Terkini Nasional
Tak Ingin Golkar Berkhianat soal RUU HIP, Ketua PA 212 Slamet Maarif Singgung Azis Syamsuddin
Ketua Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif meminta supaya Partai Golkar tidak berkhianat soal RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP).
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Ketua Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif meminta supaya Partai Golkar tidak berkhianat soal RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP).
Dilansir TribunWow.com, Slamet Maarif menyinggung Wakil DPR dari Partai Golkar, Azis Syamsuddin yang menyatakan akan mencabut RUU HIP.
Dirinya tidak ingin jika Aziz Syamsuddin dan Partai Golkar malah menyetujui adanya rencana untuk mengganti nama dari RUU HIP menjadi RUU Badan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Hal ini disampaikan dalam acara Kabar Petang 'tvOne', Minggu (5/7/2020).

• Minta RUU HIP Dicabut, Wasekjen MUI Yakini Paham Komunis Masih Ada: Yang Mati Itu Partainya
Seperti yang diketahui, RUU HIP mendapatkan banyak penolakan dari banyak pihak lantaran isinya yang dianggap bermasalah dan sangat kontroversi.
Maka dari itu, Slamet Maarif meminta supaya RUU HIP bisa dicabut.
"Yang penting RUU HIP ini bermasalah, isinya sangat bermasalah membahayakan negara, cabut," ujar Slamet Maarif.
"Dan Golkar jangan berkhianat, jangan ingkar janji," katanya.
Slamet Maarif mengaku sudah bertemu dengan perwakilan dari DPR, termasuk Wakil Ketua, Azis Syamsuddin yang intinya setuju untuk mencabut.
Tetapi jika justru akan mengubah nama tentu tetap tidak bisa diterima.
Apalagi jika isinya masih sama dengan RUU HIP dan hanya namanya saja yang diganti.
"Ketika kemarin kami bertemu dengan Wakil DPP dari Golkar, Pak Azis Syamsuddin," ungkap Slamet Maarif.
"Dia sudah berjanji di depan kami, dia mengatakan mencabut," tegasnya.
"Jadi kalau kemudian akan mengubah nama, ya jangan berkhianat, enggak boleh."
• Sederet Alasan DPR Usul Tunda Bahas RUU PKS, dari Sulit Dibahas hingga Membebani DPR
Selain itu, Slamet Maarif meminta supaya inisiator dari RUU HIP ini harus diusut lantaran sudah membuat kegaduhan masyarakat dengan mengusik Pancasila.
"Ini persoalannya ada indikasi makar ingin mengganti pancasila, oleh karenanya inisiatornya harus diusut," pungkasnya.
Sejalan dengan Slamet Maarif, Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain menyakini bahwa Golkar tidak akan berkhinat terkait RUU HIP ini.
Dirinya yakin Golkar akan tetap menempati janjinya dengan mencabut RUU HIP.
"Sejarah tercatat Golkar itu pejuang, maka saya pikir Golkar tidak akan berkhianat saya yakin," ujar Tengku Zulkarnain.
Sementara itu terkait rencana untuk merubah menjadi RUU BPIP maka harus melalui proses yang benar dari awal.
Untuk itu harus lebih dulu mencabut RUU HIP yang saat ini menjadi kontroversi di tengah masyarakat.
"Tapi memang prosedurnya cabur dulu RUU HIP, kalau nanti mau dibuat lagi RUU baru ajukan baru, baru kita akan baca, dan rakyat akan melihat ini pantas atau tidak," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 7.44
Wasekjen MUI Yakini Paham Komunis Masih Ada: Yang Mati Itu Partainya
Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain menegaskan bahwa paham ideologi komunis itu masih ada dan belum mati di Indonesia.
Dilansir TribunWow.com, Tengku Zulkarnain menilai yang mati dari komunis hanyalah partainya saja.
Hal ini disampaikan dalam acara Kabar Petang 'tvOne' Minggu (5/7/2020).
Atas dasar itu, Tengku Zulkarnain menilai munculnya RUU HIP (Haluan Ideologi Pancasila) tidak terlepas dari adanya para komunis tersebut.
Oleh karenanya, ia tidak setuju dengan RUU HIP dan meminta supaya dicabut.
Termasuk dengan RUU BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) yang dinilai hanya berbeda nama dengan RUU HIP.
"Saya ingin beritahu bahwa katanya PKI itu atau komunis itu sudah mati," ujar Tengku Zulkarnain.
"Yang mati itu partainya, partai komunis, sedangkan paham ideologi komunis itu tidak mati, masih tetap hidup," tegasnya.
• Disebut Berpeluang sebagai Calon Menteri Baru Jokowi, Sandiaga Uno: Hak Prerogatif Presiden
Dirinya juga membuktikan bahwa para komunis masih ada di Tanah Air.
Dikatakannya bahwa banyak kader dari partai politik yang dikirimkan ke China untuk mempelajari tentang paham tersebut bersama Partai Komunis China.
"Buktinya kader-kader partai tertentu yang dikirim ke China, belajar dengan Partai Komunis China," ungkapnya.
"Ngapain kalau dia enggak senang PKI, belajar sama PKI China, Partai Komunis China dijadikan guru," imbuhnya.
Lebih lanjut Tengku Zulkarnain menyinggung soal Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Tengku Zulkarnain mengaku akan terus mengingat apa yang telah disampaikan oleh Kepala BPIP, yakni mengatakan bahwa musuh besar pancasila adalah agama.
Dengan begitu, maka dapat disimpulkan tidak akan beres di dalam pengelolaannya.
"Yang kedua, itu kepala BPIP pernah mengatakan bahwa musuh terbesar dari pancasila adalah agama, agama islam," terangnya.
"Jadi kalau ini mau dibuat jadi Undang-Undang BPIP, sedangkan ketuanya saja menganggap agama Islam musuh pancasila," jelasnya.
"Ini berbahaya diberikan senjata, ibarat bandit diberi pistol."
• Berkedip dan Bersiul pada Lawan Jenis Bisa Kena Pidana dalam RUU PKS? Begini Penjelasan DPR
Maka dari itu, Tengku Zulkarnain menolak tegas jika pembahasan RUU HIP dilanjutkan untuk menjadi Undang-Undang.
Menurutnya biarkan saja BPIP tetap diatur di dalam Keputusan Presiden.
Dengan begitu kontrolnya lebih mudah, dan ketika perlu dibubarkan juga bisa dengan mudah.
"Saya enggak setuju, biarain saja Keppres, sehingga kalau terjadi penyelewengan atas BPIP mudah memberangusnya, mudah membubarkannya," kata Tengku Zulkarnain.
"Kalau memang BPIP mau diperkuat, perkuat dengan Keppres cukup," sambungnya.
"Seperti BP7 dulu dengan Keppres, ketika dirasa tidak perlu bubarkan lagi dengan Keppres," pungkasnya.
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)