Konflik Rusia Vs Ukraina
Dobrak Basemen Persembunyian Warga Ukraina, Tentara Rusia Beri Pilihan Keluar atau Diam dan Mati
Pemerintah Rusia kini dituding telah mempekerjakan secara paksa para warga sipil Ukraina atau diperbudak di wilayah Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Sempat beredar kabar pasukan militer Rusia melakukan praktik perbudakan terhadap para warga sipil Ukraina selama konflik berlangsung.
Kabar ini turut diiyakan oleh Wakil Walikota Mariupol, Sergei Orlov.
Dikutip TribunWow.com, menurut data dari Sky News, diperkirakan ada sekira 40 ribu warga sipil Ukraina yang diperbudak oleh pasukan Rusia.

Baca juga: Poin Penting Permintaan Zelensky pada Putin, Ukraina Siap Bersikap Netral jika Rusia Berikan Hal Ini
Baca juga: Kasus Rudapaksa Wanita Ukraina oleh Tentara Rusia Meningkat, Pemerintah Kiev Tak Tinggal Diam
Kemudian pasukan Rusia juga dituding sengaja memisahkan para orangtua dengan anak-anak mereka.
"Mereka harus bekerja di Rusia untuk bertahan hidup," ungkap Orlov.
"Tetapi hal yang paling parah adalah, pasukan Rusia memisahkan anak-anak dari orangtua mereka ketika mereka membawa warga kita keluar dari kota."
Menurut keterangan Orlov, para anak-anak tersebut dibawa pasukan Rusia ke sebuah rumah sakit di Donetsk.
Sementara itu para orangtua anak-anak tersebut dibawa oleh pasukan Rusia ke wilayah Rusia untuk dipaksa bekerja.
Orlov menyebut apa yang dilakukan oleh Rusia adalah sebuah kejahatan perang.
Ia lalu membandingkan apa yang dilakukan oleh para tentara Rusia dengan apa yang dilakukan oleh Nazi pada perang dunia ke-2.
Orlov mengatakan, ada warga Ukraina yang dibawa ke Siberia dan bagian timur Rusia.
Kemudian Orlov juga mengungkit bagaimana momen pasukan Rusia menyerbu tempat berlindung para warga sipil.
Orlov bercerita, pasukan Rusia masuk secara paksa ke basemen tempat warga sipil bersembunyi.
Di saat warga ketakutan akan keberadaan pasukan Rusia, mereka diberi waktu 15 menit untuk segera pergi dari tempat tersebut.
"Jika mereka menolak keluar, bangunan akan dihancurkan dan membiarkan mereka terkubur hidup-hidup," ungkap Orlov.