Konflik Rusia Vs Ukraina
Ungkit Pengkhianatan di Tahun 2014, Rusia Sebut Negara-negara Barat Sudah Tak Bisa Dipercaya
Pemerintah Rusia menegaskan diplomasi antara pihaknya dan Ukraina tidak akan menggunakan negara-negara barat sebagai perantara.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menjadi sasaran nomor satu dari operasi militer yang dilancarkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Zelensky dan keluarganya menjadi tokoh yang paling terancam keselamatannya, bila Rusia berhasil menginvasi Ukraina.
Namun meski kini pasukan Rusia telah merangsek ke ibukota Kiev, Zelensky tegas menyatakan tak akan meninggalkan negaranya.
Dilansir ABC News, Jumat (25/2/2022), invasi yang dilakukan Rusia sudah berhasil menduduki kawasan pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl.
Kini, sejumlah upaya terus dilakukan Rusia untuk dapat menduduki Kiev dan pangkalan udaranya.
Pada sebuah pidato menyentuh yang ditampil di televisi Ukraina setelah serangan hari pertama, Zelensky menyatakan adanya informasi dari pihak Rusia.
"Rusia sudah mengidentifikasikan saya sebagai target nomor 1, dan keluarga saya sebagai nomor dua," kata Zelensky.
"Mereka ingin menghancurkan Ukraina secara politik dengan menghancurkan kepala negara."
Meski tahu keselamatanya terancam, Zelensky bersumpah tak akan meninggalkan negaranya.
"Aku akan tetap berada di ibu kota. Keluargaku juga berada di Ukraina," tegas Zelensky dilansir Reuters, Jumat (25/2/2022).
Zelensky menegaskan akan tetap berada di Kiev dan akan terus mengunggah video dan seruan mengenai invasi yang terjadi.
Dalam pidatonya, Zelensky juga mengimbau masyarakat Rusia untuk membantu menghentikan perang tersebut.
Beberapa jam kemudian, misil-misil mulai ditembakkan oleh Rusia ke wilayah Kiev. (TribunWow.com/Anung/Via)