Breaking News:

Virus Corona

Waspada saat Isolasi Mandiri, 4 Gejala Ini Bisa Jadi Tanda Covid-19 Sudah Menyebar di Paru-paru

Pasalnya, virus penyebab Covid-19 lebih rentan menyerang paru-paru dibanding menyerang organ lainnya. 

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Facebook/@Dr. Anne Gabriel-Chan
Unggahan seorang dokter bernama Dr. Anne Gabriel-Chan menunjukkan hasil rontgen paru-paru orang yang terinfeksi covid-19, yang vaksin dan yang tidak vaksin. 

TRIBUNWOW.COM - Infeksi Covid-19 hingga kini masih dianggap sebagai penyakit saluran pernapasan. 

Pasalnya, virus penyebab Covid-19 lebih rentan menyerang paru-paru dibanding menyerang organ lainnya. 

Kebanyakan gejala yang umum akibat Covid-19 juga merupakan gejala yang terkait dengan masalah pernapasan seperti batuk dan sesak napas. 

Baca juga: Mengenal Cara Kerja Vaksin Covid-19 dan Persiapan yang Perlu Dilakukan agar Kekebalan Maksimal

Baca juga: Sarankan Belajar Hidup dengan Corona, Pakar Ingatkan Kasus Covid-19 Bisa Naik Turun

Bukan hanya pada pasien yang mengalami gejala berat, pasien dengan gejala ringan bahkan pasien tanpa gejala juga bisa mengalami masalah paru-paru ketika terinfeksi Covid-19

Dalam kondisi yang parah, pemulihan fungsi paru-paru bisa berlangsung lama bahkan hingga berbulan-bulan,

Untuk itu penting untuk mengenali gejala atau tanda ketika virus mulai menyerang paru-paru. 

Edukator Kesehatan dr Tejo Kanton, dalam kanal Youtubenya dr tejo kanton, menjelaskan bahwa setidaknya ada empat tanda yang muda dikenali ketika virus mulain menyerang paru-paru, yaitu:

1. Batuk terus-menerus 

Biasanya batuk yang dialami pasien Covid-19 ketika virus mulai menyerang paru-paru adalah batuk kering atau batuk tidak produktif. 

Batuk ini akan bertahan lama bahkan hingga 2 sampai 3 minggu setelah terinfeksi Covid-19. 

Baca juga: Pandemi Covid-19 Memburuk, Putin Kaget Banyak Warga Rusia Tak Mau Vaksin hingga Liburkan Pekerja

Padahal masa isolasi mandiri hanya sekitar 14 hari. 

Selain karena virus, batuk juga bisa menjadi pertanda ada komplikasi lain di paru-paru. 

2. Sesak napas

Gejala ini juga merupakan gejala yang umum bagi pasien Covid-19

ini biasanya terjadi di tengah-tengah masa isolasi mandiri pasien Covid-19

Ada sejumlah hal yang bisa menyebabkan sesak napas pada pasien Covid-19, namun yang paling umum adalah karena virus sudah membuat gangguan di paru-paru. 

Selain itu, jika virus sudah menyerang paru-paru, sesak napas juga bisa terjadi bahkan ketika sudah sembuh dari Covid-19 dan menjadi gejala berkepanjangan.

3. Nyeri dada

Nyeri tekan di dada bisa menjadi tanda perburukan pada pasien Covid-19 atau tanda bahwa pasien Covid-19 yang isolasi mandiri perlu dirawat di rumah sakit. 

Nyeri dada pada pasien Covid-19 bisa disebabkan dua hal, yaitu masalah pada jantung dan paru-paru. 

Ini juga bisa menjadi tanda peradangan pada paru-paru dan menimbulkan dampak yang lebih lama seperti meninggalkan jaringan parut atau fibrosis di paru-paru. 

4. Timbul banyak gejala

Selain ketiga di atas, yang menjadi tanda bahwa virus sudah menyebar di paru-paru adalah adanya banyak gejala yang datang berbarengan. 

Misalnya kelelahan disertai batuk, demam, dan sesak napas. 

Bahkan pasien juga bisa mengalami sepsis yang terjadi ketika virus masuk ke aliran darah dan mulai menyerang berbagai jaringan di dalam tubuh. 

Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, Panagis Galiatsatos, M.D., M.H.S., yang merupakan Spesialis Paru-paru di Johns Hopkins Bayview Medical Center, bahkan menyebut Covid-19 diduga bisa menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru. 

Meski dari pendeknya umur penyakit Covid-19, masih dibutuhkan waktu untuk memastikannya. 

"Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi paru-paru seperti pneumonia dan, dalam kasus yang paling parah, sindrom gangguan pernapasan akut, atau ARDS, Sepsis, dan kemungkinan komplikasi lain dari Covid-19, juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru dan organ lainnya," jelasnya.

“Seperti yang telah kami pelajari lebih lanjut tentang SARS-CoV-2 dan Covid-19 yang dihasilkan, kami telah menemukan bahwa pada Covid-19 yang parah, kondisi pro-inflamasi yang signifikan dapat mengakibatkan beberapa penyakit kritis, komplikasi, dan sindrom,” kata Galiatsatos.

Kondisi tersebut kini disebutkan dengan istilah badai sitokin. 

Galiatsatos mencatat tiga faktor yang memengaruhi risiko kerusakan paru-paru pada pasien infeksi Covid-19.

1. Tingkat keparahan penyakit

 “Yang pertama adalah tingkat keparahan infeksi virus Corona itu sendiri, apakah orang tersebut memiliki kasus ringan, atau parah,” kata Galiatsatos.

Kasus yang lebih ringan cenderung menyebabkan bekas luka yang bertahan lama di jaringan paru-paru tanpa permasalahan serius.

Sedangkan dalam kondisi yang parah, pasien bisa mengalami kerusakan dan berbagai penyakit yang telah disebutkan tadi seperti pneumonia parah, sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), dan Sepsis.

2. Kondisi kesehatan

“Yang kedua adalah apakah ada masalah kesehatan yang ada, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau penyakit jantung yang dapat meningkatkan risiko penyakit parah.”

Orang yang lebih tua juga lebih rentan untuk kasus Covid-19 yang parah.

Jaringan paru-paru mereka mungkin kurang elastis, dan kekebalan mereka mungkin melemah karena usia lanjut.

Selain itu, orang yang lebih tua juga telah disebutkan lebih mungkin mengalami badai sitokin yang juga bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru.

3. Treatmen

“Pengobatan adalah faktor ketiga,” katanya.

“Pemulihan pasien dan kesehatan paru-paru jangka panjang akan tergantung pada jenis perawatan apa yang mereka dapatkan, dan seberapa cepat.”

Penanganan tepat waktu di rumah sakit untuk pasien yang sakit parah dapat meminimalkan kerusakan paru-paru.

Selain itu, dia juga menjelaskan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kerusakan paru menjadi parah pada pasien Covid-19

“Jika Anda memiliki komorbid dan risiko yang lebih tinggi, pastikan Anda melakukan semua yang Anda bisa untuk meminimalkan kemungkinan tertular virus," ujarnya.

Jika memang terinfeksi Covid-19 pastikan bahwa kondisi kesehatan kronis atau komorbid bisa terkelola sebaik mungkin.

Misalnya, orang yang hidup dengan diabetes, COPD, atau penyakit jantung harus sangat berhati-hati untuk mengelola kondisi tersebut dengan memantau dan meminum obat sesuai petunjuk.

Galiatsatos menambahkan bahwa nutrisi yang tepat dan hidrasi juga dapat membantu pasien menghindari komplikasi Covid-19.

“Menjaga pola makan yang baik penting untuk kesehatan secara keseluruhan dan hidrasi yang tepat bisa mempertahankan volume darah yang tepat dan selaput lendir yang sehat dalam sistem pernapasan, yang dapat membantu mereka melawan infeksi dan kerusakan jaringan dengan lebih baik,” jelasnya. 

Pilihlah makanan bergizi seimbang dan lihat panduan makanan apa yang terbaik untuk kesehatan paru-paru. 

Setelah kasus Covid-19 yang parah, pasien harus tetap optimis bahwa kondisi paru-parunya bisa pulih kembali.

Meski membutuhkan waktu yang lama untuk masa pemulihan jika paru-paru mengalami kerusakan.

“Ada cedera awal pada paru-paru, diikuti dengan jaringan parut. Seiring waktu, jaringan akan sembuh, tetapi perlu waktu tiga bulan hingga satu tahun atau lebih agar fungsi paru-paru seseorang kembali ke tingkat sebelum Covid-19," jelasnya.

Penyembuhan paru-paru itu sendiri dapat menimbulkan gejala atau keluhan.

Dia menganalogikan seperti penyembuhan pada patah tulang kaki yang membutuhkan gips selama berbulan-bulan, hingga gipsnya dilepas.

Setelah itu pasien juga tidak bisa segera berlari dengan tulang kaki yang baru sembuh.

Simak videonya di bawah ini:

(Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya

Tags:
Covid-19Virus Coronaisolasi mandiriParu-paru
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved