Iran Vs Amerika Serikat
Ekonom Ungkap Hubungan Tegang AS-Iran Bisa Buat Ekonomi Indonesia Memburuk: Daya Beli Tertekan
Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran semakin panas. Ekonom mengatakan hal itu bisa berakibat buruk pada ekonomi Indonesia.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran semakin panas.
Bahkan, Iran baru saja melancarkan serangan balas dendamnya atas kematian Pimpinan Militer Iran, Qasem Solaemani pada Rabu (8/1/2020) dini hari.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira mengatakan hubungan AS-Iran yang memanas berdampak buruk bagi Ekonomi Indonesia.
• Pernyataan Donald Trump setelah Diserang Rudal Iran: Militer Kita Paling Kuat dan Lengkap di Dunia
Bhima mengatakan, beban subsidi BBM dan tarif listrik bakal bengkak di awal tahun.
Perkiraan harga minyak mentah acuan Indonesia (ICP) di APBN 2020 lebih kecil dibanding harga acuan global yang mulai menanjak naik.
Sedangkan, Indonesia memperkirakan minyak mentah dalam APBN 2020 sebesar 63 dollar AS per barrel.
Namun, harga BBM non subsidi seperti Pertamina dan Dex bisa mengalami penyesuaian.
"Sementara harga acuan Brent hari ini telah mencapai 70,1 dollar AS per barrel. Di sisi lain, harga BBM non subsidi jenis Pertamax dan Dex berisiko mengalami penyesuaian setelah sebelumnya turun di awal Januari," ungkap Bhima.
Bhima mengatakan, harga minyak naik bisa berujung pada inflasi yang lebih besar pada 2019.
"Ini ujungnya adalah inflasi yang lebih tinggi dibanding tahun 2019. Jika tekanan pada harga kebutuhan pokok naik, ujungnya daya beli tertekan dan pertumbuhan ekonomi diprediksi merosot di bawah 4.8 persen," ungkap Bhima.
Tak berhenti di sana, tingkat investasi ke negara berkembang akan menurun.
Investor disebut akan lebih memilih membeli dollar AS atau harga emas.
• Diserang Iran Hari Ini, Donald Trump Tegaskan Tak akan Tarik Diri dari Irak: Bukan Titik yang Tepat
Apalagi, harga emas dunia naik 3,5 persen.
"Kalau di pasar keuangan dampaknya adalah volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang," ucap Bhima.