Breaking News:

Terkini Daerah

Bayi Baru 10 Hari Lahir Jadi Piatu, Ibu Dibunuh sang Ayah yang Malu Korban Jadi Gunjingan Tetangga

Nasib pilu dialami oleh bayi berusia 10 hari, asal Kecamatan Hu'u, Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), lantaran harus kehilangan ibu kandungnya.

Editor: Lailatun Niqmah
Freepik/jcomp
SUAMI BUNUH ISTRI - Ilustrasi bayi, diambil dari Freepik, Senin (9/6/2025). Nasib pilu dialami oleh bayi berusia 10 hari, asal Kecamatan Hu'u, Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), lantaran harus kehilangan ibu kandungnya. 

Meski sempat terjadi penolakan dari pihak keluarga, namun akhirnya polisi berhasil mengamankan pelaku beserta barang bukti.

"Pelaku diamankan saat berada di rumah orang tuanya, dan mengamankan barang bukti yang disita yakni satu bilah parang sepanjang 60 cm, yang diduga kuat digunakan pelaku dalam aksi kekerasan tersebut," ujarnya.

Motifnya masih terus didalami oleh penyidik guna memastikan latar belakang psikologis yang menjadi pemicu kekerasan tersebut.

"Pelaku saat ini telah diamankan di Mapolres Dompu untuk menjalani proses hukum lebih lanjut,” kata Zuharis.

Atas perbuatannya, pelaku dijerat dengan pasal terkait KDRT yang mengakibatkan kematian sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Baca juga: Fakta Baru Suami Bunuh Istri di Serang: Sudah Tak Cinta & Punya Wanita Lain, Pembunuhan Direncanakan

Buka Donasi

Kerabat dekat korban, Mawar Yulia, membuka donasi untuk membantu kehidupan anak-anak yang ditinggalkan, sekaligus berencana mengadopsi bayi yang baru lahir tersebut.

“Namanya pun belum sempat diberi. Waktu saya tanya, neneknya juga bingung siapa namanya. Saya bilang, kalau mau biar saya yang carikan nama,” kata Mawar saat dihubungi, Senin (9/6/2025).

Mawar mengaku memiliki ikatan yang sangat erat dengan keluarga korban. Meski tidak memiliki hubungan darah, keluarga Mawar telah dianggap sebagai bagian dari keluarga sejak lama.

“Orang tua saya, terutama mama, yang urus mereka dari kecil, bahkan sampai menikah. Orang tua korban sering ke rumah, kami beri lahan untuk berkebun. Hutangnya pun juga pernah mama saya bantu lunasi. Sudah seperti keluarga,” ujarnya.

Menurut Mawar, konflik rumah tangga korban mulai memanas setelah sang suami, yang bekerja sebagai kontraktor tambang, mengalami kesulitan ekonomi menyusul penutupan salah satu perusahaan tambang tempat ia bekerja.

Tekanan finansial akibat utang yang jatuh tempo pada tanggal 5 bulan ini disebut menjadi pemicu pertengkaran hebat, hingga berujung tragis pada kematian korban.

Kini, bayi yang masih berusia 10 hari dirawat oleh keluarga besar korban.

Mawar mengungkapkan keinginannya untuk mengadopsi anak tersebut, meski belum secara resmi membicarakan niat itu kepada keluarga besar karena masih dalam masa berkabung.

“Saya belum ngomong ke keluarga besar. Tapi saya sudah bilang, kalau memang mau anak ini hidup dan besar, biar sama saya saja. Tapi saya juga sadar tidak bisa menanggung semua sendiri. Saya juga punya tanggungan. Oleh karena itu saya ajak orang-orang untuk bantu, meski cuma Rp10.000 per orang, itu bisa bantu anak ini,” jelasnya.

Saat ini, donasi yang terkumpul baru mencapai Rp1,4 juta dari 20 donatur. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli susu, popok, dan kebutuhan dasar bayi selama sebulan ke depan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Tags:
Kasus PembunuhanNTBKasus suami bunuh istri
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved