Konflik Rusia Vs Ukraina
Pakar Nilai Rusia Berusaha Tarik Simpati Umat Beragama agar Termotivasi Ikut Perang di Ukraina
Ahli menilai Rusia berusaha menarik simpati umat muslim dan kristiani agar terdorong ikut berperang di Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Pemerintah Ukraina sendiri sempat memanfaatkan momen ibadah di hari Minggu untuk merekrut para warga sipil untuk mendaftar wajib militer.
Momen perekrutan ini terjadi di sebuah gereja di Lviv, Minggu (3/7/2022).
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, kebijakan pemerintah merekrut ketika warga beribadah kemudian menuai protes dari para pendeta.
"Pendeta yang marah menelepon. Mereka memiliki alasan untuk marah," ujar anggota Partai Solidaritas Eropa, Nikolay Knyazhnitsky.
Nikolay menjelaskan, ada banyak cara untuk mengundang warga mendaftar wajib militer, di antaranya adalah mendatangi rumah ataupun tempat kerja.
Nikolay tak setuju apabila jemaat yang sedang pergi ke gereja dihampiri untuk direkrut.
"Orang-orang pergi ke sana (gereja) untuk perlindungan dan dukungan spiritual. Ini bukanlah tempat di mana seseorang berjalan-jalan dan membagikan pemberitahuan di tengah ibadah."
Baca juga: Konflik Makin Tak Terkendali, Rusia Serukan Warga Ukraina di Kherson Perangi Tentaranya Sendiri

Putin Paksa Etnis Minoritas Rusia
Pada 14 Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa perintah mobilisasi parsialnya akan selesai pada akhir bulan.
Dilansir TribunWow.com, Putin menyebut 222.000 orang telah direkrut dari target 300.000 dan tidak ada rencana untuk perekrutan lebih lanjut.
Namun, muncul laporan tentang dampak perang yang tidak proporsional terhadap orang-orang Rusia dari daerah miskin dan etnis minoritas.

Baca juga: Pria Lumpuh hingga Pekerja Migran Rusia Dijemput Paksa Tengah Malam untuk Dikirim Perang ke Ukraina
Ketika Putin mendeklarasikan dekrit tersebut empat minggu sebelumnya, proses mobilisasi yang kacau memicu protes secara nasional.
Langkah ini juga menuai kritik dari politisi dan tokoh masyarakat yang dekat dengan Kremlin, mengungkapkan ketegangan di dalam elit politik Rusia.
Adapun menurut data yang dikumpulkan oleh media independen Rusia, sejumlah daerah dengan populasi minoritas yang tinggi paling banyak menderita korban dalam perang.
Victoria Maladaeva, wakil presiden Yayasan Free Buryatia, membeberkan tentang perang di Ukraina dan dampaknya terhadap Republik Buryatia, sebuah wilayah federal dan tanah air bersejarah orang-orang Pribumi Buryat yang terletak di perbatasan Rusia dengan Mongolia.