Virus Corona
Selain karena Komorbid, Kelompok Anak Ini Juga Berisiko Mengalami Sakit Parah akibat Covid-19
Anak-anak diketahui tidak masuk dalam kelompok berisiko tinggi mengalami sakit parah ketika terinfeksi Covid-19.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Anak-anak diketahui tidak masuk dalam kelompok berisiko tinggi mengalami sakit parah ketika terinfeksi Covid-19.
Namun, anak-anak memiliki tingkat yang sama dengan orang dewasa dalam risiko terpapar Covid-19, dan sebagian anak-anak masih bisa mengalami sakit parah.
Menurut data yang dicantumkan dalam situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), disebutkan bahwa 60 hingga 70 persen anak-anak yang terkena Covid-19 merupakan pasien tanpa gejala.
Baca juga: Pfizer akan Jadi Vaksin Covid-19 Pertama yang Digunakan Anak-anak Usia 5-11 Tahun, Ini Penjelasannya
Baca juga: Bukan Hanya Efek Vaksin Covid-19, Perubahan Siklus Menstruasi Juga Masuk Daftar Gejala Long Covid
Dari anak-anak yang memiliki gejala virus, ada sekitar 1-2% yang mengalami penyakit parah.
Beberapa anak yang menderita penyakit parah memerlukan perawatan di unit perawatan intensif dan beberapa anak telah meninggal.
Ini tampaknya relatif jarang jika dibandingkan dengan risiko sakit parah dan kematian dari orang yang lebih tua.
Tetapi itu memang terjadi dan kita tahu bahwa anak-anak dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya atau komorbid memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit parah akibat Covid-19.
Selain itu, ada laporan di seluruh Asia Selatan dan dunia tentang hubungan antara Covid-19 dan sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C).
MIS-C adalah kondisi langka di mana berbagai bagian tubuh dapat meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.
Hal ini dapat menyebabkan kegagalan multiorgan, syok dan dalam kasus yang sangat jarang, kematian.
Baca juga: Efektif untuk Pasien Isolasi Mandiri, Ini Kata Pakar soal Manfaat Molnupiravir untuk Covid-19 Parah
Yang mengkhawatirkan fenomena itu bahkan bisa terjadi pada pasien yang tidak memiliki gejala sama sekali.
Kami masih mempelajari tentang MIS-C, bagaimana pengaruhnya terhadap anak-anak dan hubungannya dengan Covid-19.
Banyak anak yang menderita MIS-C tidak menunjukkan gejala Covid-19, tetapi ketika mereka mengembangkan gejala MIS-C dan tes antigen Covid-19 dilakukan, mereka dinyatakan positif terkena virus.
Laporan MIS-C jarang terjadi dan sebagian besar anak yang didiagnosis dengan kondisi ini menjadi lebih baik dengan perawatan medis.
Selain itu, dilansir Jhons Hopkins Medicine, ada sejumlah kelompok anak-anak yang berisiko mengalami sakit parah ketika terinfeksi Covid-19, yaitu:
1. Mereka yang berusia di bawah 2 tahun
2. Anak-anak kulit hitam dan Latin, yang dapat terpengaruh oleh kesenjangan kesehatan, membuat mereka sangat rentan terhadap komplikasi Covid-19 yang parah
3. Anak yang lahir prematur
4. Mereka yang hidup dengan obesitas atau penyakit paru-paru kronis
5. Anak yang memiliki Asma dan Diabetes yang tidak terkontrol.
Kabar baiknya, pasien Covid-19 bayi jarang terjadi, bahkan ketika sang ibu memiliki infeksi Covid-19 ketika melahirkan.
Diketahui bahwa, air ketuban dan ASI ibu tidak menularkan Covid-19 kepada bayinya.
Bahkan, ASI penyintas Covid-19 bisa membawa kekebalan terhadap anaknya.
Karena itu meski sang ibu sedang terinfeksi Covid-19, mereka tetap dianjurkan untuk memberikan ASI kepada anaknya.
Selain itu laporan CDC terbaru menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang lebih tua lebih berisiko mengalami komplikasi mematikan, termasuk sindrom inflamasi multisistem dan kegagalan pernapasan.
Laporan tersebut menganalisis data tentang 121 anak yang meninggal karena penyakit terkait Covid-19 antara Februari dan Juli.
Dari data tersebut, 70 persen merupakan anak berusia antara 10 dan 20 tahun.
Selama beberapa bulan ke depan, Camille Sabella, MD, Direktur Pusat Penyakit Menular Anak memperkirakan akan ada lebih banyak kasus Covid-19 pada anak-anak dan remaja.
“Di awal pandemi, kami tidak menguji banyak anak, tetapi sekarang dengan sekolah, perguruan tinggi, dan tempat penitipan anak kembali berjalan, kami mulai menguji lebih banyak anak daripada sebelumnya,” katanya.
“Saya berharap, dengan rencana mitigasi yang ada di sekolah, mortalitas dan morbiditas di antara kelompok-kelompok ini akan terus rendah.”
“Saya juga ingin menekankan bahwa musim flu akan segera menimpa kita,” tambah Dr. Sabella.
“Kami memiliki vaksin flu, dan saya benar-benar akan mendorong semua anak berusia 6 bulan ke atas untuk mendapatkan vaksin flu. Semakin banyak yang bisa kita lakukan untuk mengurangi flu musim ini, semakin baik untuk semua orang.” (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya