Konflik Rusia Vs Ukraina
Mengira Hanya Latihan Militer, 12 Tentara Garda Depan Rusia Dipecat saat Menolak Perangi Ukraina
Sejumlah tentara Rusia yang berada di garis depan dipecat lantaran menolak berpartisipasi dalam perang Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Sejumlah tentara Rusia yang berada di garis depan dipecat lantaran menolak berpartisipasi dalam perang Ukraina.
Satu tim yang terdiri dari 12 personel itu mengaku hanya dikirim untuk melakukan latihan militer.
Kini, para tentara tersebut tengah mengajukan banding lantaran mengalami pemecatan secara sepihak.

Baca juga: Hadir di Konpers Media Independen Rusia, Tentara Rusia Menangis Minta Maaf ke Warga Sipil
Baca juga: Jurnalis Ukraina Sebut Komandan Tentara Rusia Ditabrak Tank oleh Bawahannya Gara-gara Ini
Kabar ini disampaikan oleh media Rusia, The Moscow Times seperti dikutip TribunWow.com, Senin (28/3/2022).
Menurut pengacara mereka, Mikhail Benyash, para tentara itu yang dipecat karena dinilai gagal melaksanakan perintah untuk menyeberangi perbatasan Ukraina pada awal perang.
Mereka pun berupaya mengajukan banding atas pemecatan tersebut.
Menurut pengacara hak asasi manusia Pavel Chikhov, Kapten Farid Chitav, dan 11 bawahannya di Rosgvardiya (Pengawal Nasional), diperintahkan melewati perbatasan Ukraina pada 25 Februari.
Tetapi pasukan tersebut menolak dengan alasan bahwa perintah tersebut ilegal untuk dilaksanakan.
Divisi Garda Nasional Rusia dari Krasnodar telah ditempatkan di Krimea yang dicaplok sejak 6 Februari, melakukan latihan tahunan ketika perintah datang.
Namun divisi tersebut, yang dipimpin oleh Chitav, mengatakan bahwa tugas mereka sangat terbatas di wilayah Rusia.
Mengingat tidak ada anggota yang memiliki paspor, menyeberang ke Ukraina akan merupakan pelanggaran hukum.
"Tidak seorang pun dari mereka diberitahu tentang perjalanan bisnis ke wilayah Ukraina untuk berpartisipasi dalam operasi militer khusus atau tentang tugas dan kondisi operasi ini, dan sebagai akibatnya, mereka tidak memberikan persetujuan untuk itu," kata Chikhov.
Para prajurit dikirim kembali ke Krasnodar, di mana mereka menjalani penyelidikan sebelum dipecat dari dinas.
Menurut Benyash, para penjaga meminta pemulihan karena pemecatan yang tidak adil, dan kemudian akan memutuskan apakah mereka ingin terus bekerja untuk Garda Nasional.
Baca juga: Dobrak Basemen Persembunyian Warga Ukraina, Tentara Rusia Beri Pilihan Keluar atau Diam dan Mati
Baca juga: Kasus Rudapaksa Wanita Ukraina oleh Tentara Rusia Meningkat, Pemerintah Kiev Tak Tinggal Diam
Tentara Rusia Ditembak Mati Jika Menyerah
Di sisi lain, seorang tentara Rusia yang ditahan oleh pemerintah Ukraina mengaku para tentara Rusia selalu diikuti oleh pasukan eksekutor yang siap membunuh jika ada tentara Rusia yang desersi.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, seorang komandan tank Rusia bahkan menyerah di hadapan pasukan Ukraina dan menyatakan ingin membelot.
Tentara Rusia tersebut mengaku akan ditembak mati jika pulang ke negaranya sendiri.
Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Victor Andrusiv menjelaskan, kru tank komandan yang menyerah tersebut telah kabur ke rumahnya masing-masing.
"Dia tidak bisa pulang ke rumah karena atasannya mengatakan akan menembaknya dan mengatakan dia telah gugur di medan perang," ujar Andrusiv.
Menurut keterangan Andrusiv, komandan yang menyerah itu mengaku logistik pasukan Rusia semakin menipis dan moral pasukan kian menurun.
Andrusiv menyampaikan, para tentara Rusia yang membelot akan diberikan 10 ribu dollar AS plus diberikan tempat tinggal lengkap dengan televisi, telepon, dapur dan kamar mandi.
Mendagri Ukraina, Densy Monastrysky menyampaikan ada banyak kasus tentara Rusia menyerah secara sukarela.
Di sisi lain, sejumlah tentara Rusia yang telah ditangkap di Ukraina memberikan pengakuan mereka muak atas pimpinan mereka Presiden Rusia Vladimir Putin.
Para tentara Rusia tersebut juga mengancam sekembalinya dari Ukraina mereka siap untuk melawan balik Putin.
Dikutip TribunWow.com, informasi ini diberitakan oleh media asal Inggris Thesun.co.uk.
Tentara Rusia mengecam instruksi komandan mereka terkait serangan di rumah sakit bersalin di Mariupol, Ukraina.
Seorang tentara pengintai Rusia memperingatkan akan bangkit melawan pemerintahannya jika nanti ia kembali dari Ukraina ke Rusia.
"Saya ingin memberitahu komandan kami untuk menyetop aksi teror di Ukraina karena ketika kita kembali kita akan bangkit melawan," ujar dia.
Tentara lainnya juga menyampaikan banyak tentara Rusia yang geram dan siap melawan balik pemerintahan.
Seorang pilot pesawat tempur Rusia, Maxim merasa sangat bersalah karena negaranya telah menyerang rumah bersalin.
"Saya tidak tahu apa yang bisa menjustifikasi, tangisan anak kecil atau leibh buruk kematian orang-orang tak bersalah, anak-anak," ujar Maxim.
Maxim meyakini banyak tentara Rusia lain yang kecewa atas instruksi dari atasan emreka.
"Mereka melawan hal ini," ujar Maxim.
"Mereka memiliki banyak kenalan dan teman (di Ukraina), dan mereka diberitahu ini adalah operasi lokal di Donbass, bukan serangan ke seluruh negara," sambungnya.(TribunWow.com/Via/Anung)