Virus Corona
Anak Juga Rentan Jenuh, Coba 8 Hal Ini agar Si Kecil Tidak Stres saat Isolasi Mandiri Covid-19
Kebanyakan anak-anak hanya akan mengalami gejala ringan saat terinfeksi Covid-19, dan bisa menjalani isolasi mandiri di rumah.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Kebanyakan anak-anak hanya akan mengalami gejala ringan saat terinfeksi Covid-19, dan bisa menjalani isolasi mandiri di rumah.
Tetapi masalah lain yang bisa muncul saat anak menjalani isolasi mandiri adalah kejenuhan yang akan mengakibatkan stres.
Terlebih jika anak-anak yang sedang mulai ingin bergaul dan memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan teman sebaya dalam tugas perkebangannya.
Selain itu, dilansir dari Child Trends, menurut laporan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, disebut jika anak-anak lebih rentan terhadap dampak emosional dari peristiwa traumatis yang mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.
Seperti pindah rumah, kehilangan anggota keluarga, dan mendadak harus menjalani isolasi mandiri meski hanya sementara.
Bahkan di masa pandemi Covid-19 sudah banyak perubahan yang terjadi dalam perilaku sehari-hari anak yang diakibatkan pembatasan kegiatan, penutupan sekolah, dan penutupan tempat pariwisata atau keramaian.
Baca juga: Waspada Perburukan Gejala Covid-19 pada Anak saat Isoman, Ini Tanda Harus Dibawa ke Rumah Sakit
Mereka mungkin mengajukan pertanyaan langsung tentang apa yang terjadi sekarang atau apa yang akan terjadi di masa depan.
Mungkin juga anak akan memunculkan perilaku berbeda sebagai reaksi terhadap perasaan yang kuat misalnya, takut, khawatir, sedih, dan marah.
Untuk itu penting dalam menjaga kesehatan mental anak selain menjaga mereka dari paparan Covid-19.
Bagi yang sedang menjalani isolasi mandiri ada beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan, seperti:
1. Pahami reaksi anak
Tanggapan anak-anak terhadap peristiwa yang membuat stres itu unik dan beragam.
Baca juga: Madu Bisa Percepat Pemulihan saat Isoman Covid-19, Ini Fakta Kandungan dan Manfaatnya bagi Kesehatan
Baca juga: Hasil Uji Klinis Sebut Plasma Konvalesen Tidak Efektif Cegah Keparahan Pasien Covid-19
Beberapa anak mungkin mudah tersinggung atau lengket, dan beberapa mungkin mengalami kemunduran, menuntut perhatian ekstra, atau mengalami kesulitan dengan perawatan diri, tidur, dan makan.
Perilaku baru dan menantang adalah respons alami, dan orang dewasa dapat membantu dengan menunjukkan empati dan kesabaran dan dengan tenang menetapkan batasan saat dibutuhkan.
2. Beri perhatian lebih
Faktor utama dalam pemulihan dari peristiwa traumatis adalah kehadiran orang dewasa yang suportif dan peduli dalam kehidupan anak.
3. Hubungi temannya atau saudara jauh agar anak bisa berinteraksi
Anak-anak, terutama anak kecil tetap membutuhkan interaksi dengan temannya atau orang yang disenanginya.
Keterhubungan sosial meningkatkan peluang anak-anak untuk menunjukkan sikap bahwa mereka bisa bertahan dengan baik.
Cara agar tetap terhubung bisa dengan melakukan panggilan video terhadap orang yang kira-kira disenangi anak tersebut.
4. Berikan informasi yang sesuai dengan usia
Mungkin orang tua akan direpotkan dengan banyak pertanyaan dari anak mengenai kondisinya yang tidak bisa seperti anak lainnya.
Pahami jika anak-anak cenderung mengandalkan imajinasi mereka ketika mereka kekurangan informasi yang memadai.
Keputusan orang dewasa untuk menahan informasi biasanya lebih membuat stres bagi anak-anak daripada mengatakan yang sebenarnya dengan cara yang sesuai dengan usianya.
Sebaliknya, orang dewasa harus menyediakan diri bagi anak-anak untuk mengajukan pertanyaan dan berbicara tentang kekhawatiran mereka.
Jika anak-anak sudah bisa mengakses informasi sendiri mengenai Covid-19, perhatikan hal tersebut dan ajak bicara anak untuk memberi pemahaman.
5. Berikan rasa kepastian dan rutinitas selama isolasi
Orang tua perlu meyakinkan anak-anak bahwa kondisinya baik-baik saja dan memberi tahu mereka bahwa adalah tugas orang dewasa untuk memastikan keselamatan mereka.
Cobalah buat rutinitas untuk memberi anak-anak rasa aman misalnya, waktu tidur dan makan yang teratur, jadwal harian untuk belajar dan bermain.
6. Bantu anak mengatasi masalahnya sendiri
Orang tua juga dianjurkan untuk perkembangan regulasi anak.
Ketika anak-anak stres, tubuh mereka merespons dengan mengaktifkan sistem respons stres mereka.
Untuk membantu mereka mengelola reaksi ini, penting untuk memberi penguatan perasaan mereka.
Misalnya dengan mengatakan, "Saya tahu bahwa ini mungkin terasa menakutkan atau berlebihan."
Dan dukung mereka untuk terlibat dalam kegiatan yang membantu mereka mengatur diri sendiri.
Misalnya, olahraga, pernapasan dalam , perhatian atau aktivitas meditasi, rutinitas tidur dan makan yang teratur.
7. Buat anak-anak sibuk
Ketika anak-anak bosan, tingkat kekhawatiran dan perilaku mengganggu mereka dapat meningkat.
Orang dewasa dapat memberikan pilihan untuk kegiatan yang aman, misalnya, bermain di luar, balok, membuat model tanah liat, seni, musik, permainan.
Pertimbangkan untuk melibatkan anak-anak dalam menentukan kesibukan dengan ide-ide kreatif lainnya.
Anak-anak membutuhkan waktu yang cukup untuk terlibat dalam permainan dan pengalaman menyenangkan atau belajar lainnya tanpa khawatir atau berbicara tentang kondisinya.
8. Perhatikan juga mental pengasuh atau orang tua
Kesejahteraan anak tergantung pada kesejahteraan orang tua atau pengasuh lainnya.
Pengasuh harus menjaga diri mereka sendiri sehingga mereka memiliki sumber daya internal untuk merawat orang lain.
Untuk tujuan ini, pengasuh dewasa dapat terlibat dalam perawatan diri dengan tetap terhubung dengan dukungan sosial, cukup istirahat, dan meluangkan waktu untuk kegiatan yang menyenangkan atau membantu membuat rileks.
Mencari bantuan dari penyedia kesehatan mental juga penting ketika orang dewasa berjuang dengan tingkat stres yang sangat tinggi dan tantangan kesehatan mental lainnya. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)