Virus Corona
Benarkah Badai Sitokin karena Covid-19 Bisa Terjadi setelah Lama Selesai Isoman? Simak Penjelasannya
Rata-rata pasien Covid-19 mengalami badai sitokin setelah selesai menjalani isolasi mandiri atau dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
"Misalkan seseorang secara klinis dia sudah menunjukkan perbaikan, seharusnya sih tidak terjadi badai sitokin," jelasnya.
Bagi mereka yang mengalami perawatan di rumah sakit dan rentan mengalami badai sitokin, disebutkan jika akan ada pemeriksaan menyeluruh yang berkaitan dengan penurunan sitokin.
"Kalau cenderung menurun, apalagi jika diperiksa serial ya satu dua kali diperiksa cenderung menurun, maka kita bisa lihat bahwa umumnya tidak terjadi bergelombang," ujarnya.
Dia menegaskan bahwa pernyataan yang mengatakan badai sitokin bisa datang jika sembuhnya sudah cukup lama adalah salah.
Terlebih jika sudah lebih dari satu bulan dan kondisinya baik-baik saja tiba-tiba mengalami badai sitokin.
Untuk diketahui, badai sitokin adalah kondisi di mana respon imun berlebihan yang menyebabkan menyerang balik sel atau organ yang sehat.
"Beberapa sitokin itu dilepaskan sel kekebalan tadi untuk menyebabkan peradangan," ujarnya.
Kondisi ini bisa menyebabkan masalah serius bagi pasien Covid-19.
Disebutkan juga jika 95 persen pasien yang mengalami Covid-19 yang parah mengalami kondisi badai sitokin.
Badai sitokin sebenarnya bukan kondisi yang khas terhadap Covid-19 tetapi pada Covid-19 badai sitokin bisa menjadi lebih tinggi dibanding penyakit lain.
Pada sisi lain infeksi Covid-19 juga bisa menurunkan sitokin yang bersifat antiinflamsi atau bersifat melawan peradangan.
Badai sitokin ini bisa menyerang seluruh organ bukan hanya paru-paru.
"Ke tempat yang lain juga bisa, ke ginjal, ke jantung, ke liver, itu semua bisa terjadi," kata dr. Ceva.
Tetapi karena virus kebanyakan berada di paru-paru yang cenderung mengalami badai sitokin juga adalah paru-paru.
Selain menyerang, sitokin juga ada yang memiliki sifat meredam peradangan.
"Kenapa disebut badai, karena ada yang meningkat tinggi, ibarat perang bomnya terlalu banyak, tapi salah juga terlalu rendah, jadi keadaan pasien juga jadi buruk" ujarnya. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya