk.
"Enggak bayar, (tapi-red) infaq, infaq'e luwih gede seko SPP, yo ora entuk (Infaqnya lebih besar dari SPP ya tidak boleh)," terang Ganjar.
"SD gratis, SMP gratis, SMA wae tak gratiske kok (SMA saja saya gratiskan)."
Ganjar kembali beralih ke anak-anak dan menanyakan jumlah uang yang harus dibayarkan.
"Sebulan bayarnya berapa dek?," tanya Ganjar lagi.
"Biasanya Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu," adu seorang gadis kecil.
Mendengar hal ini, Ganjar kembali menekankan pada pihak sekolah agar tidak menerapkan pungutan tersebut.
"Saya itu selalu mendapatkan laporan, 'Jare sekolahane gratis ning bayar, Pak' (katanya sekolahnya gratis tapi bayar, Pak)," ujar Ganjar.
"Sampeyan di bawa Kabupaten, di bawah Provinsi, saiki tak eksekusi, Bro (sekarang saya eksekusi, Bro)," tegasnya.
Ucapan Ganjar itu langsung mendapat tepuk tangan dan sorak-sorai dari para siswa.
Mereka pun tertawa lepas lantaran berhasil mengadukan penyimpangan di sekolahnya langsung pada Gubernur.
Di kolom keterangan, Ganjar menuliskan pesan singkat terkait pungutan liar di sekolah.
Ia pun meminta agar dinas pendidikan di Wonosobo menangani aduan ini.
"Jangan memanipulasi keburukan dg hal-hal baik. Kalau SPP sekolah itu gak bayar, ya jangan nyari dalih untuk menarik pembayaran.
Ini peringatan untuk kita semua. Pendidikan dari jenjang SD sampai SMA Negeri tidak ada pungutan SPP. Apapun bentuknya. Komite coba diluruskan …@disdikporawsb."(TribunWow.com/Via)