Virus Corona
Mutasi Baru Covid-19 Varian Delta Kembali Ditemukan di Inggris, Simak Penjelasan Pakar
Di tengah lonjakan kasus Covid-19 di Inggris, para ahli kembali menemukan mutasi baru Covid-19 varian Delta di sana.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Di tengah lonjakan kasus Covid-19 di Inggris, para ahli kembali menemukan mutasi baru Covid-19 varian Delta di sana.
Ini menjadi kekhawatiran karena diketahui di negara yang mayoritas warganya sudah divaksin itu, lonjakan kasus dan angka kematian kembali melonjak tinggi.
Dilansir dari The Strait Times, Profesor Biologi University College London, Francois Balloux menjelaskan hal-hal yang sudah diketahui tentang varian baru tersebut.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Inggris Kembali Tinggi, Mutasi Baru Covid-19 Varian Delta Ditemukan Lagi
Baca juga: Batuk Terus Menerus karena Covid-19, Coba 6 Herbal Ini untuk Bantu Redakan saat Isolasi Mandiri
Dia menjelaskan bahwa mutasi baru itu adalah mutasi dari varian Delta Covid-19 AY.4 ditambah mutasi lonjakan S:Y145H.
Kini varian itu dinamakan AY.4.2 atau lebih dikenal dengan varian Delta Plus.
Varian tersebut baru dilaporkan oleh otoritas Inggris pada Selasa (19/10/2021).
Hingga kini, belum diketahui secara pasti sebesar apa bahayanya, namun disebutkan bahwa tidak ada indikasi bahwa varian baru lebih menular atau lebih berbahaya daripada Delta.
Dilansir dari First Post, diketahui ada juga dua mutasi lainnya dari Delta yaitu E484K dan Delta dengan E484Q.
Ini pertama kali diketahui pada Juli 2021 dan sejak itu cabang atau sublineage Delta ini perlahan-lahan meningkat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga belum mengklasifikasikan varian baru itu sebagai varian yang menjadi perhatian, atau varian yang sedang diselidiki.
Baca juga: Ingin Obat Covid-19 Molnupiravir Bisa Diproduksi di Indonesia, Luhut dan Menkes Agendakan ke AS
Di Inggris sendiri diketahui kasus ini telah ditemukan pada lebih dari enam persen dari semua kasus sejauh ini.
AY.4.2 belum diamati mendorong peningkatan baru-baru ini dalam jumlah kasus di Inggris.
"Karena AY.4.2 masih pada frekuensi yang cukup rendah, peningkatan 10 persen dalam penularannya hanya dapat menyebabkan sejumlah kecil kasus tambahan," katanya.
"Ini bukan situasi yang sebanding dengan kemunculan Alpha dan Delta yang jauh lebih menular (50 persen atau lebih) daripada strain apa pun yang beredar saat itu."
Newsweek melaporkan bahwa data dari database pelaporan virus GISAID dan dikumpulkan dan ditampilkan oleh Outbreak.