Konflik Rusia Vs Ukraina
Pengakuan Tentara Sukarelawan di Ukraina Lihat 2 Rekannya Tewas: Ini Tidak seperti Irak
Tentara sukarelawan asal Inggris menceritakan hal yang ia alami selama ikut berkonflik di Ukraina melawan Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Kemudian Zelensky juga mengeluarkan kebijakan bebas visa kepada warga negara lain yang secara sukarela ingin bergabung membantu tentara Ukraina memerangi Rusia.
Kebijakan Zelensky tersebut disambut baik oleh sejumlah negara-negara di Eropa.
Bahkan beberapa di antaranya turut mendorong agar warganya yang bersedia mau ikut berperang di Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, namun ada juga negara yang melarang warganya dan memperingatkan akan ada konsekuensi bila terjadi hal-hal tertentu.
Otoritas Ukraina mengklaim terdapat 20 ribu sukarelawan dari 52 negara yang telah bergabung.
Negara-negara yang warganya menjadi relawan tentara di Ukraina di antaranya adalah Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman, Kanada, India, Kroasia, Israel, Latvia, Denmark, Belanda hingga Polandia.
Kacper Rekawek, seorang peneliti di Pusat Studi Ekstremisme (C-REX), Universitas Oslo, menyoroti aksi pemerintah Ukraina mengumumkan puluhan ribu relawan telah bergabung.
Menurutnya sikap pemerintah Ukraina hanyalah gimmick untuk publikasi media.
Rekawek meragukan bahwa relawan yang berpartisipasi di Ukraina benar mencapai angka puluhan ribu.
"Saya kira itu hanya untuk publikasi media. Ukraina ingin menunjukkan dirinya didukung oleh banyak orang dari seluruh dunia," ujar Rekawek.
Rekawek menyampaikan, partisipasi para relawan dalam perang tidak akan berpengaruh banyak terhadap perang melawan Rusia.
Ia mengatakan fungsi utama para relawan adalah menarik perhatian media.
Kontroversi Relawan Perang
Beragam kontroversi terjadi di tengah konflik antara Rusia dan Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 lalu.
Satu dari beberapa kontroversi tersebut adalah warga negara lain yang kini dipersilakan untuk ikut berperang.