Konflik di Afghanistan
Seorang Asisten Profesor di Afghanistan Tak Dapat Gaji hingga Jadi Buruh Bangunan untuk Cari Uang
Seorang asisten profesor di universitas di Kabul terpaksa menjadi pekerja bangunan karena selama berbulan-bulan tidak mendapatkan gaji dan sulit uang.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM – Seorang asisten profesor di Afghanistan, Khalilullah Tawhidyar, baru-baru ini memiliki pekerjaan baru sebagai buruh bangunan.
Itu dilakukan oleh Khalilullah Tawhidyar karena selama berbulan-bulan ini, dia tidak mendapatkan bayaran gaji.
Dikutip TribunWow.com dari Reuters, dengan penghasilan yang dia dapatkan sekitar Rp 47 ribu pada hari itu, dia membeli perbekalan untuk keluarganya.

Baca juga: Taliban Terpaksa Bayar Pekerja Pakai Gandum di Tengah Krisis yang Makin Parah di Afghanistan
Baca juga: Dilanda Kemiskinan dan Kelaparan, Keluarga di Afghanistan Terpaksa Jual Bayinya Seharga Rp 7 Juta
Khalilullah Tawhidyar adalah mantan anggota satuan tugas pemerintah untuk reformasi pendidikan.
Dia mengajar bahasa Inggris di Universitas Parwan di utara Kabul dan menjadi satu dari ribuan orang kelas menengah, warga Afghanistan berpendidikan yang memerangi kemiskinan saat ekonomi negara itu mengalami penurunan.
"Saya tidak punya pilihan," kata Tawhidyar.
Pria itu menambahkan bahwa dirinya belum menerima gajinya selama tiga bulan.
"Ini adalah kisah banyak orang terpelajar di sini sekarang."
Krisis keuangan di Afghanistan semakin memburuk, seusai berjuang melawan pandemi Covid-19 dan juga kekeringan parah.
Kondisi itu diperburuk dengan pengambilalihan negara oleh Taliban pada pertengahan Agustus lalu.
Tawhidyar yang memiliki gelar master dari India dan telah mengikuti kursus di Malaysia serta Sri Lanka, mengatakan bahwa dia terpaksa bekerja sebagai buruh karena kehabisan uang dan bahan makanan.
Meskipun terkadang dia masuk ke universitas negeri tempat dia bekerja, kelas belum dilanjutkan karena kekurangan dana.
Saat ini, Tawhidyar tinggal bersama keluarga besarnya, dan 17 orang hidup dengan bergantung pada gajinya.
"Saya menghasilkan cukup uang untuk memenuhi kebutuhan saya," katanya.
Ketika dia berhenti mendapatkan gaji, pria berusia 36 tahun itu meminjam dari teman dan kerabat.