Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

1 Bulan sebelum Invasi Rusia, NATO Ternyata sudah Pasok Senjata ke Ukraina sesuai Pengaruh AS

Politisi Rusia mengungkapkan bagaimana Ukraina telah bersiap mengumpulkan senjata jauh sebelum Putin mengumumkan operasi militer spesial.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
The Telegraph
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan invasi ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022). 

Anggota NATO setuju untuk saling membantu jika terjadi serangan bersenjata terhadap salah satu negara anggota.

Tujuan awal NATO adalah untuk melawan ancaman ekspansi Soviet di Eropa setelah Perang Dunia II.

Sementara itu Turki mengatakan ada kecurigaan bahwa pihak-pihak tertentu mencari keuntungan dari konflik Rusia dan Ukraina.

Baca juga: Rusia Sebut Potensi Perang Nuklir Terus Meningkat: Ada Banyak yang Menginginkannya

Tanpa peduli kondisi Ukraina, negara yang disebut termasuk dalam sekutu NATO itu hanya ingin pelemahan Rusia.

Untuk itu, negara yang tak disebutkan namanya itu berusaha untuk memperpanjang jalannya perang.

Hal ini diungkapkan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu saat tampil dalam sebuah acara TV, Rabu (20/4/2022).

Ia mengatakan Turki ingin merundingkan diakhirinya konflik di Ukraina, sementara beberapa anggota NATO lainnya justru ingin melihatnya berlarut-larut sebagai cara untuk merugikan Rusia.

Dalam kesempatan yang sama, Cavusoglu membahas keputusan Turki untuk tidak memberikan sanksi kepada Moskow.

Ia juga membahas mengapa pembicaraan di Istanbul antara Rusia dan Ukraina dianggap gagal.

"Ada negara-negara di dalam NATO yang menginginkan perang Ukraina berlanjut. Mereka melihat kelanjutan perang sebagai pelemahan Rusia. Mereka tidak terlalu peduli dengan situasi di Ukraina,” kata Cavusoglu dilansir TribunWow.com dari media Rusia RT, Rabu (20/4/2022).

Dalam artikel tersebut dicantumkan juga kecurigaan mengenai pihak yang dimaksud Turki.

Antara lain yakni Amerika Serikat yang selama ini dianggap vokal menentang Rusia.

Dikutip pula perkataan Presiden AS Joe Biden pada awal bulan ini yang menyebut bahwa konflik di Ukraina bisa berlanjut untuk waktu yang lama.

Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz juga mengatakan pada Selasa (19/4/2022), bahwa Barat bersatu untuk tidak membiarkan Rusia menang dan bertekad terus mempersenjatai militer Ukraina sehingga dapat terus mempertahankan diri terhadap serangan Rusia.

Di sisi lain, Turki telah memutuskan untuk tidak bergabung dengan sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia.

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Tags:
RusiaUkrainaNATOVladimir PutinAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved