Konflik Rusia Vs Ukraina
Di Depan Tentara Rusia, Ayah di Ukraina Tunjukkan Tangannya yang Berlumuran Darah sang Anak
Ayah di Ukraina menunjukkan tangannya yang berlumuran darah ke seorang tentara Rusia yang menjadi tahanan perang.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
Proses penyelamatan warga ini dilakukan oleh tim gabungan setelah PBB turun tangan langsung dan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dilansir TribunWow.com dari BBC, Senin (2/5/2022), Rusia mengatakan puluhan warga sipil telah tiba di sebuah desa yang dikuasainya.
Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan sekelompok besar juga sedang dalam perjalanan ke Zaporizhzhia, yang dikuasai Ukraina.
"Kelompok pertama sekitar 100 orang sudah menuju ke daerah yang dikendalikan. Besok [Senin] kita akan bertemu mereka di Zaporizhzhia," cuitnya di Twitter @ZelenskyyUa.
PBB mengkonfirmasi bahwa 'operasi lintas pengaman' telah mulai mengevakuasi warga pada hari Sabtu.
Tim ini terdiri keterlibatan relawan, PBB dan Palang Merah.
PBB tidak memberikan perincian di mana orang-orang dibawa atau berapa banyak yang telah pergi, dengan mengatakan bahwa informasi itu dapat membahayakan keselamatan operasi.
Rekaman Reuters dari kompleks menunjukkan proses evakuasi warga sipil, terutama wanita dan anak-anak.
Mereka dibantu untuk berjalan di atas tumpukan puing-puing, dan naik bus dengan jendela yang hilang.
Seorang wanita dengan bayi berusia enam bulan mengatakan mereka telah terperangkap di pabrik baja selama dua bulan.
Wanita lain yang lebih tua mengatakan mereka sudah kehabisan makanan.
Pejabat Ukraina mengatakan penembakan Rusia dilanjutkan di pabrik baja setelah gencatan senjata singkat dilakukan hari Minggu.
Denys Shleha dari Garda Nasional Ukraina mengatakan sementara puluhan orang telah diselamatkan, beberapa ratus warga sipil, termasuk anak-anak, masih berada di bunker.
Dia menambahkan bahwa setidaknya dua upaya evakuasi seperti ini akan diperlukan untuk mengeluarkan semua orang.
"Anda tidak bisa membayangkan apa yang telah kami alami, teror," kata Natalia Usmanova, 37 tahun.
Ia adalah seorang pengungsi ke wilayah yang dikuasai Rusia dilansir kantor berita Reuters.
"Saya khawatir bunker itu tidak akan tahan - saya sangat takut," ucap Usmanova.
"Ketika bunker mulai bergetar, saya histeris, suami saya dapat menjamin itu: saya sangat khawatir bunker akan runtuh."
"Kami tidak melihat matahari begitu lama." (TribunWow.com/Anung/Via)