Konflik Rusia Vs Ukraina
Sebut Ironis, China Ungkap Pasukan NATO akan Dikerahkan Dekat Rusia setelah Finlandia Bergabung
Pasukan NATO diperkirakan akan muncul di sekitar wilayah Rusia setelah negara tetangganya, Finlandia, memutuskan untuk bergabung.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Pasukan NATO diperkirakan akan muncul di sekitar wilayah Rusia setelah negara tetangganya, Finlandia, memutuskan untuk bergabung.
China menilai langkah ini sebagai ironi lantaran NATO yang mengaku ingin kedamaian di Eropa justru justru terus memprovokasi Presiden Rusia Vladimir Putin.
Adapun hal ini diungkapkan menyusul adanya wacana Swedia dan Finlandia akan mendaftar jadi anggota NATO akibat invasi di Ukraina.

Baca juga: Ancaman Sekutu Putin ke Barat jika Finlandia dan Swedia Gabung NATO: Ada Perang Nuklir Besar-besaran
Baca juga: Kadyrov Sebut Rusia Baru Kerahkan 1 Persen Kekuatan, Tuding Zelensky Relakan Ukraina Jadi Pijakan AS
Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Kamis (12/5/2022), keputusan Finlandia untuk bergabung dengan aliansi NATO, dinilai berbahaya untuk Rusia.
Menurut mantan kepala Pusat Kerjasama Keamanan Internasional Kementerian Pertahanan Republik Rakyat China, Kolonel Senior Zhou Bo, akan ada beberapa hal yang patut diwaspadai.
Satu di antaranya adalah kemunculan pasukan aliansi di sekitar St. Petersburg ketika Finlandia bergabung dengan NATO.
Menulis dalam sebuah artikel di majalah Economist, Zhou Bo mengatakan bahwa Kremlin telah memberi peringatan tentang konsekuensi dari anggota baru yang bergabung dengan aliansi.
Menurut pihak Rusia, langkah ini akan mengakhiri status non-nuklir Laut Baltik.
"Jika Finlandia bergabung dengan NATO, yang kemungkinan besar, pasukan aliansi akan berada tak jauh dari St. Petersburg," kata Zhou Bo.
Pengamat militer China ini meminta NATO untuk melihat posisi Rusia dalam masalah ini dengan serius.
Ia menilai sepak terjang NATO yang mengaku ingin mencegah perang nuklir justru berpotensi membuat hal itu terjadi.
"Sungguh ironis bahwa semakin populer NATO, semakin tidak amannya Eropa," ujar Zhou Bo.
"Jika ketakutan utama NATO adalah peluncuran senjata nuklir taktis Rusia, lalu mengapa tanpa lelah memprovokasi Vladimir Putin?."
"Keamanan di Eropa, yang sekarang menjadi masa lalu, hanya dapat dipastikan melalui kerja sama dengan Rusia," pungkasnya.
Diketahui, Swedia dan Finlandia mulai berbicara tentang kemungkinan meninggalkan netralitas mereka dan bergabung dengan NATO.