Breaking News:

Terkini Nasional

Prabowo Subianto Disebut Bakal Terbebani Warisan Politik Jokowi, Pengamat Ungkap Sebabnya

Pengamat politik Dedi Kurnia menilai Presiden 2024-2029 terpilih Prabowo Subianto bakal terbebani warisan politik pemerintah sebelumnya.

dok. sekretariat presiden
Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto berjanji akan menyelesaikan proyek pembangunan Ibu Kita Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. 

TRIBUNWOW.COM -  Presiden 2024-2029 terpilih Prabowo Subianto disebut bakal terbebani warisan politik pemerintah sebelumnya Jokowi-Maruf Amin.

Hal ini disampaikan oleh Pengamat politik Dedi Kurnia, Senin (26/8/2024).

Menurut Dedi Kurnia, Presiden 2024-2029 terpilih Prabowo Subianto bakal terbebani warisan politik pemerintah sebelumnya.

Baca juga: Saat Prabowo Subianto Tanggapi Isu Keretakan Hubungannya dengan Jokowi: Selalu Adu Domba

Pasalnya, tahun depan utang jatuh tempo Indonesia diketahui mencapai Rp 800,33 triliun.

Tak hanya itu, progres pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sejauh ini baru 15 persen.

"Prabowo akan terbebani dengan warisan politik Jokowi. Bahkan bukan tidak mungkin Prabowo akan sulit mendapat kepercayaan publik di 2029, saat ini sebagian publik menganggap Prabowo hanya didikte Jokowi," kata Dedi, Senin (26/8/2024).

Imbasnya dikatakan Dedi, Prabowo bakal kesulitan meneruskan pemerintahan Jokowi.

"Utamanya soal tata kelola politik dan keuangan, dimana era Jokowi cukup banyak persoalan politik yang tidak stabil. Juga soal keuangan negara yang memprihatinkan. Dengan kondisi itu, Prabowo akan terbebani," tegasnya.

Diketahui jumlah utang jatuh tempo pemerintahan Jokowi-Maruf Amin pada 2025 nilainya cukup jumbo, mencapai Rp 800 triliun.

Menurut data Kementerian Keuangan, per 30 April 2024, total utang jatuh tempo pada 2025 sebesar Rp 800,33 triliun.

Hutang tersebut asalnya dari surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 705,5 triliun dan utang pinjaman Rp 100,19 triliun.

Baca juga: Pidato Menyayat Hati Mahasiswa UNHAN yang Pernah Jadi Pelayan & Jual Gorengan, Buat Prabowo Terenyuh

Istana Tanggapi Keretakan Hubungan Jokowi-Prabowo

Staf Khusus Presiden, Juri Ardiantoro mengatakan isu keretakan antara Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto yang saat ini dihembuskan-hembuskan adalah upaya adu domba untuk mengganggu jalannya keberlanjutan pemerintahan.

Politik adu domba seperti itu menurut Juri sudah usang dan tidak disukai oleh masyarakat kita.

"Jika ada mengadu domba dengan nyata-nyata mengatakan hubungan Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih saat ini retak adalah upaya mengganggu agenda keberlanjutan pemerintahan," kata Staf Khusus Presiden, Juri Ardiantoro, Senin (26/8/2024).

Juri menegaskan, adu domba mereka dilakukan dengan merangkai-rangkai berbagai informasi, peristiwa dan kejadian yang terjadi belakangan ini.

Kemudian men-gotak gatuk-an seolah-olah ada kaitannya dan kemudian menyimpulkan dengan nada yakin bahwa telah terjadi keretakan.

Juri menjelaskan bahwa fokus utama Pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini adalah meletakkan pondasi yang kuat untuk memuluskan transisi pemerintahan.

Menurut Juri, Presiden Joko Widodo memberikan tempat dan kesempatan yang luas bagi Presiden Terpilih memulai menyusun agenda-agenda strategis untuk menjalankan visi dan misinya demi keberlanjutan pemerintahan nantinya.

Sehingga menyimpulkan adanya keretakan hubungan keduanya adalah hal yang sulit diterima.

"Dimana letak keretakannya? Itulah yang menjadi pertanyaan Pak Prabowo. Presiden Terpilih tegas menampik berbagai spekulasi, rumor bahkan upaya-upaya politik yang bertujuan mengadu domba dengan Presiden Joko Widodo," jelas Juri.

"Politik adu domba itu politik usang, sangat tidak disukai oleh masyarakat kita. Jadi, berhentilah membangun narasi dan spekulasi yang bersifat pecah belah kita sebagai bangsa,” tegas Juri.

Baca juga: Puji Prabowo di Balik Batalnya RUU Pilkada, Politisi PDIP: Kalau Tidak Ada Beliau Tak Bisa Kejadian

Prabowo: Retaknya di Mana?

Sebelumnya Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto menyinggung kabar hubungannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang disebut mulai renggang.

Baginya, hal itu sebagai bentuk adu domba pihak tertentu.

Hal itu diungkap Prabowo dalam sambutanya saat penutupan Kongres VI PAN di Hotel Kempinski, Jakarta, Sabtu (24/8/2024).

Mulanya, Prabowo berbicara tidak boleh ada pihak yang mengadu domba sesama bangsa.

Eks Danjen Kopassus itu pun lalu menyinggung kabar keretakan hubungannya dengan Presiden Jokowi. Padahal, selama ini kabar tersebut tidak benar.

"Ternyata Prabowo dan Jokowi sudah retak. Retak dimana retaknya? selalu mengadu domba, selalu mengadu domba," jelasnya.

Lebih lanjut, Prabowo pun menyindir pihak itu masih sedang dalam nuansa pemilihan presiden (pilpres).

Dia pun menganggap pihak yang ingin mengadu domba masih belum move on.

"Kita tapi itu yang bagian ini ya udah selesai ya, sekarang bagian yang menggembirakan, kalau yang gitu agak jengkel tapi biar ajalah, biar ajalah, kalau ada yang enggak mau move on, ya biarlah, enggak apa-apa," jelasnya.

Di sisi lain, Prabowo pun mengaku tidak mau terpancing dengan adu domba tersebut.

Baginya, upaya pemecah belah bangsa bagian operasi intelijen.

"Kita enggak mau terpancing, kita juga bukan anak kecil, jangan pakai alat-alat yang dulu-dulu cara-cara yang dulu-dulu adu domba ngintel-ngintelin orang, ngintel untuk rakyat untuk bangsa, jangan ngintelin lawan politik, enggak enak itu," pungkasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Staf Khusus Presiden Sebut Isu Keretakan Hubungan Jokowi-Prabowo sebagai Politik Adu Domba dan Pengamat Nilai Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bakal Terbebani Warisan Politik Jokowi

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
Prabowo SubiantoDedi Kurnia SyahJokowiIKN
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved