Breaking News:

Virus Corona

Curhat Guru Honorer dan Orangtua Siswa saat Pandemi Corona, Nekat Jual Barang-barang di Rumah

Sebelum pandemi corona, kehidupan ekonomi Andi Priyanto lumayan berkecukupan.

Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Muh Abdiwan/Tribun Timur
Ilustrasi Guru Honorer 

Hal itu dilakukan Ranti, ibu dua anak yang menjadi pesuruh di sebuah rumah indekos dengan gaji Rp750 ribu per bulan.

Dia menunggak iuran sekolah anaknya setelah selama dua bulan warung angkringannya tutup karena pembatasan sosial. Suaminya yang merupakan kuli bangunan menganggur karena sepi permintaan renovasi rumah.

Puluhan Karyawan Terjangkit Virus Corona, Amankah Produk Rokok Sampoerna? Khofifah Beri Penjelasan

"Waktu kita jualan, ada tambahan pemasukan. Kalau sekarang cuma mengandalkan gaji nggak seberapa, sebagai tukang bersih-bersih. Anak saya sekolah di SMA swasta. Hari gini daripada buat bayar SPP, mending buat makan dulu," ujar perempuan berusia 43 tahun itu kepada kepada wartawan di Semarang, Nonie Arnee.

Menurutnya, dia bukan satu-satunya orang tua siswa yang telat membayar iuran sekolah sebesar Rp353 ribu per bulan.

"Satu kelas ada 36 anak. Yang bayar baru 17 anak. Setiap hari wali kelas selalu minta tolong SPP segera dibayarkan. Kondisi kayak gini. Ada atau nggakada harus diada-adain. Sebetulnya agak pusing juga," katanya.

Keberadaan murid-murid yang orang tuanya belum membayar iuran sekolah diamini Nur Aziz, Kepala Sekolah SMP Tri Mulya, Semarang.

Dia mengatakan, banyak orang tua siswa tidak sanggup membayar iuran sekolah sebesar Rp150 ribu per bulan.

"Virus corona ini jelas sekali berdampak pada sekolah kecil. Yang di kami itu siswanya itu terus terang kondisi sosial ekonominya itu menengah ke bawah. Bulan April ini di catatan saya hanya tiga siswa yang membayar SPP," ungkapnya.

Kondisi tersebut, menurutnya, sangat berdampak kepada gaji guru.

"Padahal guru itu tumpuannya utamanya ya SPP untuk sekolah swasta," cetusnya.

Bantah Klaim Trump bahwa Virus Corona Sengaja Dibuat, WHO: Biasa Menular Antar Binatang

Untuk meringankan beban sekolah, Nur Aziz mengaku amat berharap pencairan dana BOS.

"Untuk bulan Mei ini kita belum tahu bagaimana untuk mempersiapkan, mensikapi terutama untuk gaji. Saya berharap Mei turun kembali (dana BOS) sehingga dana ini bisa dimaksimalkan untuk menolong operasional terutama honor guru.

"Saya sangat berharap ada kucuran (dana) segar untuk meringankan sehingga untuk satu bulan-dua bulan kuat, bisa nutup. Soalnya kita sudah istilahnya nggak punya apa-apa. Jadi ketika SPP nggak masuk. Ya sudah, nggak bisa apa-apa," papar Nur Aziz.

'Bernapas sesaat'

Hal senada diutarakan Yudhi Hendrayadi, Ketua Forum Kepala Sekolah Swasta (FKSS) Kota Bandung.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
Virus CoronaCovid-19Guru Honorer
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved