Breaking News:

Virus Corona

Bisa Bikin Mudah Lupa dan Sulit Fokus saat Isoman, Ini 6 Penyebab Kabut Otak Selain Infeksi Covid-19

Covid-19 telah diketahui bisa menyebabkan gejala neurologis atau yang berkaitan dengan otak dan saraf. 

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
Youtube Nikon Instrumen
Capture video rekaman mikroskopis virus Covid-19 menyerang sel otak yang diunggah di Youtube Nikon Instrumen, Senin (16/8/2021). 

TRIBUNWOW.COM - Covid-19 telah diketahui bisa menyebabkan gejala neurologis atau yang berkaitan dengan otak dan saraf. 

Satu di antara gejala paling sering dirasakan adalah kelihangan indera penciuman dan perasa. 

Dilansir dari Healthline, bahkan gejala tersebut dilaporkan terdapat pada 25 persen pasien yang memiliki gejala Covid-19. 

Baca juga: Ifin Beri Makanan untuk Pasien Covid-19 yang Isoman? Kenali Warna Sayuran dan Artinya bagi Kesehatan

Baca juga: WHO Sampaikan Poin Penting dalam Merawat Keluarga dengan Covid-19 yang Isolasi Mandiri di Rumah

Dalam beberapa kasus kabut otak akan bertahan lama meski pasien Covid-19 telah dinyatakan sembuh. 

Kabut otak bukanlah diagnosis medis atau sebuah nama penyakit.

Ini adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan perasaan menjadi lambat secara mental, kabur, atau kosong.

Beberapa keluhan yang dikaitkan dengan kabut otak misalnya masalah memori atau mudah lupa, kurangnya kejernihan mental, konsentrasi buruk, sakit kepala, dan sering kebingungan.

Tetapi beberapa orang yang menderita Covid-19 melaporkan kabut otak yang berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan setelah gejala lain telah hilang.

Para peneliti masih menyelidiki potensi penyebab kabut otak pada orang yang pernah menderita Covid-19.

Diperkirakan bahwa faktor fisiologis dan psikologis mungkin berperan.

Baca juga: Viral Video Rekaman Mikroskopis saat Virus Covid-19 Menyerang Sel Otak, Ini Faktanya

Selain itu, ada beberapa penyebab lain yang bisa mengakibatkan pasien Covid-19 mengalami kabut otak. 

1. Stres

Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan memicu depresi.

Ini juga dapat menyebabkan kelelahan mental.

Ketika otak lelah, menjadi lebih sulit untuk berpikir, bernalar, dan fokus.

2. Kurang tidur

Kualitas tidur yang buruk juga dapat mengganggu seberapa baik fungsi otak.

Usahakan untuk tidur 8 hingga 9 jam di malam hari.

Tidur terlalu sedikit dapat menyebabkan konsentrasi yang buruk dan pikiran keruh.

3. Perubahan hormon

Perubahan hormon juga disebutkan sebagai salam satu pemicu kabut otak.

Misalnya ketik hamil dan tingkat hormon progesteron dan estrogen akan meningkat.

Perubahan ini dapat mempengaruhi memori dan menyebabkan gangguan kognitif jangka pendek.

Demikian pula, penurunan kadar estrogen selama menopause dapat menyebabkan pelupa, konsentrasi yang buruk, dan pemikiran yang kabur.

4. Pola makan

Pola makan juga dapat berperan dalam kabut otak.

Vitamin B-12 mendukung fungsi otak yang sehat, dan kekurangan vitamin B-12 dapat menyebabkan kabut otak.

5. Obat-obatan

Jika mengalami kabut otak saat minum obat, coba bicarakan dengan dokter.

Kabut otak mungkin merupakan efek samping obat.

Tetapi biasanya ini tidak akan berlangsung lama, menurunkan dosis atau beralih ke obat lain dapat memperbaiki gejala.

Kabut otak juga dapat terjadi setelah perawatan kanker, ini juga dikenal sebagai otak kemo.

6. Kondisi medis

Kondisi medis yang terkait dengan peradangan, kelelahan, atau perubahan kadar glukosa darah juga dapat menyebabkan kelelahan mental.

Misalnya, kabut otak adalah gejala sindrom kelelahan kronis, yang melibatkan kelelahan terus-menerus selama lebih dari enam bulan.

Kondisi lain yang dapat menyebabkan kabut otak yaitu:

Anemia, depresi, diabetes, migrain, penyakit alzheimer, hipotiroidisme, penyakit autoimun seperti lupus, arthritis, dan multiple sclerosis, dan dehidrasi.

Cara Diagnosis

Coba konsultasikan kepada dokter jika gejala kabut otak berlangsung secara terus-menerus yang memburuk atau tidak membaik.

Satu tes tidak dapat mendiagnosis kabut otak.

Kabut otak mungkin menandakan masalah mendasar, jadi dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan observasi.

Jangan lupa untuk memberi tahu dokter tentang gejala lain yang mungkin dimiliki.

Percayakan kepada dokter untuk menentukan apakah akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan terapi yang akan dilakukan. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Isolasi Mandiri Lainnya

Tags:
Virus CoronaCovid-19isolasi mandiriIsoman
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved