Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Geger Kabar Warga Ukraina Dibawa Paksa ke Rusia, Putin Diisukan Tiru Nazi Buat Kamp Konsentrasi

Santer diberitakan bahwa ribuan penduduk Mariupol, Ukraina dibawa paksa pasukan Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Photo by Daniel LEAL / AFP
Warga Kiev mengungsi setelah Ukraina diserang Rusia, Kamis (24/2/2022). Terbaru, sejumlah warga Ukraina dikabarkan dibawa ke Rusia, Sabtu (19/3/2022). Dikhawatirkan para pengungsi tersebut dibawa ke kamp konsentrasi. 

TRIBUNWOW.COM - Santer diberitakan bahwa ribuan penduduk Mariupol, Ukraina dibawa paksa pasukan Rusia.

Hingga saat ini belum diketahui nasib penduduk yang didominasi wanita dan anak-anak tersebut.

Muncul kekhawatiran bahwa pasukan Presiden Vladimir Putin mengumpulkan para penduduk tersebut ke semacam kamp konsentrasi.

Sejumlah ambulans melintasi Belarus disebut membawa jenazah tentara Rusia dari Ukraina, Minggu (19/3/2022).
Sejumlah ambulans melintasi Belarus disebut membawa jenazah tentara Rusia dari Ukraina, Minggu (19/3/2022). (Capture Video Daily Mail UK)

Baca juga: Video Konvoi Mayat Tentara Rusia, 2.500 Jasad Dibawa dari Ukraina untuk Sembunyikan Jumlah Kematian

Baca juga: Belum Juga Berhasil Kuasai Ukraina, Ini 4 Kesalahan Fatal Rusia Menurut Analis Militer

Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Minggu (20/3/2022), Walikota Mariupol Vadym Boychenko mengklaim bahwa beberapa ribu penduduk Mariupol telah dibawa secara paksa ke Rusia.

Namun, belum ada bukti maupun konfirmasi dari pihak terkait mengenai tudingan ini.

Boychenko menuduh beberapa penduduk diarahkan ke kota-kota terpencil begitu melintasi perbatasan Rusia.

Ia pun membandingkan praktik ini seperti yang pernah terjadi pada masa perang dunia kedua.

Pada masa itu, sejumlah penduduk etnis Yahudi dibawa oleh tentara Nazi ke kamp-kamp konsentrasi untuk dieksekusi atau mengalami penyiksaan.

Dia mengatakan orang-orang secara ilegal dipindahkan dari distrik tepi kiri dan tempat perlindungan di gedung klub olahraga.

Tempat perlindungan tersebut disebut berisi dari seribu orang yang bersembunyi dari pengeboman.

Sehingga diasumsikan para pengungsi tersebut banyak berasal dari kalangan anak-anak dan wanita yang memang diprioritaskan untuk berlindung.

Menurut Boychenko, militer Ukraina telah ditarik dari daerah itu untuk menghindari situasi yang menempatkan warga sipil dalam bahaya.

Melalui postingan Telegram, Boychenko menyebut warga Mariupol yang ditangkap dibawa ke kamp penyaringan, di mana penjaga memeriksa ponsel dan dokumen warga.

"Setelah pemeriksaan, beberapa warga Mariupol dialihkan ke kota-kota terpencil di Rusia, nasib yang lain masih belum diketahui," tulis Boychenko.

"Apa yang dilakukan penjajah hari ini sudah tidak asing lagi bagi generasi tua, yang melihat peristiwa mengerikan Perang Dunia II, ketika Nazi menangkap orang secara paksa."

"Sulit membayangkan bahwa di abad ke-21 orang akan dideportasi secara paksa ke negara lain."

Dikutip dari kanal Ukrinform, Senin (21/3/2022), Boychenko juga sempat mengungapkan kegeramannya.

"Pasukan Rusia tidak hanya menghancurkan Mariupol kita yang damai, mereka bahkan telah melangkah lebih jauh dan mulai mengusir penduduk Mariupol," seru Boychenko.

"Semua kejahatan perang oleh Rusia harus mendapatkan hukuman yang paling berat," pungkasnya.

Baca juga: Momen Pangkalan Militer Diserang Rusia, Tentara Ukraina Terlihat Ditarik Hidup-hidup dari Reruntuhan

Baca juga: Tuding PBB Sebar Hoaks, Rusia Sebut RS Bersalin Mariupol yang Diserang adalah Sarang Militer Ukraina

Anak-anak dan Wanita Dibawa Tentara Rusia

Pihak berwenang di kota Mariupol, Ukraina, mengatakan bahwa pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin telah secara paksa memindahkan beberapa ribu penduduknya ke Rusia.

Beberapa di antara warga Ukraina tersebut bahkan terdiri dari ibu dan anak-anak.

Kabar ini muncul bersamaan dengan laporan bahwa pasukan Rusia mengebom sebuah sekolah seni tempat 400 orang berlindung.

Dilansir TribunWow.com dari kanal berita The Guardian, Minggu (20/3/2022), hal ini dikabarkan dewan kota Mariupol melalui pernyataan resmi lewat Telegram.

Pemindahan penduduk Mariupol itu dilakukan selama pekan terakhir ketika serangan Rusia semakin meningkat.

"Selama seminggu terakhir, beberapa ribu penduduk Mariupol dideportasi ke wilayah Rusia," kata dewan kota pada Sabtu, (19/3/2022) malam.

Penduduk yang dibawa paksa kebanyakan berasal dari distrik Livoberezhni.

Tentara Rusia memaksa para pengungsi yang berlindung di gedung klub olahraga untuk pergi bersama mereka.

Para pengungsi itu diketahui mayoritas terdiri dari anak-anak dan para wanita yang jumlahnya lebih dari seribu orang.

"Para penjajah secara ilegal mengambil orang-orang dari distrik Livoberezhniy dan dari tempat penampungan di gedung klub olahraga, di mana lebih dari seribu orang bersembunyi dari pengeboman terus-menerus," tulis dewan Kota Mariupol.

Klaim tersebut belum dapat diverifikasi secara independen, tetapi pernyataan dewan kota tersebut bukan satu-satunya.

Sebelum ini terdapat beberapa laporan serupa tentang penduduk Mariupol yang dibawa ke Rusia.

Rusia Ledakkan Gedung Teater yang Adalah Lokasi Pengungsian

Pihak Rusia diklaim telah menghancurkan sebuah gedung teater di mana pengungsi Kota Mariupol, Ukraina berlindung, Rabu (16/3/2022).

Padahal di luar tempat perlindungan itu, para pengungsi sudah menuliskan tanda yang memperingatkan adanya anak-anak.

Hingga saat ini, belum jelas berapa korban dari serangan tersebut.

Namun, Dewan Kota Mariupol menerangkan bahwa gedung teater itu digunakan oleh lebih dari 1000 orang warga sipil.

Insiden ini pun menuai komentar prihatin dan kecaman bagi pihak Rusia, termasuk dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Dilansir TribunWow.com dari BBC, Kamis (17/3/2022), gedung teater tiga lantai bercat putih tampak hancur dan terbakar.

Menurut Wakil Wali Kota Mariupol, Sergei Orlov, sekitar 1.000 hingga 1.200 orang mencari perlindungan di gedung tersebut.

Gambar satelit yang dirilis oleh perusahaan swasta Maxar, menunjukkan kata-kata "DETI" yang berarti anak-anak dalam bahasa Rusia, terukir di tanah di kedua sisi gedung.

Tulisan tersebut dimaksudkan agar pesawat Rusia menjauh dari gedung berisi pengungsi tersebut.

Namun, meski ada peringatan tersebut, pihak Rusia masih saja tak menggubris dan meledakkan gedung.

Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa tentara Presiden Vladimir Putin sengaja menyasar masyarakat sipil dan bahkan anak-anak.

"Penjajah menghancurkan Teater Drama. Tempat di mana lebih dari seribu orang mengungsi. Kami tidak akan pernah memaafkan ini," kata Dewan Kota Mariupol dalam sebuah posting Telegram yang dikutip kanal berita CNA.

Walikota Mariupol Vadym Boychenko menyebut serangan itu sebagai tragedi yang mengerikan.

"Orang-orang bersembunyi di sana. Dan ada yang bilang beruntung bisa selamat, tapi sayangnya tidak semua beruntung," kata Boychenko.

"Satu-satunya kata untuk menggambarkan apa yang telah terjadi hari ini adalah genosida, genosida bangsa kita, rakyat Ukraina kita. Tapi saya yakin bahwa harinya akan tiba ketika kota indah Mariupol akan bangkit dari reruntuhan lagi."

Dmytro Kuleba, menteri luar negeri Ukraina, dan dewan kota mengutuk penyerangan itu dan menyebutnya sebagai kejahatan perang.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam pemboman itu dan mengatakan Rusia sengaja menargetkan teater itu.

"Hati kami hancur dengan apa yang dilakukan Rusia terhadap rakyat kami. Kepada Mariupol kami," kata Zelensky dalam pidato melalui sebuah video pada Rabu malam.

Kota ini merupakan target strategis utama bagi Moskow, yang berpotensi menghubungkan pasukan Rusia di Krimea di barat dan Donbas di timur dan memutus akses Ukraina ke Laut Azov.

Selama berhari-hari pasukan Rusia telah membombardir kota, memutus aliran listrik, makanan, dan pasokan air.

Menurut pihak berwenang Ukraina, sejak awal invasi sudah lebih dari 2.000 orang telah tewas di kota tersebut. (TribunWow.com)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
UkrainaRusiaVladimir PutinNaziMariupol
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved