Breaking News:

Konflik di Afghanistan

Seorang Asisten Profesor di Afghanistan Tak Dapat Gaji hingga Jadi Buruh Bangunan untuk Cari Uang

Seorang asisten profesor di universitas di Kabul terpaksa menjadi pekerja bangunan karena selama berbulan-bulan tidak mendapatkan gaji dan sulit uang.

Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
YouTube/Al Jazeera English
Uang kertas Afghani, Afghanistan. Seorang asisten profesor di universitas di Kabul terpaksa menjadi pekerja bangunan karena selama berbulan-bulan tidak mendapatkan gaji dan kesulitan keuangan. 

Munculnya kelas menengah terpelajar, yang bekerja di bidang pendidikan dan pemerintahan atau untuk kelompok bantuan, bank dan perusahaan media hingga telekomunikasi, menjadi salah satu hasil yang paling terlihat dari 20 tahun keterlibatan Barat di Afghanistan.

Ribuan dari orang-orang itu melarikan diri dalam proses evakuasi, menyusul kemenangan mengejutkan Taliban pada 15 Agustus lalu.

Mereka takut untuk kembali ke negaranya karena pemerintahan keras Taliban dan kebebasan yang semakin terbatas.

Namun, bagi mereka yang tetap tinggal, kesulitan keuangan adalah hal biasa, bahkan di antara orang-orang kaya.

Abdul, seorang mantan polisi berusia 41 tahun di Kabul dan ayah dari empat anak, mengatakan bahwa dia baru saja menjual sebidang tanah terakhir yang dia warisi dari ayahnya untuk membeli taksi.

Dari pekerjaan itu, dia mendapatkan sekitar Rp 50 ribu sampai Rp 80 ribu dalam sehari.

Menurutnya, uang tersebut hampir tidak cukup untuk digunakan membeli bahan makanan guna dikonsumsi sehari-hari oleh enam anggota keluarganya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan hampir 23 juta warga Afghanistan terancam kelaparan karena konflik, kekeringan dan penurunan ekonomi.

Penduduk Afghanistan juga telah menghadapi krisis uang tunai sejak Taliban menguasai ibu kota Kabul pada 15 Agustus lalu, dengan pemutusan akses oleh Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan bank sentral Amerika Serikat.

Bantuan internasional sebagian besar juga telah hilang setelah pengambilalihan Afghanistan tersebut. (TribunWow.com/Alma Dyani P)

Berita terkait Konflik di Afghanistan lain

Tags:
AfghanistanKabulUniversitas ParwanCovid-19Taliban
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved