Breaking News:

Terkini Daerah

Fakta 4 Ibu-ibu Dilaporkan karena Lempari Pabrik Tembakau di Lombok, Polisi Tidak Lakukan Penahanan

Kasus penahanan empat ibu rumah tangga yang melempar pabrik tembakau di Lombok Tengah viral. Ini fakta selengkapnya.

Editor: Mohamad Yoenus
KOMPAS.com/FITRI R
empat perempuan asal Desa Wajageseng, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, harus mendekam di Rumah Tahanan (Rutan) Praya sejak Rabu (17/2/2021). Dua di antaranya membawa balita ke Rutan Praya karena masih menyusui. 

Mediasi di DPRD Lombok Tengah pun pernah dilakukan, dia akan sangat senang karena bisa menyelesaikan persoalan itu dengan baik.

Kemudian di kantor Polsek Praya Tengah, saat mediasi, warga hanya meminta perusahaan ditutup.

Tapi permintaan itu terlalu berat bagi dirinya. Karena hanya akan merugikan usahanya.

Padahal yang bekerja di pabrik itu juga sebagian besar merupakan penduduk setempat.

Pabrik Sudah Berizin

Terkait lokasi pabrik yang berdekatan dengan permukiman warga, Suardi menjelaskan, semua izin usaha sudah diurusnya.

Kalau tanpa izin, tidak mungkin dia berani beroperasi,

Pemerintah sudah turun mengecek dan dianggap tidak masalah.

Tembakau yang diproduksi pun sudah punya cukai resmi. ehingga usahanya benar-benar legal dari hulu ke hilir.

”Ini hanya usaha pengolahan tembakau, tidak ada limbahnya, cuma tembakau kering biasa saja yang dibungkus,” katanya.

Karena itu, Suardi sendiri merasa heran kenapa warga akhir-akhir ini memprotes usahanya.

Sejak berdiri tahun 2013, pabriknya tidak pernah mendapat penolakan warga.

”Kok baru sekarang ada komplain tahun 2020,” katanya.

Dia merasa usahanya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau limbah.

Meski demikian, dia tidak mau membeberkan proses produksi tembaku iris atau rokoknya kepada wartawan.

Menurutnya, hal itu merupakan rahasia dapur perusahaan.

Tembakau-tembakau rajangan kering yang dibeli dari petani diolah dalam bentuk kemasan kecil.

Produk itu kemudian dia kirim ke beberapa daerah seperti Surabaya.

Di luar daerah, tembakau ini dikenal dengan nama tembakau kiss Lombok.

Usahanya cukup lancar karena tembakau kiss Lombok sangat diminati di pasaran.

4. Penyebab Warga Lakukan Pelemparan

Pelemparan dipicu kekesalan mereka atas aktivitas pabrik yang dianggap mengganggu kesehatan warga.

Sejumlah warga yang ditemui TribunLombok.com, di dusun tersebut mengeluhkan hal sama.

Mereka sudah tidak tahan karena setiap hari harus menghirup bau menyengat dari pabrik tembakau UD Mawar, di perkampungan mereka.

"Saya batuk dan sesak pak gara-gara tembakau ini," kata Jumenah (50), warga Dusun Eat Nyiur, Desa Wajageseng yang tinggal di sekitar lokasi pabrik, Sabtu (20/2/2021).

Saat subuh, warga mulai mencium bau menyengat dari aktivitas pabrik yang menyatu dengan permukiman warga itu.

"Tenggorokan terasa kering, batuk dan dada saya sakit," keluhnya, sembari menggendong cucunya.

Cucunya Maulida Nurbaiti (8), juga mengalami sakit sesak napas, tenggorokan kering, disertai sakit dada.

"Kalau dimasukkan air minum atau nasi, dadanya terasa sakit. Batuk dan sakit di tenggorokan," katanya.

Sudah hampir dua bulan dia mengalami sakit seperti itu, tapi tidak kunjung selesai.

Kondisinya kini semakin parah, bahkan tubuh sang bocah semakin lemas tidak berdaya.

Dua kakinya tampak layu dan terlihat sangat kurus.

Maulida Nurbaiti seperti nyaris lumpuh.

Dia tidak bisa berjalan atau bermain seperti temannya.

Kondisinya saat ini jauh berbeda dengan sebelumnya.

Dulu dia gemuk dan ceria seperti anak lainnya.

Meski belum bisa dipastikan secara medis sesak dan nyaris lumpuh karena aktivitas pabrik, sang nenek yakin cucunya menjadi seperti itu karena setiap hari menghirup bau tembakau.

"Gara-gara tembakau ini," kata Jumenah, sembari menunjukkan pabrik di samping rumah cucunya.

Bau menyengat tembakau masuk sampai ke dalam kamar karena rumah Maulida tepat di samping pabrik.

Kondisi itulah yang membuat Fatimah (40), ibu dari Maulida kesal dan melempar pabrik tersebut bersama ibu-ibu lainnya.

Tapi kini justru sang ibu yang dipenjara.

Menurutnya, warga yang mengalami sesak di kampung itu tidak hanya Maulida dan dirinya.

Tapi juga banyak anak-anak lain, rata-rata mengalami sesak napas.

Bahkan salah satu saudara Maulida mengalami muntah darah.

"Banyak, anak-anak itu sesak napas semua," katanya, sembari menunjuk ke arah anak-anak yang sedang bermain.

Asmayadi, bapak dari Maulida Nurbaiti mengatakan, tidak hanya Maulida, anaknya yang lain juga kerap muntah darah karena sesak.

Ia pernah membawa anaknya ke dokter, gejalanya memang sesak dan diminta menjauhkan anak dari rokok.

"Katanya (dokter) jauhkan dari orang yang merokok," katanya.

Tapi dia tidak menjelaskan ke dokter bahwa di rumah ada pabrik tembakau.

Karena khawatir dengan kesehatan putrinya, Asmayadi pun menitipkan ke rumah nenek agar tidak terus menerus hirup bau tembakau.

"Karena bau tembakau di sini agak kuat makanya kita pindahkan," jelasnya.

Asmayadi tidak berani memastikan anaknya sakit karena tembakau.

Tetapi dari ciri-cirinya anak tersebut sudah tidak tahan dengan bau tembakau.

"Makanya saya tidak berani anak main di sini karena keras baunya," katanya.

Kondisi Maulida mulai parah sebulan belakangan, sakitnya semakin parah dan nyaris lumpuh.

Kini, selain memikirkan sang istri yang ditahan, Asmayadi juga harus menjaga anak yang sakit. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunlombok.com dengan judul VIRAL 4 Ibu-ibu Dipenjara karena Lempar Pabrik, Polda NTB: Polisi Tidak Lakukan Penahanan; Pabrik Tidak Rusak Parah, Ini Alasan Pemilik UD Mawar Penjarakan 4 Ibu-ibu di Lombok Tengah; dan Penyebab Ibu-ibu di Lombok Lempar Pabrik Tembakau: Kesal Anak Sesak Napas, Satu Bocah Nyaris Lumpuh

Sumber: Tribun Lombok
Tags:
Lombok TengahNusa Tenggara Barat (NTB)IbuBalitaPenjara
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved