Virus Corona
Simak Penjelasan soal Badai Sitokin, Bisa Kritis seusai Isoman Covid-19 meski Pasien Tanpa Gejala
Salah satu aspek paling mengkhawatirkan dari infeksi Covid-19 adalah badai sitokin.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Satu di antara aspek paling mengkhawatirkan dari infeksi Covid-19 adalah badai sitokin.
Badai sitokin bisa muncul pada pasien Covid-19 meski mereka tanpa gejala dan sudah selesai menjalani isolasi mandiri atau sembuh dari Covid-19.
Melansir Health, ketika terinfeksi Covid-19, akan ada banyak cara untuk menjadikan tubuh pasien menjadi kritis.
Baca juga: Keseringan Main Gadget saat Isoman Covid-19? Coba Konsumsi 6 Makanan Ini untuk Jaga Kesehatan Mata
Baca juga: Ini Alasan Pasien Covid-19 yang Isolasi Mandiri Harus Cukup Minum Air Putih
Tetapi banyak ahli menduga sistem kekebalan tubuh juga bisa menjadi penyebab atas penyakit parah yang dialami beberapa orang.
Sistem kekebalan ada untuk membantu kita melawan infeksi tetapi terkadang ia menjadi jahat, bisa membuat kondisi pasien kritis dibanding penyakit itu sendiri.
Ini disebut sindrom badai sitokin, hingga kini tidak ada pencatatam pasti berapa banyak pasien Covid-19 yang menjadi kritis sebagai akibat dari peningkatan respons kekebalan ini.
Banyak yang mengasumsikan bahwa kondisi tersebut bertanggung jawab atas setidaknya beberapa kematian terkait Covid-19 yang telah terjadi.
Carl Fichtenbaum, MD, profesor di divisi penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Cincinnati berusaha mejelaskan badai sitokin agar mudah dimengerti.
"Setiap kali tubuh yang sehat melawan infeksi, ada respons sistem kekebalan alami yang terjadi," ujarnya.
"Bagian dari respons ini melibatkan pelepasan sitokin, bahan kimia biologis yang merangsang jalur sel dan memungkinkan komunikasi antar sel."
Sitokin ini, menurut American Cancer Society, pada dasarnya memberi sinyal pada sistem kekebalan untuk mulai melakukan tugasnya.
Itu merupakan hal yang normal kecuali pengeluaran sitokin ini tiba-tiba menjadi lebih cepat.
Baca juga: Bisa Dikonsumsi setiap Hari saat Isoman Covid-19 Asal Jangan Berlebih, Ini Efek Samping Herbal Jahe
"Biasanya, sitokin dimaksudkan untuk membantu kita dalam jumlah sedang," jelas Dr. Fichtenbaum,
"Tetapi ketika jalur tertentu terlibat (terlalu banyak) sistem kekebalan mulai menyebabkan kerusakan pada pasien."
Dr Fichtenbaum mengatakan secara klinis, badai sitokin berarti jalur sel telah diaktifkan, yang mengarah pada produksi sejumlah mediator biologis (yang semacam pemancar sinyal) yang menyebabkan perubahan pada tubuh dan mengganggu fungsi sel normal.
Umumnya, ini berarti sejumlah besar sitokin dilepaskan, yang menciptakan peradangan tingkat tinggi di area tubuh yang dibanjiri begitu banyak peradangan, bahkan bisa berakibat fatal.
"Bayangkan Anda meletakkan kaki Anda di pedal gas dan itu menempel padanya," kata Dr. Fichtenbaum.
"Anda tidak bisa melepaskan kaki Anda dari gas untuk memperlambat mobil Anda. Pada dasarnya, badai ini bisa lebih mematikan daripada virus asli yang dilawan tubuh."
Badai Sitokin dan Covid-19
Badai sitokin dapat dipicu oleh sejumlah infeksi, termasuk influenza, pneumonia, dan sepsis.
Respons imun yang meningkat ini tidak terjadi pada semua pasien dengan infeksi parah, tetapi hingga kini tidak diketahui mengapa satu orang akan lebih rentan dan tidak terjadi pada orang lain.
Itu juga berlaku untuk pasien Covid-19, karena kita hanya tahu sedikit tentang cara kerjanya.
Bahkan pasien Covid-19 yang awalnya sehat bisa mengalami badai sitokin ini.
Apa yang dokter ketahui, pada titik ini, adalah bahwa beberapa pasien menjadi sangat sakit, sangat cepat.
"Kami melihat orang-orang di seluruh perjalanan penyakit ini merespons dengan cara yang hiper-inflamasi," kata Deepa Gotur, MD, seorang dokter perawatan kritis di Houston Methodist Hospital.
"Ini adalah rangkaian sitokin yang mempengaruhi paru-paru, jantung, ginjal pasien. Sejauh mana [tubuh mereka bereaksi berlebihan] mirip dengan cara pasien kanker merespons infeksi."
Sebagian besar pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin mengalami demam dan sesak napas, kemudian mengalami begitu banyak kesulitan bernapas sehingga akhirnya memerlukan ventilasi, kata Dr. Gotur.
Ini biasanya terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah timbulnya penyakit.
Tidak ada cara untuk menguji secara langsung apakah seseorang mengalami badai sitokin atau tidak.
Tetapi pemeriksaan darah dapat memberikan petunjuk kepada dokter bahwa respons hiper-inflamasi sedang terjadi.
"Beberapa dokter dan penyelidik telah menyarankan agar kami melakukan tes darah tertentu saat masuk rumah sakit untuk tanda-tanda peringatan bahwa ini mungkin masalah yang akan datang, tetapi itu adalah ide teoretis yang belum terbukti saat ini," jelas Dr. Fichtenbaum.
Beberapa pasien Covid-19 juga mengalami, seperti jika mereka terus mengalami kesulitan bernapas meskipun menerima oksigen. Itu mungkin berarti tubuh mereka dibanjiri sitokin.
Dia menyebut bahwa tidak banyak data yang tersedia tentang berapa banyak pasien Covid-19 yang pulih dari badai sitokin jika mengalaminya.
Tetapi Dr. Fichtenbaum mengatakan tingkat kematian lebih tinggi untuk pasien yang mengalami respons inflamasi yang meningkat ini.
Terlebih lagi menurut pengalamannya, orang dengan badai sitokin biasanya terlambat datang ke rumah sakit atau terlambat terdeteksi. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya